Don't Cry, Ketika Mencintai, Tak Bisa Menikahi 
Apr 15, '08 4:13 AM
for everyone


>From Email
Mohon maaf jika sebelumnya sudah ada yang pernah membacanya 

Penulis : Fadhlan Al-Ikhwani

  

Sungguh, merupakan hal yang sangat menyakitkan hati. Ketika cinta kita 
ditolak oleh seeorang yang sangat kita harapkan cintanya. Sebahagaian dari 
kita mungkin akan langsung berfikir sepertinya Allah tidak adil. Langit 
terasa muram dan tidak bercahaya. Bukankah cinta kita benar-benar tulus 
dan murni. Untuk mehjaga diri dari dosa, menjaga pandangan, menjaga hati, 
bahkan demi menjaga kesucian agamaNya? Apa yang salah pada diri kita? 
Tidak layakkah kita mendapakan janjinya, "Jika kamu menolong agama 
(Allah), niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu." (QS. 
Muhammad : 7). 

Begitu mahalkah tiket untuk mendapatkan pertolonganNya, lantas di manakah 
janjiNya, "Berdo'alah kepadaKu, niscaya akan Kuperkenankan bagimu." (QS. 
Al-Mu'min : 60). 

Ya, sebenarnya faktor yang paling utama mengapa keinginanmu belum 
dikabulkan, padahal usia sudah waktunya, tujuan sudah mulia, bahkan 
mungkin kemampuan sudah ada. Hanya satu faktor penyebabnya. Yaitu 
perbedaan persepsi antara kita dan Allah. Kita seringkali menganggap 
bahwasanya apa-apa yang sesuai dengan keinginan kita itulah yang terbaik 
bagi kita, padahal tidak selamanya loh, (baca QS. Al-Baqarah : 216). 

Dari ayat tersebut, kita tahu bahwa ada hikmah dibalik setiap kejadian 
apapun yang menimpa kita, ada kebaikan dibalik sesuatu yang kita anggap 
buruk, demikian pula sebaliknya. 

Agaknya tidak ada salahnya jika kita sedikit mendengar penuturan Ibnu 
Al-Jauzy yang mengajarkan, "Jika anda tidak mampu menangkap hikmah, bukan 
karena hikmah itu tidak ada, namun semua itu akibat kelemahan daya ingat 
anda sendiri. Anda kemudian harus tahu bahwa para raja pun memiliki 
rahasia yang tidak diketahui setiap orang. Bagaimana mungkin anda dengan 
segala kelemahan anda akan sanggup mengungkap sebuah hikmah?" 

Betapa berat pun sebuah ujian yang kita alami, pasti akan ada jalan 
keluarnya. Allah menyatakan, "Kami tidak memikulkan beban kepada seseorang 
melainkan sekedar kesanggupannya." (QS. Al-An'am : 152). Dalam ayat yang 
lain, Allah berfirman, "Barangsiapa bertakwa kepada Allah, niscaya Dia 
akan mengadakan baginya jalan keluar dan memberinya rezeki dari arah yang 
tak disangka-sangkanya. Dan barang siapa yang bertawakkal kepada Allah 
niscaya Allah akan mencukupkan baginya keperluannya." (QS. At-Thalaq : 
2-3). 

Yakinilah bahwa kegagalan cinta yang kita alami, tertolaknya cinta yang 
kita ajukan, sudah dirancang sedemikian rupa skenarionya oleh Allah. 
Sehingga tidak perlu menyikapinya secara berlebihan. Daripada kita larut 
dalam kesedihan, menagis, menyesali diri, patah hati atau bunuh diri. 
Lebih baik kita berbaik sangka saja kepada Allah. Tidak pantas diri ini 
mengeluh apalagi menyesali sebuah kegagalan. Bersikaplah positif ke depan. 
Yakinlah bahwasannya kegagalan cinta bukanlah akhir dari segalanya, 
bukanlah awal dari sebuah kehancuran. 
 

Sejarah mencatat, banyak sekali pribadi-pribadi sukses di dunia ini 
mengawali kesuksesannya setelah ditimpa berkali-kali gagal dalam usaha 
mereka, begitu juga tentang urusan cinta. Sebagai manusia, kita dibekali 
potensi yang sedemikian hebatnya oleh Allah. Dan terkadang potensi yang 
ada pada diri kita justru baru kita ketahui setelah kita menghadapi 
beberapa kali kegagalan. 

Aa Gym pernah mengatakan, "Jika nasi sudah menjadi bubur, maka kita harus 
mulai memikirkan ayam, cakwe, sledri, bawang goreng, dan sambel, sehingga 
bubur kita akan menjadi bubur ayam yang spesial." Karena itu, satu orang 
yang menolak cinta kita seharusnya tidak menjadikan kita lupa pada puluhan 
bahkan ratusan orang lain yang menyayangi kita. Namun justru seharusnya 
menjadi cambuk bagi diri kita untuk menjadi lebih baik. 
  
*** 
Ayo Terus Perbaiki Kekurangan Diri 
 

Mungkin kita merasa bahwa kita sudah siap dan mampu, kita merasa bahwa 
kita baik hati, tidak sombong, berasal dari keluarga baik-baik, punya ilmu 
agama yang cukup memadai, pribadi oke, wajah pun tidak mengecewakan. Tapi 
mengapa dia masih tidak bersedia? Kriteria seperti apa lagi yang dia 
dambakan? Sekali lagi, cinta tidak bisa dipaksakan, mungkin ada beberapa 
kriteria lain yang belum kita miliki, yaitu kriteria yang baginya adalah 
paling prioritas di antara kriteria lainnya dan hal itu merupakan daya 
tarik tersendiri bagi dirinya. 

Kalau sudah begitu, mari kita jadikan momen penolakan tersebut sebagai 
momen kita untuk mencari tahu dan memperbaiki terus kekurangan-kekurangan 
kita. Sekali ditolak, berarti satu perubahan ke arah yang lebih baik, dua 
kali ditolak, dua perubahan, sehingga pada akhirnya, ketika Allah 
mengirimkan seseorang yang terbaik menurutNya kepada kita, orang tersebut 
akan terpana dan berkata "Waaa... Istri/suamiku ternyata keren sekaliii." 

Ingat, kita harus selalu berusaha memperbaiki kekurangan diri, menjadikan 
setiap kegagalan sebagai batu loncatan ke arah kesuksesan, melecutkan 
kemampuan, membangun potensi yang selama ini terpendam, memacu semangat 
dalam diri. Seorang pemenang tidak dilahirkan, tetapi harus diciptakan. 
  
La haula wala kuwwata illah billah..







[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke