Berdoa dalam Duka dan Menderita
Oleh: Syamsuri Rifai

Doa merupakan senjata bagi kaum mukminin. Hati kaum mukminin selalu 
bergantung kepada Allah Yang Maha Rahman dan Maha Rahim. Sehingga 
mereka memiliki hubungan yang sangat dekat dengan-Nya.

Namun demikian, tidak jarang dalam kehidupan keseharian, kita 
dihadapkan pada suatu ujian dan musibah yang membawa kita pada 
kesedihan. Pikiran buntu, tak tahu arah mau kemana. Seolah-olah 
semua manusia menjahui kita. Hati terasa hancur dan pilu, hampir-
hampir dihadapkan pada keputus-asaan. Saat itulah, sebenarnya, Allah 
Yang Maha Rahman dan Maha Rahim sangat dengan dekat dengan kita. 

Bukankah kita pernah mendengar ketika nabi Musa (as) bertanya kepada 
Allah swt: "Dimanakan aku harus mencari-Mu?" Allah swt 
menjawab: "Carilah aku di antara orang-orang yang hancur hatinya."  
 
Allah swt berfirman: 
Ketika manusia ditimpa bahaya dia berdoa kepada Kami dalam keadaan 
berbaring, duduk dan berdiri, tetapi setelah Kami hilangkan bahaya 
itu darinya, dia kembali ke jalannya yang semula seolah-olah dia 
tidak pernah berdoa kepada Kami untuk menghilangkan bahayanya." 
(Yunus/10: 12).

"Ketika manusia ditimpa bahaya, mereka berdoa kepada Tuhannya dengan 
kembali bertaubat kepada-Nya, kemudian ketika Tuhannya merasakan 
kepada mereka barang sedikit rahmat dari-Nya, tiba-tiba sebagian 
mereka mempersekutukan Tuhannya." (Ar-Rum/30: 33).

"Ketika manusia ditimpa bahaya di lautan, niscaya hilanglah siapa 
yang kamu seru kecuali Dia, tetapi ketika Dia menyelamatkan kamu ke 
daratan, kamu berpaling. Dan manusia adalah selalu tidak berterima 
kasih." (Al-Isra': 17). 

Masih banyak lagi ayat-ayat Al-Qur'an yang semakna dengannya. 
Semuanya menunjukkan bahwa kehadiran manusia ke hadapan Allah swt 
ketika hatinya hancur dan berduka merupakan fitrah manusia yang 
paling dalam dan watak  kesejatian manusia.

Dikisahkan ada seorang bertanya kepada Imam Ja'far Ash-Shadiq (sa): 
Wahai putera Rasulullah, tunjukkan padaku cara berhubungan dengan 
Allah swt? Karena tentangnya banyak orang yang mendebat dan 
membingungkan aku. Beliau berkata: "Apakah kamu punya rasa khawatir 
ketika tidak ada bahtera yang dapat menyelamatkan kamu sementara 
kamu tidak bisa berenang?" Ia menjawab: ya. Kemudian beliau 
bertanya: "Apakah dalam hatimu ada rasa ketergantungan pada Yang 
Maha Kuasa untuk menyelamatkan kamu dari kekhawatiranmu?" Ia 
menjawab: ya. Beliau berkata: "Yang Maha Kuasa itulah adalah Allah 
Yang Menyelamatkan kamu ketika tidak ada lagi penyelamat, yang 
melindungi kamu ketika tidak ada lagi perlindungan." (Biharul Anwar 
3: 41)

Dalam kisah itu Imam Ja'far Ash-Shadiq (sa) menunjukkan padanya cara 
mengenal Allah swt melalui hati. Beliau menunjukkan jalan yang 
menghubungkan antara hati dengan Pencipta Yang Maha Kuasa, 
pengenalan dan pandangan yang sejati ketika tidak ada sebab-sebah 
lahir yang dapat menyelamatkannya dan memberi pertolongan kepadanya. 
Inilah kekuasaan yang sejati yang dikenal oleh fitrah manusia. 
Sekiranya kekuasaan ini tidak ada, niscaya fitrah manusia tidak di 
dalam hati.  

Sesungguhnya memusatkan perhatian kepada Allah swt ketika berduka 
dan menderita, dan merendahkan diri melalui doa merupakan perbuatan 
yang tidak bisa dilakukan oleh panca indera. 

Hal ini dapat kami umpamakan dengan persoalan  naluri (gharizah) 
yang sifatnya umum. Yaitu keinginan seorang bayi pada tetek ibunya. 
Naluri ini ada bersamaan ia lahir ke dunia. Ketika ia lapar 
bergeraklah nalurinya lalu naluri itu membimbingnya mencari tetek 
ibunya yang sebenarnya ia belum pernah melihat dan mengenalnya. 
Sekiranya  tetek dan air susu itu tidak ada, tentu naluri bayi tidak 
akan membimbingnya untuk mencarinya. Demikian juga fitrah dalam diri 
manusia, sekiranya tidak ada kekuasaan Yang Maha Kuasa, tentu fitrah 
itu tidak akan pernah membimbing manusia untuk mencari kekuasaan 
Yang Maha Kuasa.  

Hal-hal yang sifatnya fitri dalam diri manusia telah banyak 
tertutupi oleh hijab-hijab dosa dan kehinaan, sehingga ia tidak 
dapat mendengar suara fitrahnya, dan manusia memandang dirinya punya 
kemampuan. Lalu menzalimi dirinya dan menjauh dari Penciptanya, 
bergantung penuh pada sebab-sebab lahiriyah. Allah swt berfirman:

"Ketahuilah! Sesungguhnya manusia benar melampaui batas, karena 
memandang dirinya merasa cukup." (Al-`Alaq/96: 6-7).   

"Setelah Kami hilangkan bahaya itu darinya, ia kembali (ke jalannya 
yang semua) seolah-olah ia tidak pernah berdoa kepada Kami untuk 
menghilangkan bahaya yang menimpanya." (Yunus/10: 12). 

Setelah Kami selamatkan kamu sampai ke daratan, kamu berpaling." (Al-
Isra'/17: 67).

Jika manusia hanya berdoa dalam keadaan duka dan menderita, ini 
menunjukkan bahwa ia belum memiliki kesempurnaan insani dan 
ketulusan beribadah, bahkan hatinya masih keras dan membeku, 
dijauhkan dari curahan rahmat dan maghfirah Allah swt.

Karena itu kita harus berdoa dalam dua keadaan: suka dan duka, 
bahagia dan menderita. Jangan seperti sifat manusia yang disebutkan 
ayat-ayat Al-Qur'an tersebut. Insya Allah, edisi berikutnya saya 
akan posting "Berdoa dalam Suka dan Bahagia".

Tek arab ayat2 Al-Qur'an tersebut  dapat dikopi dari Milis "Keluarga 
Bahagia" atau milis "Shalat Doa" berikut ini.

Amalan Praktis, bermacam2 shalat sunnah  dan doa-doa pilihan, klik 
di sini:
http://shalatdoa.blogspot.com
Artikel-artikel Islami dan informasi Islami, klik di sini :
http://syamsuri149.wordpress.com

Milis artikel2 Islami, macam2 shalat sunnah, amalan2 praktis dan doa-
doa pilihan serta eBooknya, klik di sini:
http://groups.google.com/group/keluarga-bahagia
http://groups.yahoo.com/group/Shalat-Doa

Milis rahasia huruf dan angka, nama dan kelahiran, rumus2 penting 
lainnya, dan doa2 khusus, klik di sini :
http://groups.google.co.id/group/feng-shui-islami

Informasi bisnis online dan situs2 pasang iklan gratis, klik di 
sini :
http://pengusahaonline.com/?id=Syamsuri 
http://infor-indo.blogspot.com

Download gratis Mobile Magazine, majalah bermacam2 produk Hp dan 
elektronik, klik di sini : http://www.mobile-indonesia.com
Ingin kerjasama buka cabang di kota atau daerah Anda, hubungi 
Redaksi:
Jl. Tebet Timur Dalam VII E No. 17 Jakarta Selatan 12820. Phone : 62-
21-835.2103.



Kirim email ke