fyi
----- Original Message ----- 
From: "sari mawar" <[EMAIL PROTECTED]>
To: <[EMAIL PROTECTED]>; <[EMAIL PROTECTED]>; "desi" 
<[EMAIL PROTECTED]>; <[EMAIL PROTECTED]>; "tia" <[EMAIL PROTECTED]>; 
"erni" <[EMAIL PROTECTED]>; "jese" <[EMAIL PROTECTED]>; "ramkur" 
<[EMAIL PROTECTED]>; <[EMAIL PROTECTED]>; 
<[EMAIL PROTECTED]>
Sent: Tuesday, January 29, 2008 4:33 PM
Subject: [Sarikata.com] (unknown)


I love U Mom
Cerita bermula ketika aku masih kecil, aku terlahir sebagai seorang anak 
laki-laki di sebuah keluarga yang miskin. Bahkan untuk makan saja, 
seringkali kekurangan. Ketika makan, ibu sering memberikan bahagian nasinya 
untukku. Sambil memindahkan nasi ke mangkukku, ibu berkata : "Makanlah nak, 
aku tidak lapar" ----KEBOHONGAN IBU YANG PERTAMA
Ketika saya mulai tumbuh dewasa, ibu yang gigih sering meluangkan waktu 
senggangnya untuk pergi memancing di kolam dekat rumah, ibu berharap dari 
ikan hasil pancingan, ia dapat memberikan sedikit makanan bergizi untuk 
pertumbuhan. Sepulang memancing, ibu memasak sup ikan yang segar dan 
mengundang selera. Sewaktu aku memakan sup ikan itu, ibu duduk disamping 
kami dan memakan sisa daging ikan yang masih menempel di tulang yang 
merupakan bekas sisa tulang ikan yang aku makan. Aku melihat ibu seperti 
itu, hati juga tersentuh, lalu menggunakan suduku dan memberikannya kepada 
ibuku. Tetapi ibu dengan cepat menolaknya, ia berkata : "Makanlah nak, aku 
tidak suka makan ikan" ----KEBOHONGAN IBU YANG KE DUA
Sekarang aku sudah masuk Sekolah Menengah, demi membiayai sekolah abang dan 
kakakku, ibu pergi ke koperasi untuk membawa sejumlah kotak mancis untuk 
ditempel, dan hasil tempelannya itu membuahkan sedikit uang untuk menutupi 
kepentingan hidup. Di kala musim sejuk tiba, aku bangun dari tempat tidurku, 
melihat ibu masih bertumpu pada lilin kecil dan dengan gigihnya melanjutkan 
pekerjaannya menempel kotak mancis. Aku berkata : "Ibu, tidurlah, sudah 
malam, besok pagi ibu masih harus kerja." Ibu tersenyum dan berkata : 
"Cepatlah tidur nak, aku tidak penat" ----KEBOHONGAN IBU YANG KE TIGA
Ketika ujian tiba, ibu meminta cuti kerja supaya dapat menemaniku pergi 
ujian. Ketika hari sudah siang, terik matahari mulai menyinari, ibu yang 
tegar dan gigih menunggu aku di bawah terik matahari selama beberapa jam. 
Ketika bunyi loceng berbunyi, menandakan ujian sudah selesai. Ibu dengan 
segera menyambutku dan menuangkan teh yang sudah disiapkan dalam botol yang 
dingin untukku. Teh yang begitu kental tidak dapat dibandingkan dengan kasih 
sayang yang jauh lebih kental. Melihat ibu yang dibanjiri peluh, aku segera 
memberikan gelasku untuk ibu sambil menyuruhnya minum. Ibu berkata : 
"Minumlah nak, aku tidak haus!" ----KEBOHONGAN IBU YANG KE EMPAT
Setelah kepergian ayah karena sakit, ibu yang malang harus merangkap sebagai 
ayah dan ibu. Dengan berpegang pada pekerjaan dia yang dulu, dia harus 
membiayai keperluan hidup sendiri. Kehidupan keluarga kita pun semakin susah 
dan susah. Tiada hari tanpa penderitaan. Melihat kondisi keluarga yang 
semakin parah, ada seorang pakcik yang baik hati yang tinggal di dekat 
rumahku pun membantu ibuku baik masalah besar maupun masalah kecil. Tetangga 
yang ada di sebelah rumah melihat kehidupan kita yang begitu sengsara, 
seringkali menasehati ibuku untuk menikah lagi. Tetapi ibu yang memang keras 
kepala tidak mengindahkan nasehat mereka, ibu berkata : "Saya tidak butuh 
cinta" ----KEBOHONGAN IBU YANG KE LIMA
Setelah aku, kakakku dan abangku semuanya sudah tamat dari sekolah dan 
bekerja, ibu yang sudah tua sudah waktunya pencen. Tetapi ibu tidak mahu, ia 
rela untuk pergi ke pasar setiap pagi untuk jualan sedikit sayur untuk 
memenuhi keperluan hidupnya. Kakakku dan abangku yang bekerja di luar kota 
sering mengirimkan sedikit uang untuk membantu memenuhi keperluan ibu, 
tetapi ibu berkeras tidak mau menerima uang tersebut. Malahan mengirim balik 
uang tersebut. Ibu berkata : "Saya ada duit" ----KEBOHONGAN IBU YANG KE ENAM
Setelah lulus dari ijazah, aku pun melanjutkan pelajaran untuk buat master 
dan kemudian memperoleh gelar master di sebuah universiti ternama di Amerika 
berkat sebuah biasiswa di sebuah syarikat swasta. Akhirnya aku pun bekerja 
di syarikat itu. Dengan gaji yang lumayan tinggi, aku bermaksud membawa 
ibuku untuk menikmati hidup di Amerika. Tetapi ibu yang baik hati, bermaksud 
tidak mahu menyusahkan anaknya, ia berkata kepadaku : "Aku tak biasa tinggal 
negara orang" ----KEBOHONGAN IBU YANG KE TUJUH
Setelah memasuki usianya yang tua, ibu terkena penyakit kanser usus, harus 
dirawat di hospital, aku yang berada jauh di seberang samudera atlantik 
terus segera pulang untuk menjenguk ibunda tercinta. Aku melihat ibu yang 
terbaring lemah di ranjangnya setelah menjalani pembedahan. Ibu yang 
kelihatan sangat tua, menatap aku dengan penuh kerinduan. Walaupun senyum 
yang tersebar di wajahnya terkesan agak kaku karena sakit yang ditahannya. 
Terlihat dengan jelas betapa penyakit itu menjamahi tubuh ibuku sehingga 
ibuku terlihat lemah dan kurus kering. Aku menatap ibuku sambil berlinang 
air mata. Hatiku perit, sakit sekali melihat ibuku dalam keadaan seperti 
ini. Tetapi ibu dengan tegarnya berkata : "Jangan menangis anakku, Aku tidak 
kesakitan" ----KEBOHONGAN IBU YANG KE DELAPAN.
Setelah mengucapkan kebohongannya yang kelapan, ibuku tercinta menutup 
matanya untuk yang terakhir kalinya. Dari cerita di atas, saya percaya 
teman-teman sekalian pasti merasa tersentuh dan ingin sekali mengucapkan : 
"Terima kasih ibu..!" Coba dipikir-pikir teman, sudah berapa lamakah kita 
tidak menelepon ayah ibu kita? Sudah berapa lamakah kita tidak menghabiskan 
waktu kita untuk berbincang dengan ayah ibu kita? Di tengah-tengah aktiviti 
kita yang padat ini, kita selalu mempunyai beribu-ribu alasan untuk 
meninggalkan ayah ibu kita yang kesepian. Kita selalu lupa akan ayah dan ibu 
yang ada di rumah. Jika dibandingkan dengan pasangan kita, kita pasti lebih 
peduli dengan pasangan kita. Buktinya, kita selalu risau akan kabar pasangan 
kita, risau apakah dia sudah makan atau belum, risau apakah dia bahagia bila 
di samping kita. Namun, apakah kita semua pernah merisaukan kabar dari 
orangtua kita? Risau apakah orangtua kita sudah makan atau belum? Risau
 apakah orangtua kita sudah bahagia atau belum? Apakah ini benar? Kalau ya, 
coba kita renungkan kembali lagi. Di waktu kita masih mempunyai kesempatan 
untuk membalas budi orangtua kita, lakukanlah yang terbaik. Jangan sampai 
ada kata "MENYESAL" di kemudian hari.


      
____________________________________________________________________________________
Be a better friend, newshound, and
know-it-all with Yahoo! Mobile.  Try it now. 
http://mobile.yahoo.com/;_ylt=Ahu06i62sR8HDtDypao8Wcj9tAcJ


[Non-text portions of this message have been removed]



-----------------------------------------------***
Donasi Dana untuk Sarikata.com :

No Rek : 145-118-2990
Atas Nama : Yudhi Aprianto
BCA KCP : Gatot Subroto Jkt

Kami ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas donasi yang telah Anda 
berikan demi kelangsungan Sarikata.com di dunia maya ini.

-----------------------------------------------***
cara keluar dari milis ini :
kirim email kosong ke [EMAIL PROTECTED]
dan REPLY email konfirmasi dari yahoogroups.


Yahoo! Groups Links



Kirim email ke