Ikut nimbrung: Bntuan dari negara lain untuk mengatasi penyakit biasanya tidak lepas dari kepenitngan negara yang membantu. Yaitu mereka takut kalau penyakit itu menyebar sampai mengenai warganya atau negaranya. Jadi penyakit endemik yang tidak mudah menyebar ke negara lain, tidak (mudah) mendapat bantuan. KM
-------Original Message------- From: Mia Date: 03/22/07 18:56:06 To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Subject: [wanita-muslimah] Re: vaksin orang kaya dan vaksin gratis posyandu Jangankan kita orang Indonesia negara membangun yang merasakan dampak privatisasi di segala bidang termasuk kesehatan ini, di negara maju seperti Amerika masalah kesehatan menjadi nggak terjangkau bagi kebanyakan orang, dengan kata lain menjadi sangat mahal. Demikian juga dengan pendidikan. Makanya philanthrophist seperti Bill Gates spesialisasi di pendidikan dan kesehatan dengan uangnya yang seabreg-abreg itu, tapi konon katanya cuman 5% dari nilai kekayaannya....weleh..weleh.. Saya rada awam soal kesehatan masyarakat, tapi rada bingung dengan banyaknya dana bantuan untuk misalnya aids..tapi gimana dengan penyakit2 tropis yang sehari-harinya kita harus struggle? typus, demam berdarah, hepatitis, malnutrisi dll Jadi perhatian pada autism ini adalah fenomena seperti sekolah unggulan, gitu? Salam Mia (perasaan barusan salah kirim posting..:-( --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Ari Condrowahono <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > ARI : > sangat mencerahkan mbak Ning, jadi saling melengkapi dan berkelindan > dengan cerita saya. tak tambahi tanggapan dibawah yah ... > > ==== > > > Nimbrung dikit, masalah autisme dan MMR. > > Autisme itu ada spektrumnya, > dari yang sederhana sampai yang komplex. Pak KM mungkin bisa kasih > pencerahan di > type-type ini. Tapi dengan teraphy yang tepat, anak autis insya Allah > bisa hidup > normal. Banyak teman saya di kantor anaknya kena autis, sampai menjadi > coordinator penyelenggaraan seminar-seminar autis di Balikpapan. Di > Balikpapan > baru 2 tahun belakangan ini ada teraphy center untuk autis, sebelumnya > ga ada, > dan harus ke surabaya atau Jakarta. Itu pun belum selengkap Jakarta, > maklum di > daerah. Jadi kalau mau lengkap tetap harus ke Jakarta/Surabaya, artinya ada > pengeluaran ekstra lagi untuk travel dan akomodasi. > > Saya perhatikan memang trend jumlah anak autis cenderung meningkat. > > === > ARI : > yup benar, saat ini lagi berkembang industri pelayanan autis. cuman > perlu diingat bahwa ini ndak terlepas dari privatisasi di segala > bidang. dengan sendirinya industri kesehatan bergerak untuk mencari > profit. dan mulailah fokus dan tujuan pelayanan digeser dari penyakit > umum, masuk ke ranah spesial, high cost namun juga high margin/high > profit. yang miskin dan sederhana, otomatis ikutan kena tren ini, dan > mulailah berkembang industri pelayanan autis yang dikelola secara > rumahan, murah meriah. mereka jadi folower dalam industri autis. > > impresi ini saya dapatkan, dan membuat saya dapat membuat saya > mengatakan hal ini, setelah membaca blognya coen husain pontoh, dan dulu > hari bukunya fritjhof capra, Titik Balik Peradaban.. link nya coen > husain pontoh ini bisa dilihat di blog papabonbon. disana bisa teraba > pengalaman negara lain [ kebanyakan amerika latin], dimana privatisasi > dan sistem ekonomi rajin digalakkan sejak jaman 70-80an. rada rada > mirip dgn jaman orde baru. sejak saat itu kapitalisasi di bidang > industri kesehatan membuat pelayanan kesehatan tidak lagi terjangkau > oleh rakyat kecil. Frijchof Capra juga menunjukkan kecenderungan yang > sama. Penyakit publik yang esensial pengaruhnya pada tingkat kesehatan > masyarakat mungkin jumlahnya sekitar 20 jenis penyakit. Namun > privatisasi dan kapitalisasi modal, membuat industri kesehatan > memfkuskan pada prfit dan menumer sekiankan kesehatan masyarakat. ilmu > kedokteran juga maskin spesialisasi pada penyakit tertentuyg sangat > spesifik, dan biaya riset sangat mahal. di industri farmasi malah > terungkap kalau biaya riset lebih banyak dialokasikan untuk membuat obat > obat perangsang hasrat seksual/apperitif semacam cialis dan viagra di > bandingkan riset untuk malaria misalnya. > > kecurigaan konspiratif sebagaimana diajukan berkait autis dan MMR yah > bisa ajah terjadi. film jet lee semacam once upon a time in china > memperlihatkan gimana anak anak china jaman dulu jadi korban jual beli > industri vitamin yg gak ebrtanggung jawab, dengan memberikan vitamin > expired yang sudah kena black list di negara asalnya, yg membuat anak > china di jaman jet lee - wong fei hung hidup di abad 18. banyak yg > mengalami ketulian diakibatkan malpraktik ini. penggunaan insektisida > black list yang membuat tanah tanah di afrika hilang kesuburannya juga > jadi contoh dari tindakan gak ebrtanggung jawab ini. > > masalahnya, sekarang tuduhan konspiratif macam begini muncul di > Indoensia tanpa filter. dalam arti main tuduh, ambil isu, copy paste > kejadian di luar tanpa check and recheck gimana pelaksanaan dilapangan > di indonesia. cara cara seperti pak aly, yang lempar tuduhan sana sini, > tanpa ngerti kondisi lapangan jelas menunjukkan hal tersebut. mbak tri > budi sendiri, hasil konsultasi dengan dokter perusahaan, kecurigaannya > toh jelas mentok. bahkan anak yg ndak di MMR malah kena juga. [sekali > lagi ditekankan bahwa di indoensia, MMR ini optional, harus biaya > sendiri. dan ndak masuk ke program yg dicover oleh departemen kesehatan]. > > Malah kejadian senyata nyatanya di depan mata, sejak refprmasi, dan > orang rame rame membuang semua program orde baru tanpa reservelah, yang > justru berakibat menyebabkan posyandu banyak yang mati di daerah > daerah. ketiadaan posyandu, aktivitas dan penyuluhan oleh kader poyandu > dan bidan desa di daerah daerah lah justru berakibat banyak daerah yang > penduduknya mengalami kurang gizi. gak usah jauh jauh, beritanya,s > elama setahun belakangan wabah kurang gizi ada di mana mana. makanya > saya mengamini dan berharap sangat, teman teman yang asalnya dari FK, > tapi S2nya lanjut ke FKM - fakultas kesehatan masyarakat, seperti dokter > donnie dan teman saya dokter teguh agus santoso. ini emang dokter yang > niat. ilmu kedkteran ndak dibikin eksklusif, namun memang diabdikan > untuk kesejahteraan rakyat kecil yang jumlahnya banyak dan mayoritas di > indonesia. kedokteran, ilmu ini menjadi api suluh bagi masyarakat. > benar benar generasi penerus dokter cipto mangunkusumo. > > salut !!! > > > === > > > > Mengenai hubungannya > dengan MMR, saya pernah consult dengan dokter di kantor. Menurut beliau, > tidak > ada bukti secara ilmiah kaitannya antara autisme dan MMR. Tapi, memang > kenaikan > angkanya hampir bersamaan dengan digalakkannya imunisasi MMR ini. Ada suatu > analisa yang mengatakan MMR bukan "penyebab" autis, tapi bisa memicu > autis itu > sendiri, bila memang anaknya punya potensi autis (secara fisiologi). > Saya pernah > baca artikel di KOMPAS beberapa tahun yll, juga menyatakan hal yang sama. > > > Anak saya yang ke-tiga tidak saya vaksin MMR, karena saya memilih "play > safe" lah. Tapi dia sempat terkena penyakit seperti campak yang sangat > parah, > panas tinggi dan timbul bercak-bercak merah di sekujur tubuhnya. Itu > kejadiannya > waktu kami berlibur ke Bandung tahun lalu. Dokter di Bandung bilang, > untungnya > bercak-bercak itu keluar di badan (bagian luar). Ada juga di mulut dan > tenggorokan. Kalau bercak-bercak itu keluarnya di bagian dalam, bisa fatal > akibatnya. Menurut dokternya sih, kalau keluar di bagian luar, di bagian > dalam > aman. Anak saya diopname 6 hari di boromeus, bandung, karenanya. Itu pun > setelah > 4 hari panas di rumah. Saya panik dan ketakutan luar biasa pada saat > itu. Juga > merasa sangat bersalah, karena tidak memberinya vaksin MMR. > > Anak saya yang pertama dan kedua saya vaksin MMR, dan alhamdulillah > mereka normal-normal > aja, sampai sekarang. > > Kalau ada teman yang bertanya, apakah anaknya > sebaiknya di-MMR atau tidak, saya tidak berani jawab, karena saya > berkeyakinan > keduanya ada resikonya. Saya sarankan untuk consult saja sama dokter. > > === > ARI : > > dengan banyaknya kasus malpraktik jaman sekarang, emang susah mbak. > wong dokter yang kita bayar mahal ajah, suka ngasih antibiotik dosis > tinggi ke anak kecil. :p hwayaaaah. pada jadi perpanjangan tangannya > industri farmasi tuh. lha gimana, mereka di support alat terbaru, di > support duit buat pergi seminar medis yg mahal mahal, disupport biaya > penelitian ...]. > > yang pasti mbak sendiri saat ini justru merasa lebih ama denan vaksinasi > kan. bayangkan mbak, oang kecil di daerah, yg udah dikasih penyuluhan > ttg vaksinasi, tapi menolak karena kena fitnah ndak jelas yg disebarkan > oleh buletinnya Hizbut tahrir yang mencurigai vaksinasi yg dilakukan > oleh depkes via posyandu. di tempat saya beberapa teman yg aktif ke > mesjid melakukan penolakan di vaksinasi karena pengaruh berita minir gak > jelas ini lho. mereka lebih rela anaknya tidak diimunisasi sama sekali, > tanpa reserve. sedih, ketika ada satu dua orang dari mereka, yang > anaknya meninggal karena penyekit yg sebenarnya bisa dicegah via > vaksinasi dan imunisasi. temen ngaji saya, dua duanya s1, pasangan muda, > malah ketakutan karena sebelum menikah disuntik tetanus. karena kata > buletin, lagi lagi HT, itu strategi kaum kafirun supaya orang muslim gak > bisa segera punya anak. dan yg nyebarkan berita gini, kakak kelas, s1 > juga, yg kerja jadi bagian training di BRR. istrinya malah S2 dai UI. > > level kayak gini masih pada kemakan berita konspiratif lho. hayah .... > > Balik ke lembaga pengawas malpraktik ini, Lha, itu pak KM dua tahun lalu > mendirikan yayasan yg bergerak di bidang pengawasan malpraktek, kayak > YLKInya bidang kesehatan. didirikan pasca kasusnya artis sukma ayu tuh, > yg ketangkap berasyik masuk barek di handphone nya ... pengen tahu sih, > gimana lsm pak km ini sudah bergerak apa saja di masyarakat. yang pasti > karena industri kesehatan dikomesialisasi. rada susah dan pasti banyak > yg menentang tuh ... :p > > === > > > > Wassalaam, > -Ning > > > [Non-text portions of this message have been removed] > [Non-text portions of this message have been removed]