Feed: Percik
Posted on: Saturday, 02 February, 2008 09:28
Author: Louisa Tuhatu
Subject: Soekarno berdasi merah

 


 
<http://bp2.blogger.com/_bgZ3dVEeNI0/R6LA15wTZhI/AAAAAAAAAAU/Nwx8z0hUFII/s1600-h/JSRNDP+Basoeki+Sukarno+speech.JPG>
 
Lukisan Soekarno berukuran kurang lebih 80x120cm ini seolah mempunyai daya 
magis yang membuat Ryas, anak pembantu berusia 10 tahun di rumah Bapak, selalu 
menundukkan kepalanya setiap melewati lukisan ini. Memang, dalam lukisan ini 
Soekarno tampak berbeda dari sosoknya yang tampan yang biasa kita lihat. 
Basoeki Abdullah melukiskan Soekarno sebagai seorang yang heroik, tangan 
terkepal ke atas dan dasi merah menjadi suatu pernyataan tegas mengenai 
kemerdekaan Indonesia yang tidak bisa ditawar. Menurut Bapak, ini lah 
satu-satunya lukisan Soekarno yang memperlihatkan semangat dan heroismenya. 
Lukisan ini dibuat pada saat Soekarno berpidato dalam rapat raksasa di Lapangan 
Ikada tanggal 19 September 1945.
http://www.sinarharapan.co.id/berita/0509/19/sh05.html
Basoeki Abdullah menggunakan tripleks sebagai medium karena tidak ada kanvas. 
Di antara lebih dari 40 lukisan koleksi Bapak, lukisan Soekarno ini adalah yang 
pal 
<http://bp3.blogger.com/_bgZ3dVEeNI0/R6LH3JwTZiI/AAAAAAAAAAc/70umx-UJoK0/s1600-h/JSRNDP++Basoeeki+Port+Sukarno+profil+.JPG>
 ing disukainya dan tidak akan pernah diberikan atau dijual kepada orang lain. 
Hal ini mungkin tidak lepas dari kekaguman Bapak terhadap Soekarno yang selalu 
dilukiskannya sebagai "the great man". Dalam lukisan koleksi Bapak lainnya, 
Soekarno digambarkan oleh Basoeki Abdullah sebagai pemuda tampan nan berwibawa, 
tetapi tidak garang.


Bapak memang sangat mengagumi Soekarno, tetapi tidak bisa secara sederhana 
dikategorikan sebagai "Soekarnois" seperti yang sering dikatakan orang. Dari 
cerita-ceritanya, saya melihat Bapak sebagai orang yang rasional, melihat 
sesuatu secara proporsional. Ini juga yang membuatnya bisa membedakan antara 
sikap politik seseorang dan pribadi orang tersebut. Ketika Omar Dhani 
dipenjara, Bapak setia menyambangi beliau. Dengan mata berkaca-kaca ketika 
datang melayat Omar Dhani mengatakan "He is my true friend". Bapak juga rajin 
mengirimkan bingkisan kepada Jusuf Ishak selama ia ditahan di pulau Buru.


Sikapnya yang proporsional itu pula yang membuat Bapak masih "dipakai" di 
masa-masa awal Orde Baru. Pengabdiannya adalah untuk Indonesia, bukan untuk 
seseorang. Begitu sang penguasa mulai melenceng, Bapak pun mengambil sikap 
tanpa rasa takut. Ia tidak ragu untuk bertemu dan berkawan dengan orang-orang 
yang pada suatu saat dikategorikan dalam daftar hitam. Bersama Ali Sadikin pada 
pertengahan tahun 1997 Bapak dipanggil ke Kejaksaan Agung berkaitan dengan 
peredaran buku karya Soebadio Sastrosatomo "Era Baru Pemimpin Baru". Setelah 
selesai pemeriksaan Bapak ditawari makan siang tetapi ditolaknya dengan berkata 
"Saya lebih suka pulang daripada menginap di sini". Rupanya sudah ada preseden 
sebelumnya di mana makan siang hanya menjadi umpan untuk penahanan seseorang.

Dharmawan, suami saya, punya cerita menarik tentang Bapak dan Soeharto. Tahun 
1985 Irawan, adik Dharmawan, akan melangsungkan pernikahan dengan Dhanny 
Dahlan. Sebagai pasangan yang saat itu cukup dikenal publik mereka ingin 
mengadakan resepsi pernikahan yang besar, sesuatu yang sebetulnya sangat tidak 
sesuai dengan karakter Bapak. Tetapi ia tidak bisa melawan kehendak putra 
bungsunya ini. Keributan mulai terjadi pada saat penyusunan daftar undangan, 
sampai-sampai Bapak harus menitikkan air mata. Irawan ingin mengundang 
Soeharto, sementara Bapak berkeras agar Soeharto tidak diundang. Alasannya 
sangat sederhana: kalau Soeharto datang maka sahabat-sahabat Bapak yang masuk 
dalam daftar "musuh" Soeharto tidak akan bisa datang. Kali ini Bapak menang, 
Soeharto tidak diundang.


View <http://louisa-tuhatu.blogspot.com/2008/02/soekarno-berdasi-merah.html>  
article...



[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke