Chae : Justru dari uraian Abah lebih menjelaskan bahwa nama Allah itu bukan dominasi umat Islam tapi menjadi bagian dari penyebutan Tuhan yang telah dikenal masyarakat arab umumnya sejak dahulu sebelum mengenal ajaran Islam yang dibawa oleh Rasul.
===================== Jano - ko memberi info : Nabi Adam bapak seluruh umat manusia. --- Al Qur'an = [2.33] Allah berfirman: "Hai adam, beritahukanlah kepada mereka nama-nama benda ini". Maka setelah diberitahukannya kepada mereka nama-nama benda itu,Allah berfirman: "Bukankah sudah Ku katakan kepadamu,bahwa sesungguhnya Aku mengetahui rahasia langit dan bumi dan mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa yang kamu sembunyikan? -- [2.37] Kemudian adam menerima beberapa kalimat dariTuhannya, maka Allah menerima tobatnya. Sesungguhnya Allah Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang -- [3.33] Sesungguhnya Allah telah memilih adam, Nuh,keluarga Ibrahim dan keluarga Imran melebihi segalaumat (di masa mereka masing-masing), -- NABI IBRAHIM [2.124] Dan (ingatlah), ketika ibrahim diujiTuhannya dengan beberapa kalimat (perintah dan larangan), lalu ibrahim menunaikannya. Allah berfirman: "Sesungguhnya Aku akan menjadikanmu imam bagi seluruh manusia". ibrahim berkata: "(Dan saya mohon juga) dari keturunanku". Allah berfirman:"Janji-Ku (ini) tidak mengenai orang-orang yang lalim [2.132] Dan ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Yakub. (ibrahim berkata): "Hai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam" --- Selamat menghayati. Wassalam. --oo0oo--- Chairunisa Mahadewi <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Dear Abah, Justru dari uraian Abah lebih menjelaskan bahwa nama Allah itu bukan dominasi umat Islam tapi menjadi bagian dari penyebutan Tuhan yang telah dikenal masyarakat arab umumnya sejak dahulu sebelum mengenal ajaran Islam yang dibawa oleh Rasul. "H. M. Nur Abdurrahman" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Reposting ini saya cc-kan kepada Chairunnisa Mahadewi Wassalam, HMNA ******************************** 1. Karena dituliskan dalam kolom yang terbatas ruangan penulisannya, maka diringkaskan seperti yang Abah tulis: Adapun yang diprotes Umar dan Ali radhiya Llahu 'anhuma ada empat butir. Yang pertama, BismiLla-hi rRahma-ni rRahiem disanggah oleh Suhail yang utusan kaum kafir Quraisy. Suhail menghendaki bismika Allahumma, alasan Suhail Allah mereka kenal, tetapi arRahma-n dan arRahiem tidak dikenalnya, dan itu diiyakan RasuluLlah. Yang kedua, Suhail menghendaki Muhammad RasuluLlah diganti dengan Muhammad ibn 'AbdulLah, alasan Suhail, justru karena Muhammad memaklumkan dirinya nabi, maka terjadi perang di antara kedua pihak. Ini Abah tuliskan berupa dialog dalam proses penulisan Perjanjian Huaibiyah, yang Abah ambil dari "Handbook", kakek Abah, Opu Tuan Imam Barat Batangmata, spb: RasuluLlah SAW: " 'Ali tuliskan, Bismillahirrahma-nirrahiym, inilah ....." Suhail memotong: "Saya minta supaya BismiLlahirRahmanirRahiym diganti dengan yang biasa diucapkan orang-orang terdahulu kita, yaitu Bismika Allahumma. Allah, semua kita yang di sini kita kenal, tetapi kami dari pihak Quraisy Makkah, tidak kenal apa itu Ar Rahman dan Ar Rahhiym. " Pada waktu Suhail memotong itu, 'Ali RA baru sempat menulis: Bismi". Usul ini diterima oleh Nabi Muhammad SAW, selanjutnya, RasuluLlah SAW: "'Ali tuliskan: "Bismika Allahumma, inilah perjanjian antara Muhammad RasuluLlah dari pihak Madinah ...." Suhail: Saya minta Muhammad RasuluLlah diganti dengan Muhammad ibn AbduLlah, justru karena engkau hai Muhammad mengatakan dirimu utusan Allah terjadi perang di antara kita". Usul inipun diterima Nabi Muhammad SAW. Namun 'Ali RA telah terlanjur menuliskan kata RasuluLlah. Karena Ali RA tidak berani mencoret RasuluLlah untuk menggantinya dengan ibn AbduLlah, maka Nabi sendirinya yang mencoretnya setelah ditunjukkan oleh Ali kata RasuluLlah yang akan dicoret itu. Jadi jelas Bismika Allahumma, memang telah biasa dipakai pada zaman Jahiliyah. 2. Allah adalah Proper Name, dapat dibaca penjelasannya dalam Seri 751 yang Abah reposting ini: Wassalam, Abah **************************************************************** BISMILLA-HIRRAHMA-NIRRAHIYM WAHYU DAN AKAL- IMAN DAN ILMU [H.Muh.Nur Abdurrahman] 751. Al-Asmaa' Al-Husnay vs Hoax Rekayasa Antropolog Orang atheist mengatakan bahwa tidak ada tuhan. Tuhan hanya ciptaan manusia saja. Apa benar begitu? Manusia mencipta tuhan di dalam benaknya? Itu ada benarnya, tetapi tidak seluruhnya benar. Hasil ciptaan manusia dalam benaknya, itulah dia yang disebut ila-h(un) dalam wujud mempertuhankan berhala, mempertuhankan manusia, mempertuhankan materi berupa harta benda kekayaan, mempertuhankan ideologi, mempertuhankan nasionalisme, mempertuhankan HAM dll. Itulah yang dinafikan (disangkal, deny) dalam LA ALH (dibaca: la- ila-ha), tidak ada itu ila-h(un) hasil ciptaan manusia dalam benaknya, yang Ada adalah Pencipta alam semesta. Sewaktu manusia belum ada di permukaan bumi ini, ila-h(un) itu juga belum ada, karena itu adalah hasil ciptaan manusia dalam benaknya. Jadi ma'na laa ila-ha illaLla-h, adalah tidak ada ilah hasil ciptaan manusia dalam benaknya, Yang Ada adalah Allah. Itulah dia ma'na tiada ilah selain Allah. Para antropoloog (yang juga diikuti oleh Nurcholis Madjid) katanya setelah mengadakan penelitian atas bangsa-bangsa Semit mendapatkan bahwa orang-orang Semit ada yang menyembah air, sumur (= mata air), ada yang menyembah bulan, maka mereka berkesimpulan bahwa ila-h(un) itu adalah dewa air, dewa sumur, dewi bulan. Selanjutnya para antropoloog itu membuat hoax (kebohongan "ilmiyah") dengan trick (akal-akalan) permainan semantik. Mereka membubuhkan imbuhan definitif "al" di depan ilah, sehingga menjadi al-ilah, itulah dewa air, dewa sumur, dewi bulan. Membubuhkan al pada ilah adalah suatu yang sangat kontradiktif. Ilah yang telah dinafikan itu, sangat bertentangan dengan pembubuhan "al". Itulah yang disebut hoax rekayasa antropolog. Kemudian al-ilah disulap menjadi Allah, itulah yang disebut permainan akal-akalan semantik. Waktu Abel Tasman ke bagian timur kepulan Nusantara ini banyak kelasi kapalnya meninggal karena penyakit scheurbuik (nanti pada abad ke-20 ketahuan bahwa penyakit itu disebabkan oleh kekurangan vitamin C). Maka Abel Tasman singgah di Ambon mengambil kelasi. Tiba pada suatu waktu Abel Tasman yang sedang berdiri bersama dua orang kelasi Ambon, tampaklah dari jauh sebuah pulau/daratan. Kelasi Ambon yang berdiri di tengah segera menunjuk sambil berseru: "Itu ada pulo." Abel Tasman bertanya: "Wat is de naam van het pulo," dan serempak dengan itu kelasi Ambon yang satu bertanya pula kepada temannya: "Mana itu pulo." Karena jengkel kepada temannya mengapa pulau yang sudah jelas kelihatan itu tidak dilihatnya, ia balik bertanya: "Ose tra lia'," (engkau tidak lihat)? Segera Abel Tasman dengan rasa puas karena mendapat jawaban, masuk ke dalam kamarnya, menulis dalam log-boeknya: Pada jam sekian, tanggal sekian, tahun sekian, kami menjumpai daratan baru bernama Australia. Maka hoax permainan semantiknya antropolog "al-ilah menjadi Allah", tidaklah berbeda dengan hoax dalam dongengan tentang lahirnya nama Australia, dengan permainan semantik dari Osetralia. *** Nama Allah adalah Nama Diri (Proper Name) yang Allah sendiri memberikan NamaNya sejak Nabi Ibrahim AS, seperti termaktub dalam Al-Quran: -- FLMA BLGh M'AH ALS'AY QAL YBNY ANY ARY FY ALMNAM ANY ADzBhK FANDzR MADzA TRY QAL YAaBT AF'AL MA TWaMR STJDNY AN SYAa ALLH MN ALShBRYN (S. ALShFT 37:102), dibaca: -- falamma- balagha ma'ahus sa'ya- qa-la Ya- bunayya inni- ara- fil mana-mi anni- adzbahuka fanzhur ma-dza- tara- Qa-la Ya- abatif'al ma- tu'maru satajiduni- insya- ALla-hu minash sha-biri-na (tanda - dipanjangkan membacanya), artinya: -- Tatkala putra itu sudah balig dan telah sanggup membantu bekerja, berkatalah (Ibrahim): Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam tidurku bahwa aku menyembelihmu, maka bagaimanakah pendapatmu mengenai hal ini. Berkata (Isma'il): Hai ayah, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu, engkau akan mendapati aku, insya Allah, termasuk golongan orang yang tabah. Allah adalah Nama Diri, yang tidak dijabarkan dari kata apapun juga dan tidak mempunyai arti yang terkait dengan sifat dan perbuatan apapun juga: -- WLM YKN LH KFWA AhD (S. ALAKhLASh, 112:4), dibaca: -- Walam yakul lahu- kufuwan ahad, artinya: -- dan tak satu juapun yang sekufu (setara) denganNya. Menurut ayat (37:102), Allah telah memberitahukan Nama DiriNya kepada Nabi Ibrahim AS seperti diucapkan oleh Isma'il: "satajiduni- insya- ALla-hu minash sha-biri-n". Kepada Nabi Muhammad SAW Allah memberi tahu 99 Al-Asmaa' Al-Husnay (Nama-Nama Terbaik) yang dikaitkan kepada sifat dan perbuatan Allah. Firman Allah: -- WLLH ALASMAa ALhSNY FAD'AWH BHA WDzRWA ALDzYN YLhDWN FY ASMAaH SYJZWN MA KANWA Y'AMLWN (S. ALA'ARAF, 7:180), dibaca: -- waliLla-hil asma-ul husna- fad'u-hu biha- wadzarul ladzi-na yulhidu-na fi- asma-ihi- sayujzauna ma- kanu- ya'malu-n, artinya: -- Bagi Allah Nama-Nama Terbaik, sebab itu berdo'alah kepadaNya dengan Nama-Nama itu dan biarkanlah orang-orang memutar-mutar Nama Allah, nanti mereka akan dibalasi apa yang mereka perbuat. Ada dua hal yang perlu diperhatikan dalam ayat (7:180) tersebut. Pertama, jika berdoa kepadaNya pakailah Nama-Nama terbaik itu, seperti antara lain yang dalam Basmalah, Ar-Rahman (Maha Pengasih), Ar-Rahim (Maha Penyayang). Kedua, peringatan bagi antropolog dalam kalangan ummat Islam untuk tidak membeo kepada antropolog orang-orang kafir itu memutar-mutar Nama Allah (misalnya dari al-ilah). Sampai lumpuh otak antropolog orang-orang kafir itu tidak akan bisa mengakal-akali bikin hoax dari mana asal 99 kata itu. Itulah sebabnya sampai sekarang dan sampai kiamat para antropolog itu tidak sanggup mengutak-katik dengan otaknya yang sejemput itu dari mana asal kata ke-99 Nama-Nama Terbaik dari Allah. Alhasil, Nama Allah telah diturunkan Allah sebelum penyembah berhala menciptakan dalam benak manusia yang melahirkan kebudayaan Semit nama-nama Ilah seperti tiga-serangkai/trimurti Arab-jahiliyah: Al-Lat (dewi kesuburan dan peperangan), Al-Uzza (dewi kekuatan), dan Al-Manat (dewi peruntungan). Pada zaman Nabi Isma'il AS orang Arab di Makkah masih beragama Tawhid, menyembah Allah, seperti diajarkan oleh Nabi Isma'il AS. Dalam perjalanan sejarah agama Tawhid yang diajarkan oleh Nabi Isma'il AS, walaupun nama Allah masih tetap dipelihara (nama ayahanda Nabi Muhammad SAW adalah Abdullah), namun agama Tawhid dikotori oleh kebudayaan jahiliyah hasil olahan benak masyarakat jahiliyah penyembah berhala itu, yang menghasilkan tuhan ciptaan manusia, seperti tiga-serangkai Arab-jahiliyah tersebut. *** Manusia keturunan Nabi Adam AS dan Sitti Hawa punya cirikhas yang berhubungan ke-99 Al-Asmaa' Al-Husnay. Periksalah telapak tangan anda yang sebelah kanan di situ tertera alur(*) berbentuk angka Arab |/\ (18) (membaca angka Arab dari kiri ke kanan, berbeda dengan membaca tulisan Arab dari kanan ke kiri). Pada telapak kiri tertera angka /\| (81). Cobalah jumlahkan: 18 + 81 = 99 jumlah Nama-Nama Allah Terbaik. Coba susun: 1881, bagilah 19, 1881:19 = 99. Pada bagian dalam sampul (inner cover) Al-Quran awal dan akhir ada tertera ke-99 Nama-Nama Terbaik dari Allah. WaLlahu a'lamu bisshawab. Makassar, 29 November 2006 [H.Muh.Nur Abdurrahman] ------------------------------- (*) Alur pada telapak tangan sebelum diturunkan wahyu ttg Al-Asmaa' Al-Husnay yang jumlahnya 99 itu dan sebelum dikenal simbol bilangan sistem desimal angka Arab, masih mrupakan rahasia yang belum dapat dibaca manusia. ================================ Allah bukan serapan dari bahasa Aramaic. Tidak ada hubungan historis antara Makkah pra-Islam dengan kebudayaan berbahasa Aramaic sebagaimana yang ditulis antaralain oleh Luxenberg. Silakan baca Seri 730 dan 731 yang Abah reposting di bawah: ********************************************************** BISMILLA-HIRRAHMA-NIRRAHIYM WAHYU DAN AKAL - IMAN DAN ILMU [Kolom Tetap Harian Fajar] 730. Hypothesis Christoph Luxenberg Pertama-tama, ta'ziah untuk semua yang mengalami musibah gempa bumi di Yogya dan Jateng, semoga Allah memberikan rahmat kesabaran atas segala ujianNya. Hendaknya bantuan dapat cepat sampai semuanya dan distribusinya lancar merata. Seri ini masih dalam rangkaian perwujudan jihad intelektual melawan serangan-serangan para orientalis terhadap Al-Quran. Sayang sekali, sementara ini di pelupuk mata ada dua sosok penganut pluralisme yang menista Al-Quran. Begitulah rupanya praktek pluralisme, menggunting dalam lipatan, menohok kawan seiring. Gus Dur menyatakan Al-Quran itu Kitab Suci yang paling porno(*) dan Sulhawi Rubah anggota JIL dosen Sejarah Peradaban Islam pada IAIN Sunan Ampel, Surabaya, 6 Mei 2006 di hadapan para mahasiswa/inya, ia menginjak-injak lafadz Allah, karena katanya itu adalah bagian dari Al-Quran yang makhluq jadi dapat saja diiinjak-injak, katanya pula untuk keilmuan. Mana bisa jadi, menginjak-injak itu bukan keilmuan tetapi kebiadaban. Terhadap Gus Dur dan Rubah ini di luar dari konteks jihad intelektual, melainkan ini bagian hukum, supaya LSM-LSM Islam mengadukan class action keberatan secara resmi ke pranata hukum agar kedua sosok penganut pluralisme itu dapat dimasukkan ke dalam penjara. Kalau kejadiannya di Nanggroe Aceh Darussalam, maka keduanya itu akan kena pula bonus hukuman cambuk. *** Majalah Newsweek edisi 28/7-2003 mempublikasikan tulisan berjudul "Menantang Al-Qur'an", yang mengedepankan penegasan-penegasan (claims) penulisnya, yang pakai nama samaran Christoph Luxenberg, seorang intelek yang bekerja di Universitas Jerman kenamaan yang juga disamarkan. Ia dibantu oleh seorang Tunisia yang juga dengan nama samaran Mudhir Tusfar. Setelah Luxenberg berupaya melacak asal-usul Al-Quran (the search for the origins of the Qur'an) Luxenberg menelurkan hypothesis spb: At the time of Muhammad, Arabic was not a written language. Since written Syriac -a dialect of Aramaic-, was the written language of the Arabs, and since it informed the cultural matrix of the Near East, much the same way that Akkadian did before it and Arabic after it, then it is very likely that Syriac exerted some influence on those who developed written Arabic. These Arabs were Christianized, and were participants in the Syriac Christian liturgy. Akan saya layani hypothesis tersebut dengan kerat pisau analisis sejarah, yaitu: Pertama, apakah betul pada zaman Nabi Muhammad SAW orang Arab tidak mengenal tulisan, Kedua, dari mana aliran itu, dari Hijaz ke Suriah atau dari Suriah ke Hijaz dan Ketiga, apakah di Makkah dan Madinah orang-orang Arab telah dikristenkan yang berupa partisipan dari tata-ibadah Kristen Suriah (Syriac Christian liturgy). Pertama, masyarakat Arab pra-Islam melakukan perlombaan-perlombaan menggubah syair pada waktu-waktu tertentu. Syair yang masuk nominasi digantungkan di Ka'bah. Perjanjian kafir Quraisy memboikot komunitas Islam juga digantungkan di Ka'bah. Jadi hypothesis Luxenberg dalam hal: "At the time of Muhammad, Arabic was not a written language", itu tidak benar. Kedua, Qabilah 'Ad, kaum terkuat bangsa Semit, penghuni asli Arabia, menguasai padang pasir luas Arabia Tenggara dari pantai teluk Parsi sampai perbatasan Iraq. Al Quran menyebutkan daerah yang dikuasai kaum 'Ad itu dengan Al Ahqaf (46:21), yang juga menjadi nama surah. Karena merasa dirinya kuat, kaum 'Ad menyombongkan diri dengan berkata kepada Nabi Hud AS: "Siapakah yang lebih unggul dari kami dalam kekuatan?" Maka mereka dihancurkan Allah dengan angin kencang dan dingin selama 7 malam 8 hari terus-menerus (69:6-7). Kaum 'Ad yang dibinasakan Allah ini adalah kaum 'Ad yang terdahulu. -- WANH AHLK 'AADN ALAWLW (S. ALNJM, 53:50), dibaca: -- Wa annahu- ahlaka 'a-danil u-la- (s. annajm), artinya: -- Sesungguhnya Dia telah membinasakan (kaum) 'Ad yang awal. Nabi Hud AS beserta semua pengikutnya pindah ke Hijaz sebelum angin itu datang. Mereka ini disebut kaum 'Ad yang akhir menurunkan seorang yang terkenal yaitu Luqman al-Hakim. Kaum 'Ad yang akhir ini dikenal dalam sejarah sebagai kaum Al-'Ibriyah Al- Qadimah (Proto 'Ibriyah). Kata 'Ibriyah berasal dari 'Ain, Ba, Ra, 'Abara artinya menyeberang. Proto 'Ibriyah yang menyeberang (beremigrasi) ini kemudian menjadi pelaut ulung yang menguasai Laut Tengah, dikenal sebagai bangsa Finiqy (Phunicia). Dalam dokumen hieroglyph, orang Mesir menamakan bangsa 'Ibriyah ini dengan nama Khabiru. Bangsa Proto 'Ibriyah ini mendirikan kerajaan-kerajaan di Babilonia, di Kan'an, kemudian ke Mesir mendirikan Dinasti Hyksos setelah menundukkan Dinasi Fir'aun. Bangsa Proto 'Ibriyah ini disusul kemudian dengan emigrasi gelombang kedua yaitu kaum Al-'Ibriyah Al-Jadidah (Deutro 'Ibriyah), di bawah pimpinan Nabi Ibrahim AS. Menurut Dokumen Amarna, bangsa Khabiru banyak terlibat dalam politik lokal. (Pada tahun 1894 di situs Tell el Amarna didapatkan dalam penggalian arkheologis 300 keping bersurat tulisan paku yang dikenal dengan Dokumen Amarna). Demikianlah dari Hijaz beremigrasi bangsa 'Ad yang akhir, atau bangsa Al-'Ibriyah Al-Qadimah, atau bangsa Finiqiy yang kemudian menjadi pelaut ulung di Laut Tengah, atau bangsa Khabiru yang datang di Mesir yang menempati posisi seperti orang-orang Yunani memegang peranan dalam percaturan politik di Kerajaan Romawi, atau seperti Daeng Mangalle (adik Sultan Hasanudin) di Kerajaan Siam yang menjabat sebagai Docda Pacdi (semacam jabatan Khaza-in al-Ardhi dari Nabi Yusuf AS di Mesir). Tatkala dalam pemerintahan Dinasti Fir'aun terjadi dekadensi yang melahirkan anarkhi, maka para emigran Khabiru ini, yang menempati posisi birokrat dalam percaturan politik, mengambil alih mekanisme pemerintahan Fir'aun dengan bantuan kekuatan dari pasukan kaum Al'Ibriyah Al Qadimah dari Kan'an mendirikan Dinasti Hyksos. Maka tumbang dan berakhirlah Dinasti Fir'aun XIV (1730) SM. Sejarah kaum Ad itu menunjukkan aliran acuan budaya (cultural matrix) sebaliknya dengan yang dihypothesiskan oleh Luxenberg yang menyatakan dari Suriah ke Hijaz, yang dibawa orang-orang Arab yang di-Kristenkan. Padahal justru yang sebenarnya terjadi adalah aliran dari Hijaz ke Laut Tengah, Asia Kecil dan Mesir. Adanya persamaan antara bahasa Arab dengan Syro-Aramaic, karena kedua bahasa itu berasal dari bahasa 'Ad, yang tentu saja bahasa Arab di Hijaz lebih dekat ke bahasa 'Ad, ketimbang bahasa Aramaic di Asia Kecil, yaitu Kan'an dan Suriah. Aliran acuan budaya dari Suriah ke Hijaz, ditolak oleh sejarah. Ketiga, pada zaman pra-Islam tidak ada itu jejak kegiatan Kristenisasi di Makkah dan Madinah, tidak ada missi mengkristenkan Arab, kecuali serangan Abraha dari Yaman dengan pasukan bergajahnya yang gagal pada hari lahirnya Nabi Muhammad SAW, empat puluh tahun dari berlalunya kekuasaan kisra Anusyirwan. Jadi apa yang ditulis Luxenberg: "these Arabs were Christianized, and were participants in the Syriac Christian liturgy", juga ditolak sejarah. Alhasil, hypothesis hasil lacakan (the search for the origins of the Qur'an) dari Luxenberg, yang pakai alat hermeneutika epistemologis dengan parameter asal-usul (origin) itu ditolak oleh sejarah. WaLlahu a'lamu bisshawab. *** Makassar, 4 Juni 2006 [H. Muh.Nur Abdurrahman] ------------------------------ (*) ====================================================== BISMILLA-HIRRAHMA-NIRRAHIYM WAHYU DAN AKAL - IMAN DAN ILMU [Kolom Tetap Harian Fajar] 731. Landasan dan Penjabaran Hypothesis Spekulatif Luxenberg Pertama-tama, majalah terkutuk (apapun isinya) playboy Indonesia edisi ke 2 yang katanya berkantor pusat(?) di Bali, pada hari Rabu 7/6-06 telah beredar di Jakarta. Ironis sekali, di saat anak-anak bangsa sibuk menanggulangi kesengsaraan ummat manusia di Yogya dan Jateng yang ditimpa musibah gempa, itu Erwin la'natuLlah 'alayhi sibuk pula dengan industri pornografinya yang terkutuk itu. *** Marilah kita periksa salah satu landasan hypothesis Luxenberg, yaitu mengenai huruf-huruf Arab yang katanya berasal dari tulisan Suriah - Aram (written Syriac - Aramaic). There were originally only six letters to distinguish some twenty-six sounds. The letters were gradually distinguished by points written above or below each letter. (Pada mulanya hanya ada enam huruf untuk dua puluh enam bunyi, secara gradual dapat dibedakan oleh titik-titik yang dibubuhkan di atas dan di bawah setiap huruf) Ayuhlah ayuh mari kita lihat huruf-huruf Arab yang mula-mula tanpa titik: 1 alif 1 (*) 2 ba, ta, tsa, 3 3 jim, ha. kha 3 4 dal, dzal 2 5 ra, zay 2 6 sin, syin 2 7 shad, dhad 2 8 tha, zha 2 9 'ain, ghain 2 10 fa, 1 11 qaf (#) 1 12 kef 1 13 lam 1 14 mim 1 15 nun (##) 1 16 waw 1 17 Ha, tha marbuthah 1(**) 18 hamzah sama dengan bunyi yang disimbolkan oleh alif (*) 19 ya (###) 1 Jumlah bunyi 28 --------------------------- (*) Alif dan hamzah melambangkan bunyi dengan makhraj yang sama, yaitu bunyi "a". Kalau bunyi "a" disukun pakai hamzah, huruf alif tidak disukun. Kalau ditengah-tengah, dipakai simbol hamzah dengan pakai tempat dudukan, sebab alif tidak dapat disambung dengan huruf selanjutnya, contoh malaikat (mim, lam, hamzah, kef, ta mrb). Alif juga berfungsi memanjangkan bunyi yang difatah, hamzah tidak dipakai untuk memanjangkan, sehingga kalau bunyi "a" dipanjangkan, maka hamzah disusul alif, contoh Qur'an (qaf, ra, hamzah, alif, nun), ini menurut Rasm (ejaan) 'Utsmany. Waw dipakai untuk memanjangkan bunyi "u" yang didhammah dan Ya untuk memanjangkan bunyi "i" yang dikasrah kalau pakai 2 titik di bawah dan memanjangkan bunyi "a" jika tidak pakai titik seperti contoh 'ALY bibaca 'ala (la dipanjangkan). Yang terakhir ini ada qiraat memanjangkan bunyi "e", yaitu 'ALY dibaca ale (le dipanjangkan). Tetapi ada pula Ya pakai titik untuk memanjangkan bunyi "e", === message truncated === --------------------------------- Ahhh...imagining that irresistible "new car" smell? Check outnew cars at Yahoo! Autos. [Non-text portions of this message have been removed] Send instant messages to your online friends http://uk.messenger.yahoo.com [Non-text portions of this message have been removed]