Saya jadi baca sejarah Aceh karena lagi terlibat program 
kesejarahannya.  Oh, pertentangan adanya sultanah pada waktu itu 
kental sekali, bahkan nggak dapet dukungan dan itu yang membuat 
sebagian mereka nggak maksimal kerjanya karena direcoki melulu.

Ada transisi budaya pada waktu itu, dan boleh dibilang kebudayaan 
Islam yang masuk ke Malay membatasi gerak perempuan, karena budaya 
kuno di Sumatera itu kan matriarchaat.  Ada banyak legenda yang 
menyiratkan budaya transisi ini, misalnya legenda wali Rubiah, 
legenda Puteri Betung, kebudayaan memelihara anjing yang masih 
berjalan sampe sekarang, dll.

Kalo baca tulisan para diplomat/pedagang Perancis,Sultan Iskandar 
Muda itu praktisnya membentuk harem di istananya, sedemikian rupa 
sehingga nggak ada laki2 seorangpun di istananya kecuali yang 
dikebiri.  Prajurit istana pun perempuan. Jumlah isterinya jangan 
ditanya.  Anak laki2 SIM cuma satu, itupun berengsek dan mati 
terbunuh.  Bapaknya memerintah dengan disiplin dan kejam, banyak 
orang tangan buntung di jalanan.

Jadi kalo ada sultanah, yah...habis siapa lagi yang kompeten?  Di 
suatu sisi, para sultanah ini maju untuk menyelamatkan krisis budaya 
di negaranya, biasanya perempuan memang bermunculan kalau suatu 
masyarakat merasa 'terancam'. Dan bagi masyarakat Aceh pada waktu itu 
relatif mudah, karena matriarchaatnya masih kuat.

BTW, pengarusutamaan gender nggak kompatibel dibandingkan dengan 
pemimpin/raja perempuan, karena PUG mengaddress masyarakat modern 
dalam tatanan individual, bukan komunal/monarki.

salam
Mia

--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "Ari Condro" <[EMAIL PROTECTED]> 
wrote:
>
> 
> Kayaknya waktu ada sultaah pertama di aceh. Syajarudtuddur para 
ulama terpecah dua deh.
> 
> Sebagian mendukung panglima polim, anak tiri dari iskandar muda 
untuk jadi sultan.
> 
> Dgn fakta diatas logika efi dan woo dgn sendirinya mental. Karena 
gerakan afirmasi, pengarusutamaan gender dan improvement kehadiran 
perempuan dalam menghandle masalah publik harus berjalan bersamaan.
> 
> Karena menjadi pemimpin yg capable diawali dari latihan terus 
menerus dalam banyak lingkup yg lebih kecil.  Kalau jadi ketua rt 
saja sudah dijegal manusia picik macam sat dan woo ini, gimana bisa 
berkembang jadi presiden.
> 
> Manusia picik banyak yg diciptakan untuk mengkerdilkan manusia 
lainnya.  Mungkin karena itu perlu diberi anak bermasalah, supaya 
belajar dari keseharian. Tapi kalau tetap picik, ya itu jadi tanda
> Tidak mau belajar.
> 
> *jadi ingat teman kita yg menyalahkan imunisasi, dan berencana 
menyangkal pajak karena kecewa dgn dunia*
> 
> 


Kirim email ke