Wah, kalo aku pesen ke anakku untuk nggak melupakan dirinya sebagai Muslim, sebisanya cari isteri Muslim, mendidik anak2nya secara Islam. Why? Karena adanya keberlanjutan, yaitu fakta bahwa Islam adalah bagian dari kehidupan keluarga kita sendiri. Melupakan kenyataan ini adalah sama dengan menyangkal bagian dari kita sendiri. Dan kemudian jadilah Muslim yang baik, progressif dan inklusif, karena hanya dengan perbuatan kita yang nyata kita bisa menunjukkan kepada dunia bagaimana Islam dan Muslim itu.
Anakku pernah bilang begini: 'walaupun aku muslim, nantinya kan terserah anakku mau pilih agama yang mana'. Eittttt, ntar dulu, kataku. Tentu saja pintu pilihan nggak pernah tertutup, dan nggak boleh ada yang menutup pintu pilihan. Tapi pertanyaanku sekarang, bagaimana kamu akan mendidik anak2mu...bagaimana kamu akan mempraktekkan kehidupan dan disiplin beragama di keluargamu? Be a good Muslim! Ini dialog nyata di antara keluarga besar, dimana ada anggota keluarga lain yang non Muslim. Dan mereka menganggung-angguk setuju....karena mereka merasa nggak pernah terancam dengan 'a good Muslim' salam Mia --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "L.Meilany" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Nimbrung : > Kalo ini benar2 kejadian; bukan dialog imajiner. > Artinya anaknya Nisa telah diajarkan untuk menganut kepercayaan sinkretisme :-) > Di milis tetangga lagi sibuk juga membahas kepercayaan sinkretisme yg lagi mulai naik daun di Indonesia > Kepercayaan Baha'i - Sempalan Syiah > > Beberapa waktu lalu adik saya ke India dan waktu acara jalan2 selain ke monumen cinta Taj Mahal > sempat juga berkunjung ke rumah ibadah Baha'i yg megah dan mendapatkan juga keterangan/leaflet > mengenai sejarah munculnya Baha'i. > > Salam > l.meilany > > ----- Original Message ----- > From: Tri Budi Lestyaningsih (Ning) > To: wanita-muslimah@yahoogroups.com > Sent: Thursday, April 26, 2007 11:28 AM > Subject: RE: [wanita-muslimah] Re: The Name of Allah - semua agama sama? (Dialog imaginer) > > > > Yang ini penggalan surat mbak Chae, cerita tentan dialog mbak Chae > dengan putrinya, Annisa > > ................... > > "menurut Kaka mana yang benar panggilan buat Kaka?? eyangti?? > eyangku??Bude dan tante?? atau yang lain?? > > "Semua juga benar dong Mam, karena semua sayang sama Kaka" > > " begitu juga dengan panggilan Tuhan, selama kita memanggil-Nya dengan > rasa sayang kita kepada-Nya maka semua panggilan itu akan benar adanya." > > "Bagaimana kita tahu kalau kita memanggil-Nya dengan rasa sayang mam?? > > "Kita tahu karena ketika kita memanggil-Nya maka kita berbuat kebaikan > di atas muka bumi ini, ketika kita memanggil-Nya maka kita saling > berkasih sayang pada semua makhluk-NYa, dan ketika kita memanggil- Nya > maka kita saling tolong menolong dalam kebaikan dengan semua > makhluk-Nya. tapi sebaliknya walau kita memanggil-Nya dengan sebutan > yang Hebat dan Agung tapi ketika kita memanggil-Nya maka kita berbuat > kerusakan, kejahatan, aniaya dan kezaliman sesungguhnya yang kita > panggil bukan diri-Nya tapi kita memanggil nafsu syeitan yang ada > didalam dada kita sendiri. > > "ohhh"...katanya... > > Yang di bawah ini dialog lanjutan, tapi ini hanya imaginasi saya aja > (Ning), jadi bukan betulan lho.. Mbak Chae ngga marah kan ? Saya tau > mbak Chae ngga akan marah, soalnya dia itu penyayang dan lembut hati > kok. > > "Jadi mam, kita boleh panggil Tuhan kita dengan nama apa saja ya, > asalkan dengan rasa sayang ?" > > "Betul, sayang. Kamu memang anak pintar." > > "OK deh mam, kalau begitu besok pas berdoa, kaka mau bilang gini : > Ya Yesus, ampunkanlah dosaku > Ya Dewa, sayangilah ibu bapaku > Ya Allah, cintai mereka sebagaimana mereka mencintai aku waktu kecil. > Amiin. > Jadi semua namanya disebut, biar komplit. Boleh kan Mam ?" > > "Ya... Asal dengan rasa sayang manggilnya, boleh .." > > ....... > > Wassalaam, > -Ning > > > > > [Non-text portions of this message have been removed] >