Kalau dilihat dari kelakuannya, saya kira memang dia sudah gila. kmjp47 ----Original Message---- From: [EMAIL PROTECTED] Date: 15/08/2008 9:31 To: <[EMAIL PROTECTED]>, <[EMAIL PROTECTED]>, <[EMAIL PROTECTED]>, <[EMAIL PROTECTED]>, <[EMAIL PROTECTED] com>, <[EMAIL PROTECTED]>, <[EMAIL PROTECTED]>, <[EMAIL PROTECTED] com>, <[EMAIL PROTECTED]>, <[EMAIL PROTECTED]>, <[EMAIL PROTECTED]>, <[EMAIL PROTECTED]>, <[EMAIL PROTECTED]>, <wanita-muslimah@yahoogroups.com>, <[EMAIL PROTECTED]>, <[EMAIL PROTECTED]>, <[EMAIL PROTECTED]>, <[EMAIL PROTECTED]>, <[EMAIL PROTECTED] com>, <[EMAIL PROTECTED]>, <[EMAIL PROTECTED]>, <[EMAIL PROTECTED]>, <[EMAIL PROTECTED]> Subj: [wanita-muslimah] Fw: [Tauziyah] Fw: Misionaris tertangkap tangan
Kamis, 14 Agustus 2008 Misionaris tertangkap tangan, Mengaku Gila, Agar Tak Terkena Pidana Ditulis Oleh : Redaksi Seorang Misionarais, IM mengakui bila dirinya berhasil memurtadkan 5 orang umat Islam, akan diberi Rp5 juta, rumah, dan bahkan mobil. Sedangkan dana selama menjalankan missinya di Medan hanya Rp200 ribu. Selama di pesantren, ketika menndengar suara azan IM selalu menutup kupingnya, dan ketika shalat dengan ayat-ayat panjang, IM terlihat jengkel, sehingga meremas tutup kepala yang dikenakannya. Dan begitu juga ketika tidur di mushalla pesantren, IM selalu mencakar lantai seperti harimau. IM, 33, yang mengaku missionaris utusan salah satu rumah ibadah terbesar di Balige diamankan Sat Intelkam Poltabes Medan dari kantor Majelis Ulama Indonesia (MUI) Sumut Jln. Sutomo Medan. Humas Gerakan Umat Islam Sumut, Aidil Mubarak, kepada wartawan mengatakan, kejadiannya berawal Juli 2008, IM datang ke Masjid Nurul Islam di Jln Karya Medan. Di masjid tersebut ia bertemu dengan Ustadz Mukhlis selaku sekretaris FPI Sumut. IM mengaku lari dari keluarganya di Balige karena ingin masuk Islam. Kemudian atas permintaan IM, Ustadz Mukhlis memasukkan pria asal Balige tersebut ke agama Islam. IM awalnya mengaku beragama Kristen. Setelah masuk Islam, Mukhlis memasukannya kerja di salah satu perusahaan di Medan dengan gaji Rp1,5 juta sebulan. Namun IM tidak mau dan ingin masuk pesantren dengan alasan mencari ilmu agama Islam. Mendengar itu, Mukhlis memasukannya ke pesantren di Medan tetapi IM menolak dan minta untuk masuk pesantren di Aceh. Kemudian Mukhlis menyerahkan IM dibawa oleh Ustadz Sirajudin Sagala selaku pembimbing IM, akhirnya pria Balige itu dikirim ke Aceh dan dimasukkan ke Pesantren Al Mansyuriah di Aceh Singkel. Di pesantren tersebut, ternyata IM tidak mau shalat dan mengajarkan kepada sebagian murid pesantren untuk makan daging babi, anjing dan otak monyet dengan alasan agar pintar. Kemudian murid yang diajari IM menceritakan hal itu kepada pengurus pesantren. Pihak pesantren melakukan pengintaian. Ternyata diketahui, IM di kamarnya masih menyembah simbol agama yang dipeluk sebelumnya. Mendapat laporan tersebut, Sirajudin langsung datang ke pesantren dan membawa IM ke Medan pada Kamis (7/8). Kemudian, IM diinterogasi di kantor MUI Sumut. Menurut Sirajudin, dalam pengakuannya IM disuruh kelompoknya untuk mengajak umat Islam masuk Kristen dengan imbalan Rp5 juta setiap orang yang masuk Kristen. Pengakuan IM, cara mereka untuk mengajak masuk Kristen antara lain diawali memacari wanita beragama Islam dan menghamilinya, lalu disuruh masuk Kristen baru dinikahi. Begitu seterusnya. Disinggung tentang nama kelompok mereka, IM tidak mau menyebutkan. Setelah itu, IM diserahkan ke Poltabes Medan untuk mendapatkan proses selanjutnya. Menurut pengakuan IM, dirinya baru menjalankan missinya 6 bulan di Medan dengan sasaran umat Islam yang kesulitan ekonomi. Pendekatan yang dilakukan dengan cara berpura-pura sebagai orang yang bisa membantu kesulitan keuangan. Bila seseorang membutuhkan dana, IM akan mengontak seorang tokoh agama di Balige untuk memberikan bantuan, sehingga seseorang itu bisa terikat dengan tokoh agama itu. IM mengaku sempat dua kali masuk Islam ketika berada di Medan, melalui Ka KUA Medan Barat dan Ka KUA Medan Perjuangan. Namun, naas ketika dirinya diunggsikan untuk dididik di Pesantren Al Mansyuriah Aceh Singkil ketahuan memiliki missi untuk memurtadkan umat Islam. Di pesantren itu, IM sempat tinggal beberapa hari guna diberi pendidikan agama. Dia berupaya menaklukkan para santri dengan cara hipnotis yakni memberi makanan mie instan yang dibelinya dari kedai dan dimasaknya sendiri. Setelah memakan mie instan tersebut para santri ketika tidur menyebut-nyebut nama IM sehingga membuat suasana pesantren menjadi ricuh. IM mengakui mie instan yang diberikannya sudah dimantera agar para santri bisa takluk dan menuruti perintahnya. Namun, hal ini diketahui pimpinan pesantren. Para pengurus pesantren selama ini mengetahui adanya gejala tidak baik dari IM. Hal itu terlihat ketika mendengar suara azan selalu menutup kupingnya, dan ketika shalat dengan ayat-ayat panjang, IM terlihat jengkel, sehingga meremas tutup kepala yang dikenakannya. Dan begitu juga ketika tidur di mushalla pesantren, IM selalu mencakar lantai seperti harimau. Menurut pengakuannya, dirinya punya kontrak dengan pihak rumah ibadah di Balige tersebut setelah ayahnya yang dipecat dari kepolisian menerima pinjaman Rp10 juta dari pihak tokoh agama yang ada di Balige. IM mengakui bila dirinya berhasil memurtadkan 5 orang umat Islam, akan diberi Rp5 juta, rumah, dan bahkan mobil. Sedangkan dana selama menjalankan missinya di Medan hanya Rp200 ribu. Selama di Medan, IM mengaku tinggal di salah satu rumah ibadah di Jln MT Haryono yang ada hubungan dengan rumah ibadah di Balige. Dia juga menjelaskan rumah ibadah di Balige memiliki hubungan kuat dengan rumah ibadah di Italia sebagai pendana. IM menjelaskan pihak rumah ibadah di Balige telah mengutus 5 orang missionarisnya di berbagai daerah air seperti di Padang, Tebing Tinggi, Lampung, dan Jambi. Menurut IM, di Medan yang menjadi sarasan misionaris adalah kampus USU, UMA dan kampus Harapan, rumah sakit Adam Malik, rumah sakit Pirngadi Medan dan rumah sakit Elisabeth, sejumlah mall. Di rumah sakit, katanya, missionaris berupaya membantu meringankan biaya pasien yang kurang mampu. Selama di Medan, IM mengaku belum satu orang pun yang dimurtadkannya. Namun dia mengaku ada beberapa tempat sebagai tempat pembinaan orang yang dimurtadkan di Kota Medan yakni rumah ibadah Jln MT Haryono, salah satu rumah penduduk di kawasan Griya Martubung dekat rumah ibadah yang tak jauh dari pasar, kemudian di Lau Dendang yakni di SLB. Dan di Griya Martubung saat ini ada 5 orang murtad yang sedang dibina imannya. Menurut dia, missionaris di Medan ini bukan hanya dirinya tetapi masih ada yang lain.Mereka menggunakan cara yang berbeda untuk memurtadkan umat Islam. Sedangkan Poltabes Medan yang menangani kasus misionaris telah memeriksakan IM ke psikiater untuk memastikan apakah yang bersangkutan mengalami gangguan jiwa atau tidak. ?Tapi hasilnya belum kita ketahui,? jelas Kapoltabes Medan Kombes Pol Drs. H. Bambang Sukamto, SH, MH ketika ditanya perkembangan penyelidikan kasus tersebut, Rabu (13/8). Dijelaskan Kapoltabes, kalau nanti hasil pemeriksaan itu menyebutkan IM memang ada kelainan jiwa, nanti kita serahkan kepada keluarganya. Ketika ditanya apakah dalam kasus ini ada pidananya, Bambang mengatakan, belum ada tindak pidananya, tapi polisi masih melakukan penyelidikan. ?Saat ini IM masih berada di Mapoltabes Medan,? tegasnya. Sedangkan sebelumnya, polisi telah membawa pelaku IM ke Balige sesuai alamatnya di KTP. ?IM dibawa ke Balige sesuai alamat di KTP untuk dilakukan cross check apakah benar yang bersangkutan orang sana,? jelas Bambang. Dari hasil penyelidikan sementara, IM banyak berbohong dan diduga dari keluarga broken home. Dijelaskan Bambang, dalam kasus ini pihaknya masih tetap melakukan penyelidikan. Sementara itu Berbagai elemen pemuda Islam meminta ketegasan pemerintah khususnya pihak penegak hukum mengusut kasus tertangkapnya misionaris yang mengajak umat beragama pindah kepada keyakinan agama lain. Hal itu disampaikan Sekretaris PW Pemuda Muslimin Indonesia (PMI) Joni Koto, Ketua FKPUB (Forum Kerukunan Pemuda Umat Beragama) HM. Daud Sagita Putra, aktifis Anshor Husni Ritonga dan aktifis HMI Cabang Sumut Zulkifli secara terpisah di Medan, Selasa (12/8). Menurut Kota, pemerintah harus mendudukkan persoalan ini sesuai hukum yang berlaku, sehingga kemungkinan terjadinya gesekan SARA dapat diredam sedini mungkin. Koto mengungkapkan, semestinya masingmasing pemeluk agama saling menghargai dan menjaga kepercayaan yang dianutnya mengingat persoalan ini sangat sensitif sebab menyangkut keyakinan terhadap Tuhan yang menciptakan manusia. Koto mengatakan, bukankah pengalaman di beberapa daerah lain telah membuktikan akibat gesekan masalah SARA, mengakibatkan kerusuhan merugikan jiwa dan material bahkan meluas serta mengganggu iklim pembangunan daerah. Senada dengan itu, Daud Sagita Putra menilai kalau pemerintah daerah tidak segera mengambil tindakan cepat untuk menuntaskan kasus ini akan berdampak pada koyaknya persatuan dan kesatuan. Apalagi Sumut terkenal dengan hetrogenitas suku yang memiliki keyakinan kuat dalam beragama, sangat rentan terjadinya disitegrasi kalau tidak segera ditangani dengan baik. Menurut Daud, pada dasarnya semua agama diberi kebebasan seluas- luasnya untuk mengajak atau berdakwah kepada manusia mengenai kepercayaan atau agama yang dianutnya. Tapi harus digaris bawahi ajakan itu hanya kepada umat yang belum memiliki keyakinan. Zulkifli mengharapkan pemerintah untuk benar-benar dapat melaksanakan Pasal 335 UU Nomor 39 tentang HAM yang menjelaskan jika seseorang sudah beragama, tetapi ia masih dipengaruhi oleh agama lain, maka dapat dimasukkan kepada unsur perbuatan yang tidak menyenangkan. Sedangkan Ketua Ikatan Dai Indonesia (IKADI) Sumut Drs. H. Sakhira Zandi, M. Si meminta aparat penegak hukum segera menangkap aktor intelektual misionaris yang saat ini gencar-gencarnya memurtadkan umat Islam. Keberadaan misionaris dapat merusak stabilitas keamanan di Sumut. ? Karena itu kita minta aktor intelektualnya ditangkap tanpa kecuali,? kata Sakhira juga anggota FKUB (Forum Kerukunan Umat Beragama) Sumut. Pihak kepolisian harus mengungkap siapa oknum intlektual yang berada di belakang IM. Sebab, IM mengaku dalam menjalankan misinya diutus pihak rumah ibadah di Balige untuk memurtadkan umat Islam. Dari pengakuan IM itu, pihak kepolisian sudah dapat melakukan pengembangan. Sakhira yakin bahwa IM tidak berdiri sendiri atau menjalankan missi agama secara pribadi, tetapi ada aktor intelektual yang telah merancang dan mengatur strategi untuk memurtadkan umat Islam. Sakhira menyesalkan sikap pihak agama tertentu yang berupaya memurtadkan umat Islam. Padahal, kata Sakhira, masalah penyebaran agama telah diatur dan disepakati secara bersama, tidak boleh menyebarkan agama kepada yang telah menganut agama. ?Kita tak ingin kasus misionaris ini dipetieskan, karenanya pihak berwajib harus menangani secara serius. Jika tidak, dikawatirkan akan muncul kemarahan umat Islam terhadap kelompok agama yang melanggar aturan tersebut,? tegas Sakhira juga dosen Fakultas Dakwah IAIN Sumut. Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Medan Prof Dr HM Hatta meminta pihak berwajib menindaklanjuti kasus misionaris yang diamankan di kantor MUI Sumut. ?Pengusutan hingga tuntas apa dan siapa lelaki yang mengaku misionaris itu harus terungkap, jika tidak dikhawatirkan akan ada konflik sebab umat Islam tidak tinggal diam,? katanya, Jumat (8/8). Hatta mengatakan, polisi harus menelusuri keberadaan mereka, apakah pengakuan itu hanya perseorangan atau benar-benar diorganisir oleh organisasi kuat. Dengan begitu, akan ada penyelesaian yang baik. Selama ini, umat Islam menerima dengan lapang dada istilah berdampingan dengan pemeluk ajaran agama lain. Tetapi, dalam kenyataannya, agama lain melakukan sebuah misi untuk mengajak umat Islam memeluk ajaran mereka. Hal ini sangat bertentangan dengan norma dan aturan yang ada orang yang sudah beragama tidak boleh dijadikan objek pengembangan agama. ?Harus ada tindakan tegas dari kepolisian, jangan hanya didiamkan seperti kasus-kasus lain. Saya sudah beberapakali melaporkan tentang VCD, selebaran yang dikembangkan oleh misionaris ke polisi, tapi tidak ada tindaklanjutnya. Karena itu, untuk kasus ini saya harap polisi segera turun tangan,? katanya. Dia menambahkan, umat Islam perlu dewasa menyikapi masalah ini, tetapi agama lainpun harus sungguh-sungguh mewujudkan kerukunan, bukan hanya berbicara rukun dan damai, tetapi kenyataan di lapangan apa yang mereka lakukan sangat tidak sesuai dengan kondisi yang ada. ?Mengapa saya katakan polisi harus cepat bertindak? Sebagai masyarakat, kita tidak ingin tindakan dan pengakuan misionaris itu memicu konflik dan perpecahan umat beragama. Kalau sudah diketahui apa motif, siapa yang mengorganisir dan mengapa hal itu bisa terjadi, akan lebih mudah menekan kemungkinan perluasan missionaris dan meredam konflik,? tandasnya. Kepada umat Islam, pesan Hatta agar terus mempertebal iman, menguatkan persatuan dan kesatuan serta saling mengingatkan dan saling nasehat menasihati untuk kebaikan. Demikian juga terhadap generasi muda agar tidak mudah terpengaruh oleh bujukan harta duniawi yang ditawarkan pihak- pihak tertentu. Padahal mereka memiliki target dari apa yang diberikan. Sumber www.dakta.com (¯`·._HeRmAnTo_.·´¯) [Non-text portions of this message have been removed]