Jum'at, 06 Juni 2008 15:01 WIB Ancaman Krisis Pangan di NTT Meluas Reporter : Palce Amalo KUPANG--MI: Ancaman krisis pangan akibat gagal panen dan tanam di Nusa Tenggara Timur (NTT) meluas. Bencana itu kini mengancam 137 desa, dari sebelumnya 102 desa. Data tingkat risiko rawan pangan yang dipublikasi Badan Bimas Ketahanan Pangan NTT, Jumat (6/6) menyebutkan, penambahan wilayah yang terancam krisis pangan itu terjadi di Kabupaten Ngada sebanyak enam desa, dan Sumba Barat Daya 29 desa. Pada Kamis (5/6), instansi tersebut mengumumkan ancaman krisis pangan terjadi di 102 di tiga kabupaten, yakni Lembata, Rote Ndao, dan Alor. Kepala Badan Bimas Ketahanan Pangan NTT Petrus Langoday mengatakan, tujuh dari 29 desa di Sumba Barat Daya mengalami risiko serius. Sebab, sesuai pengamatan petugas Dinas Pertanian di kabupaten, daerah itu mengalami gagal panen tanaman padi. "Penyebabnya curah hujan yang sangat sedikit," katanya di Kupang. Namun, warga diminta tidak mengandalkan padi sebagai sumber pangan utama, tetapi juga mengonsumsi ketela pohon atau ketela rambat dan kacang-kacangan. Tiga jenis tanaman itu dinilai tahan terhadap kemarau karena kebutuhkan airnya lebih sedikit jika dibandingkan dengan tanaman padi. Menurut Petrus, ancaman krisis pangan di tujuh desa itu melanda 5.560 warga, sedangkan di 22 desa lainnya, ancaman krisis pangan tidak terlalu parah karena meskipun gagal panen, warga masih memiliki cukup bahan pangan. Warga yang terancam gagal panen, jauh lebih banyak dari tujuh desa di kabupaten tersebut yakni 10.098 orang. Selain itu, di Kabupaten Ngada, dari 2.713 penduduk yang terancam lapar karena kurang pangan, katanya, masih memiliki cadangan pangan alternatif selain beras. "Cadangan pangan di desa-desa sangat banyak yang siap dikonsumsi tiap saat," katanya. Pengumuman ancaman krisis pangan itu dilakukan di tengah kampanye calon gubernur NTT untuk bertarung dalam pemilihan kepala daerah (pilkada) pada 14 Juni mendatang. Para calon gubernur memkampanyekan program pengentasan kemiskinan yang dimulai dari pembebasan biaya pendidikan dan kesehatan. (PO/OL-01) --------------- Jusfiq Hadjar gelar Sutan Maradjo Lelo