Wah ya sayang to mas, kesempatan untuk memangkas, bahkan mencerabut 
korupsi itu hilang begitu saja, manakala kita sebenarnya punya 
potensi dan mampu untuk itu tapi kita malah memilih 'cari aman' ... 
ya to mas? artinya, korupsi adalah kerikil yang menghadang yang harus 
kita lalui. kalo kita malah mandeg, ga terus maju, ya ga kemana-mana 
jadinya ...

jadi harapan mas untuk ada "pemimpin yang mampu mengarahkan bangsa 
ini menuju yang benar." tentu tinggallah harapan bila setiap orang 
sebaik dan sekaliber mas achmad malah memilih menghindari kerikil. 
toh memang di dunia ini saat ini tidak ada lagi kenyataan indah -- 
kalo boleh saya gunakan kata itu -- peri kehidupan masa keemasan 
prinsip2 Islam di zaman Rasul dan para khulafa rasyidun. justru itu 
tantangan kita.

jadi menurut saya, teman-teman, tidak pada tempatnya kita hanya 
berani ber-NATO ria, padahal kiprah nyata belum ada. kalo tidak 
mengembalikan amanah krn ada 'bau busuk' biasanya tetap bertahan dan 
terlarut. menyedihkan memang nasib kita ... 

gak menyindir kang mas lho, tapi buat yang lain ini ... :-)

salam,
satriyo


--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "Achmad Chodjim" 
<[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> Amit-amit jabang bayi, Mas Satriyo. Saya tidak akan melamar sesuatu 
yang tidak ditawarkan. Bahkan ditawari saja, kalau itu hanya 
permainan saya tak mau menerima. Dalam hidup ini, saya pernah 
ditawari untuk menduduki posisi "kepala bagian pertamanan kota" pada 
awal tahun 1975. Saya undur diri dari jabatan tersebut setelah pada 
posisi itu bau korupsi.
> 
> Saya pernah ditawari posisi "dirut" (tahun 1991) anak perusahaan 
konglomerat yang lagi jaya-berjaya pada masa orba. Sekali lagi, saya 
undur diri, karena ada bau yang sama.
> 
> Bahkan ada seorang teman yang menominasikan saya untuk salah satu 
kandidat menteri agama, tapi saya menyatakan bahwa saya tidak mau 
duduk sebagai menteri agama selama jabatan itu merupakan permainan 
politik!
> 
> Wasalam,
> chodjim
> 
> 
> 
>   ----- Original Message ----- 
>   From: rsa 
>   To: wanita-muslimah@yahoogroups.com 
>   Sent: Friday, November 16, 2007 11:04 AM
>   Subject: [wanita-muslimah] Re: Kiai Sahal: Fatwa MUI tentang Al-
Qiyadah Agar Umat Tak Terperdaya
> 
> 
>   Saya dukung deh kalo mas ngelamar ke pak pres buat jadi staf 
khusus 
>   masalah peristilahan jadi biar bisa kyk jepang gitu mas, tertib 
dalam 
>   (hampir) segala hal ...!
> 
>   satriyo
> 
>   --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "Achmad Chodjim" 
>   <chodjim@> wrote:
>   >
>   > Ki Denggleng,
>   > 
>   > Inilah yang memrihatinkan saya. Banyak tokoh masyarakat di 
Republik 
>   ini yang tidak paham terhadap budayanya sendiri, sehingga tidak 
dapat 
>   membedakan antara takhayul, klenik, dan mistik. Ketiga kosa kata 
>   tersebut berlain-lainan asalnya. 
>   > 
>   > Takhayul jelas berasal dari bahasa Arab "takhayyul" yang 
artinya 
>   imajinasi, fantasi; delusi, halusinasi.
>   > 
>   > Klenik jelas berasal dari bahasa Jawa Kuna yang artinya 
makrifat, 
>   atau ilmu-ilmu tentang ketuhanan, sangkan paraning dumadi. Jadi, 
>   setiap orang yang beragama pasti hidup berklenik ria.
>   > 
>   > Mistik berasal dari "mystique" (Perancis) yang artinya kekuatan 
>   misteri atau rahasia seni yang hanya dipahami praktisinya.
>   > 
>   > Oleh karena itu, saya setuju dengan Ki Denggleng bahwa di 
Jepang 
>   yang mengesahkan setiap kosa kata serapan atau kosa kata baru 
adalah 
>   kaisar. Dengan demikian semua pengguna atau pemakai kosa kata ada 
>   rujukannya. Tidak seperti di Indonesia, kosa kata dilemparkan 
oleh 
>   berbagai pihak dengan makna yang sewenang-wenang, sehingga 
sesuatu 
>   yang benar bisa dianggap salah. Contohnya, ya pemakaian ketiga 
kata 
>   tadi. Lha, ketika orang Jawa membahas "Sangkan Paraning Dumadi" 
(Inna 
>   lillaahi wa inna ilayhi raaji'uun), jelas ilmu yang membahas 
untuk 
>   itu disebut "klenik". Keimanan adalah klenik. Tapi, makna ini 
dirusak 
>   oleh banyak tokoh Islam yang tidak paham makna klenik. Maka, 
jangan 
>   heran kalau orang Indonesia menjadi bodoh. Apa yang kita sebut 
mistik 
>   sebenarnya "supernatural" yaitu kepercayaan tentang hantu atau 
>   makhluk halus. Jadi, kepercayaan tentang hantu bukanlah wilayah 
>   mistik, juga bukan "mysticism" [Yunani, mystes]. Di 
fakultas "devine" 
>   ada jurusan "mysticism", yang dikaji perihal praktik hubungan 
>   langsung dengan dunia ketuhanan melalui kontemplasi dan meditasi.
>   > 
>   > Kita perlu pemimpin yang berwawasan dan mampu mengarahkan 
bangsa 
>   ini menuju yang benar.
>   > 
>   > Wasalam,
>   > chodjim 
>   > 
>   > ----- Original Message ----- 
>   > From: Ki Denggleng Pagelaran 
>   > To: wanita-muslimah@yahoogroups.com 
>   > Sent: Tuesday, November 13, 2007 3:04 PM
>   > Subject: [wanita-muslimah] Re: Kiai Sahal: Fatwa MUI tentang Al-
>   Qiyadah Agar Umat Tak Terperdaya


Kirim email ke