> Bu Mia, > Lho, memang setiap kita pasti melakukan peer-grouping. Itu kan yang > saya sampaikan sebelumnya? Jadi saya tidak menyatakan saya tidak > melakukannya juga, krn ini keniscayaan belaka. Kan sesuai dengan > petuah Rasul soal mencari teman/berteman kan?
Lho, dalam rentetan postingan ini saja, yang melakukan peer grouping itu Bapak sendiri - dalam konteks suuzon. > Soal pendapat saya tentang pernyataan Musda Mulia, saya masih belum > mengerti benar maksudnya. Artinya saya belum sejauh menanggapi > langsung komentarnya spt ibu tanyakan ini "Jadi apa pendapat Pak > Satriyo tentang substansi yang dikemukakan bu Musdah sambil menyitir > ayat: bahwa manusia (mayoritas dan minoritas) itu berada pada level > playing yang sama pada sisi kemanusiaannya berdasarkan indikator > kesalehan? Apa ini namanya bukan ayat-ayat cinta?" karena saya tidak > tahu persis apakah memang maksud Musda Mulia ini spt yang ibu > tanyakan. Saya punya pemahaman begitu setelah baca artikel Pak A Husaini yang lebih lengkap ketimbang koran sepotong-potong. > Tapi jika maksud ibu adalah menanyakan pendapat saya atas komentar > Musda Muliah ini: > "Mengutip QS 49 ayat 3, Musdah menyatakan, salah satu berkah Tuhan > adalah bahwasanya semua manusia, baik laki-laki atau wanita, adalah > sederajat, tanpa memandang etnis, kekayaan, posisi social atau pun > orientasi seksual. Karena itu, aktivis liberal dan kebebasan beragama > dari ICRP (Indonesia Conference of Religions and Peace) ini, "Tidak > ada perbedaan antara lesbian dengan non-lesbian. Dalam pandangan > Tuhan, manusia dihargai hanya berdasarkan ketaatannya." (spt ditulis > oleh Adian Husaini) atau teks aslinya dari TJP, "There is no > difference between lesbians and nonlesbians. In the eyes of God, > people are valued based on their piety" > maka saya hanya bisa bilang, "kacau sekali cara Musda Mulia memandang > siapa itu orang bertaqwa. apakah orang yang perilakunya dibenci Allah > pantas disebut taqwa? apakah taqwa itu kata Musda Mulia atau kata > Allah (dalam KitabNYA)?" > silakan saja Musda Muliah ingin berempati pada mereka yang menyimpang > (dan ini jelas ada dalam Kitabullah spt diurai Adian Husaini, kec > buat 'ulama' liberal yang sempit pandangannya ... hehehe) entah itu > homo, atau apa saja -- dan kalo mau jujur hanya base on humanity, > yang namanya pedofil, sex addict, atau semua kelainan seksual lainnya > harus masuk dalam kotak yang sama dengan kaum homo-nya Musda Mulia - - > tapi tidak usahlah berperan jadi juru bicara Tuhan, atau > mengatasnamakan Islam sambil membunuh karakter para ulama salaf dan > khalaf. itu saja ... :-) Bu Musdah kan bicara tentang orientasi gay, bukannya kelainan sex seperti pedofil (ini kriminal, bukan kesalehan donks!). Lagi, dalam pengertian saya bu Musdah bilang ayat itu dipahami sebagai level playing field kemanusiaan termasuk minoritas gay, yang punya sisi baik dan buruk, makanya amal perbuatannya sendiri yang jadi penilainya. Waduh sodara2, ini terakhir postingan saya untuk Pak Satriyo dalam thread ini sebelum diskusinya keleleran, yang tentu saja saya berikan blio kesempatan terakhir untuk posting lagi kalo mau. Bu Musdah lagi menyitir ayat, atau menuliskan lagi ayat-ayat, tapi dibilang Satriyo berperan jadi juru bicara Tuhan. Menurut beritanya, ulama HTI dan MUI diundang dan diminta bicara utk saling mendengarkan, tapi dianggap Satriyo itu membunuh karakter para ulama salaf dan khalaf. Gimana sih...capek deh. salam Mia > --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "Mia" <aldiy@> wrote: > > > > Pak Satriyo, > > dari postingan2 saya terdahulu 'ulama' di sini saya refer ke > > A.Husaini dan Musdah M., maksudnya akademisi islamologi, gitu. > Saya > > mendapat gambaran diskusi gay lebih lengkap baca tulisan akademisi > > A.Husaini, ketimbang baca koran. Tapi saya juga mengkritisi > > akademisi A.Husaini yang melancarkan character assasination kepada > > akademisi lainnya. > > > > Satriyo: "sudah ada peer-grouping.." dan kemudian: "..Musda Mulia > > adalah ulama yang sebanding dengan Ulil, Moqsith, Zainun Kamal..." > > > > Pak Satriyo sedang melakukan peer-grouping. > > > > Satriyo:"..Justru pemikiran mereka jelas sekali ... rancunya" > > juga: "..Bukankah ini yang dilakukan oleh Musda Muliah tiap > > kali ia bersembunyi di balik ayat-ayat Allah atau Hadis > Rasulullah.." > > > > Ini contoh character assasination dan khusnuzzon, pak Satriyo > > menggiringnya ke situ tanpa memperhatikan substansi yang ingin > > dikemukakan bu Musdah. > > > > Jadi apa pendapat Pak Satriyo tentang substansi yang dikemukakan bu > > Musdah sambil menyitir ayat: bahwa manusia (mayoritas dan > minoritas) > > itu berada pada level playing yang sama pada sisi kemanusiaannya > > berdasarkan indikator kesalehan? Apa ini namanya bukan ayat-ayat > > cinta? > > > > Dan bukankah bu Musdah memang sedang 'menuliskan kembali ayat- ayat' > > seperti yang dipesankan Karen Armstrong, sebetulnya lebih dari > > sekedar menyitir ayat? > > > > salam > > Mia > > >