http://forum.webgaul.com/archive/thread/t-42859-Perkembangan-Islam-di-AS-Merger-Threads.html
   
  "Sekitar 25 ribu orang Amerika yang kini telah beralih memeluk Islam sejak 
kasus 11 September".
   
  ----
   
  Perkembangan Islam di Amerika
   
  Seperti judul sebuah karya sastra, "Sengsara Membawa Nikmat", begitulah 
perkembangan Islam di Amerika Serikat (AS) pasca tragedi 11 September 2001. 
Mula-mula rakyat AS marah dan melampiaskan kemarahannya kepada kaum Muslimin 
setempat, tapi kemudian malah tertarik mempelajari dan memeluk agama Islam 

Sejak tragedi WTC Islam memang tiba-tiba menjadi pembicaraan dan sorotan sangat 
penting di AS, yang kemudian diikuti dengan berbagai reaksi rakyatnya, mulai 
dari sikap diskriminatif, perlakuan kekerasan, intimidasi, pelecehan seksual 
sampai rasa simpati yang begitu besar terhadap ummat Islam. 

Reaksi negatif muncul lantaran dipicu oleh pemberitaan media-media AS dengan 
perspektif miring terhadap Islam. Dampaknya, perlakuan buruk terhadap ummat 
Islam dan simbol-simbol Islam semakin hari semakin bertambah. 

Menurut laporan Council on American-Islamic Relation (CAIR), kekerasan dan 
diskriminasi yang menimpa ummat Islam Amerika semenjak kasus WTC sampai bulan 
Februari 2002 lalu telah mencapai 1717 kasus. Bentuknya macam-macam; meliputi 
penyerangan fisik (289 kasus), pembunuhan (11 kasus), diskriminasi di tempat 
kerja (166 kasus), diskriminasi di bandara (191 kasus), perlakukan diskriminasi 
yang dilakukan oleh aparat baik polisi maupun FBI (224 kasus), intimidasi di 
sekolah (74 kasus), perlakuan kebencian yang lewat e-mail (315 kasus). Yang 
terbanyak adalah pelecehan seksual terhadap para Muslimah (372 kasus). Salah 
seorang yang menjadi korban adalah Samar Kaukab (22). Seperti diungkap Sahid 
edisi Februari lalu, mahasiswi Ohio State University ini dipaksa telanjang 
untuk digeledah oleh petugas bandara AS, hanya lantaran ia berjilbab. Mereka 
mencurigai setiap wanita berjilbab berpotensi memiliki hubungan dengan 
terorisme. 

Untunglah, di balik kesulitan ada kemudahan, inna ma'al-usri yusra. Di samping 
cerita duka itu ada juga berita gembira. Terbetik kabar, terjadi gelombang 
besar kepedulian masyarakat AS terhadap Islam, pasca tragedi itu. Berbagai 
buku, berita di internet, majalah, koran, TV tentang Islam banyak mendapat 
perhatian rakyat AS. Bahkan Al Quran seperti diungkap Bill Schnoeblen, seorang 
penulis buku spiritual yang cukup dikenal di AS, sejak peristiwa 11 September 
lalu buku paling laris dan banyak diburu rakyat Amerika adalah Al Quran. 
"Jutaan orang ingin tahu apa sebenarnya yang ditulis Al Quran sehingga muncul 
banyak teroris Islam," kata Bill Scholnoeblen dalam sebuah media lokal Amerika. 
Sejak peristiwa itu, banyak orang Amerika berebutanbahkan harus antriuntuk 
mendapatkan Al Quran. 

Selain Al Quran, buku-buku yang banyak dibaca dan diburu adalah tentang "Islam 
dan Timur Tengah" serta tentang Terorisme dan Islam". Buku "Bin Laden" karya 
Yossef Bodansky, buku Simon Reeve berjudul "Osama Bin Laden and the Future of 
Terrorism" serta buku "Ultimate Terrorist," karya Jessica Stern laris manis di 
toko-toko buku AS. 

Situs internet tentang Islam juga kebanjiran pengunjung. Situs 
www.relegioustolerance.org, sebuah situs mengenai toleransi antar umat beragama 
di AS, menyebutkan pernah dikunjungi 6000 orang dalam sehari. 

Alhasil, sejak itu banyak orang AS mengaku semakin paham tentang Islam. Lembaga 
riset, Pew Research Center, Desember lalu, melakukan penelitian tentang 
pandangan dan tingkat kepercayaan publik AS tentang Islam setelah kasus WTC. 
Hasilnya, 58 % rakyat Amerika memberikan gambaran yang sangat bagus tentang 
Islam. Kepercayaan rakyat AS terhadap Islam ini jauh meningkat tajam dibanding 
sebelumnya. Padahal, bulan Maret, tingkat kepercayaan itu hanya 45%. Dalam 
riset terbaru itu bahkan diakui bahwa motivasi serangan WTC diyakini sebagai 
motivasi politik (49 %), sedangkan yang menganggap karena motivasi agama 
hanyalah 30 %. 

Yang lebih menggembirakan, berbondong-bondongnya orang AS yang memeluk Islam. 
Harian The New York Times (22/10/2001) melaporkan ada sekitar 25 ribu orang 
Amerika yang kini telah beralih memeluk Islam sejak kasus 11 September. Jumlah 
yang cukup besar, karena pada saat normal hanya seperempat dari jumlah itu. 
Columbia News Service (22/3/2001), menulis ada sekitar 15 ribu orang keturunan 
Amerika Latin beralih dari Katolik dan memeluk Islam di AS. Mereka menyebar di 
berbagai kota meliputi Newark, Miami, Los Angeles dan New York. 

Salah seorang di antara yang baru memeluk Islam adalah Ramaha. Perempuan ini 
adalah seorang karyawati yang sedang bertugas di pangkalan angkatan laut di 
Pelabuhan Mutiara (Pearl Harbour), Hawaii. Ketika Ramaha masih menganut 
Katolik, ia mengaku telah lama mengalami gejolak batin dan kebingungan, 
terutama tentang konsep Trinitas. 

Ramaha kemudian mengikuti kajian pengantar Islam di Hawaii. Seminggu setelah 
tragedi 11 September, Ramaha memeluk Islam di sebuah masjid di Manoa, Hawai 
bersama puluhan orang lainnya. "Suatu perasaan yang sangat lengkap yang pernah 
saya rasakan, ketika saya menemukan agama ini," ujarnya seperti ditulis oleh 
surat kabar lokal di Hawaii, The Honolulu Advertiser. 

Presiden Assosiasi Muslim Hawaii, Hakim Ouansafi mengatakan, semenjak kejadian 
11 September lalu, rata-rata ada sekitar 3 orang AS di Hawaii masuk Islam dalam 
sebulan. Bahkan, dua bulan setelah terjadinya kasus WTC, orang Hawaii yang 
masuk Islam meningkat sampai 23 kasus. Menurut hasil penelitian yang dilakukan 
Ihsan Bagby, Profesor Jurusan Hubungan International di Shaw University , 
Raleigh, New York City, diperkirakan 4 ribu orang AS masuk Islam pada tahun 
2000. Kebanyakan, kata Ihsan seperti di kutip Newsday.com (16/2) lalu, 
kebanyakan adalah orang AS keturunan Afrika. 4 ribu sisanya adalah orang kulit 
putih dan 1200 keturunan Hispanik. 

Para pengamat agama di AS mengatakan, banyaknya orang AS yang masuk Islam 
karena agama ini dikenal sangat atraktik dan memiliki pesan-pesan yang 
universal. Dalam Islam, setiap orang dilahirkan suci lalu kemudian mengabdi dan 
kembali pada Tuhan. Perubahan itu, kelak membawa orang untuk mengikrarkan 
dirinya "Aku bersaksi tidak ada Tuhan selain Allah, dan Muhammad adalah 
Rasul-Nya," kata Khalid Yahya Blankiship, Kepala Departemen Agama di Temple 
University. Khalid telah memeluk Islam sejak tahun 1973 bersama 100 orang lain 
yang melakukan syahadat kala itu. "Lagi pula, Islam tidak mengenal kelas," 
lanjut Khalid. 

Tapi menurut, Cromwell Crawford, Ketua Departemen Agama Universitas 
Hawaii-Manoa, munculnya gelombang muallaf AS ini merupakan efek psikologis 
Nasional adanya kasus 11 September lalu. Sejak terjadinya kasus ini, banyak 
orang AS mencari informasi tentang Islam yang kemudian membuatnya berubah. Kata 
Cromwell, kejadian WTC telah merubah hampir semua rakyat Amerika sadar tentang 
hidupnya. "Suasana negeri ini, kini tengah berganti," kata Cromwell dalam The 
Honolulu Advertiser. 

Memang, kini Islam menjadi agama pilihan di AS. Ribuan orang mengaku 
mendapatkan hidayah, baik dari balik jeruji besi sampai di sekolah-sekolah. 
Sebagian muhtadin mengaku bahwa Islam telah menyelamatkannya dari kecanduan 
minuman keras, alkohol, dan obat-obat terlarang lainnya. Para muhtadin 
kebanyakan berasal dari penganut Kristen dan Katolik, penganut terbesar di AS. 
Sebagian lainnya adalah kaum Yahudi. 

Ada banyak alasan mengapa orang AS lebih suka memilih Islam. Ada yang masuk 
Islam karena hubungan baik dan persahabatan, ada yang karena buku dan hasil 
penelitian, ada yang karena belajar dari internet, serta ada juga yang karena 
pernikahan. "Saya tidak akan pernah masuk Islam kalau bukan karena Rania," ujar 
David Nerviani seperti dikutip The New York Times. David adalah petugas 
bartender di sebuah restoran. Dan calon istrinya, Rania, adalah wanita keturuan 
Mesir beragama Islam. 

Yang menarik, bagi kebanyakan orang AS, Islam dikenal mampu menanggulangi 
ketergantungan obat terlarang, minuman keras dan alkohol. Contohnya, adalah 
Maryam Roman (55), warga AS asal Puerto Rico, Amerika Latin. Sejak kecil, 
Maryam dikenal sebagai anggota keluarga Katolik yang taat di Puerto Rico. Saat 
dewasa, dia pindah ke New York dan di tumbuh besar di kota metropolitan itu. Di 
New York ia mendapat pekerjaan mengurus sebuah gedung yang memiliki lingkungan 
buruk. Tak jauh dari tempatnya terdapat pusat pelacuran dan jaringan peredaran 
obat-obat terlarang. Akibatnya Roman terlibat dalam jaringaan haram itu. Ia 
kemudian menjadi agen narkotika lokal dan obat-obat terlarang.

 Send instant messages to your online friends http://uk.messenger.yahoo.com 

[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke