http://cetak.kompas.com/sosok

Ameer Ali, Membuka Pemikiran Muslim





Sabtu, 16 Agustus 2008 | 03:00 WIB


LUKI AULIA
”Tidak ada fobia
Islam, yang ada fobia Muslim, melihat tingkah laku Muslim yang kerap
emosional dan terlalu sensitif menanggapi masalah apa pun akibat
pikiran yang tertutup.” Pernyataan ini dilontarkan intelektual Islam
moderat, Ameer Ali, yang ditemui di sela International Conference of
Islamic Scholars atau ICIS, 29 Juli- 1 Agustus 2008, di Jakarta.Di
era modern semestinya rasionalitas dan pikiran kritis dikedepankan
sehingga tak ada lagi bentuk kekerasan apa pun yang terjadi akibat
emosi tanpa dasar.
Pesan Ali untuk umat Muslim ini muncul dari
keprihatinannya melihat banyak orang yang mulai berpaling dari Islam.
Padahal, kata Ali, Allah SWT sama sekali tak membebankan kesulitan apa
pun terhadap umat-Nya dalam menjalankan ajaran agama Islam.
Ini
ditegaskan dalam Al Quran Surah Al-Hajj Ayat 78: Dan berjihadlah kamu
di jalan Allah dengan jihad yang sebenar-benarnya. Dia telah memilih
kamu dan Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu agama yang
membuatmu dalam kesempitan (wa jaahidu fil-laahi haqqa jihaadih.
Huwajtabaakum wa maa ja’ala a’alikum fiddiini min harajin).
”Allah
membuat Islam mudah dipahami dan diikuti. Tetapi, kenapa sebagian ulama
justru membuatnya jadi sulit? Akibatnya, banyak yang menjauh dari Islam
karena dirasa sulit menjadi Muslim,” kata Ali, Wakil Presiden Majelis
Dakwah Islam Regional Asia Tenggara dan Pasifik (RISEAP) di Australia
itu.
Berbagai bentuk kekerasan, terutama di negara Muslim, seakan
menjadi trademark Islam bagi negara Barat. Akibatnya, gambaran tentang
Islam dan Muslim menjadi serba menakutkan. Padahal, yang berada di
balik segala bentuk kekerasan hanya segelintir Muslim yang berpandangan
ekstrem.
Untuk memperbaiki citra Islam dan Muslim, Ali memberi
ceramah dan dakwah mengenai Islam dan Muslim kepada siapa pun, termasuk
untuk umat Nasrani di gereja-gereja Australia. Pertanyaan yang sering
muncul, antara lain, arti jihad dan kondisi perempuan.
Karena
memiliki pandangan moderat, Ali yang pernah menjadi Presiden Dewan
Islam Federasi Australia itu lantas ditunjuk menjadi Ketua Kelompok
Referensi Komunitas Muslim pada era pemerintahan Perdana Menteri John
Howard.
Ia lantas menjadi duta Australia ke berbagai dialog
antaragama internasional untuk membuka mata dan pikiran Muslim, serta
berusaha menyadarkan kembali pentingnya rasionalitas dalam memahami
Islam dan menginterpretasikan Al Quran.
Menginterpretasikan
kembali Al Quran sesuai dengan konteks dan zamannya, menurut Ali,
menjadi kunci penting untuk membuka pikiran Muslim agar lebih kritis.
Ketidakmampuan
untuk menginterpretasikan Al Quran sesuai konteks dan waktunya hanya
akan membuahkan fanatisme, pandangan ekstremis, dan emosional tanpa
logika. 

Padahal, Al Quran sebenarnya ada untuk memancing pemikiran
kritis yang tidak asal menerima mentah-mentah kata-kata yang ada di
dalamnya.
Ali mengingatkan, ayat-ayat Al Quran diturunkan pada
zaman Muhammad SAW sehingga isinya pun menyesuaikan dengan zaman itu.
”Kalau tidak tahu konteksnya, kita tidak akan tahu maksudnya. Kita
harus mengkritisi dan menginterpretasi lebih lanjut isi Al Quran. Ini
indahnya Al Quran,” ujar ayah dari dua anak ini.
Pengetahuan modernPersoalannya,
justru sebagian ulama tradisional juga yang menutup pikiran Muslim,
baik secara langsung maupun tidak langsung, dengan pemikiran atau
ajaran tradisional konvensional yang sudah ketinggalan zaman.
Banyak
ulama tradisional tidak mendalami pengetahuan modern dan terpaku pada
ajaran yang sama selama berabad-abad. Padahal, jika ditilik dari
artinya, ulama semestinya seseorang yang memiliki pengetahuan luas dan
tidak hanya terbatas pada pengetahuan agama.
Jika seseorang ingin
memahami Al Quran dengan baik dan lengkap sekaligus obyektif, dia harus
mempunyai bekal latar belakang pemahaman ilmu sejarah, ekonomi,
sosiologi, dan politik.
Tren intelektual Islam yang sarat bekal
ilmu pengetahuan lengkap dan modern seperti itu, kata Ali, justru lebih
banyak muncul di negara-negara Barat.
Meskipun demikian, menurut
pandangan Ali, hal ini wajar mengingat banyak intelektual Islam yang
terpaksa migrasi ke Barat. Di tempat ini mereka justru mendapat
kesempatan luas untuk berpikir, berekspresi, dan mengeluarkan pendapat.
Oleh
karena itu, tidak berlebihan apabila dikatakan kebangkitan generasi
baru Muslim kemungkinan akan dimulai dari Barat. ”Kalau kita tidak
mempunyai latar belakang pengetahuan yang lengkap, akan sangat sulit
memahami Al Quran dan memecahkan misteri Allah yang ada di dalamnya,”
kata Ali.
Misteri Allah yang ada di dalam Al Quran dimaksudkan
untuk dibuka, dipecahkan, dipelajari, dan dikritisi. Al Quran adalah
kitab untuk siapa pun pada segala zaman. Kitab yang bisa digunakan
untuk menjelaskan berbagai macam hal apabila diinterpretasikan sesuai
konteks dan zamannya.
PendidikanMasalahnya,
Al Quran sering kali justru terlalu dipuja, tetapi isinya tak
benar-benar dipahami. Ali menilai persoalan umat Muslim ada pada
pendidikan.Minimnya pendidikan dan masih tingginya tingkat buta
huruf di dunia Muslim, ditambah indoktrinasi selama berabad- abad oleh
kelompok ortodoks, telah melumpuhkan kemampuan rasionalisasi. Karena
itu, perlu ada pendidikan modern untuk mengembangkan daya pikir kritis
agar bisa menganalisis persoalan dengan logis dan menghasilkan solusi
praktis.
”Ini tidak ada pada sebagian ulama tradisional,” kata Ali.
Dia
khawatir ulama tradisional justru akan memicu gerakan ekstremisme yang
muncul akibat pikiran yang tertutup. Khotbah-khotbah di masjid, kata
Ali, bisa berakibat buruk apabila ditelan mentah-mentah oleh Muslim
yang pikirannya tertutup.
Seharusnya khotbah-khotbah itu membahas
isu-isu yang tengah hangat dan terkait dengan kehidupan sehari-hari.
Imam juga diharapkan memberi semacam panduan bagi Muslim.
”Saya
yakin, sebagian ulama itu tak dengan sengaja membentuk pikiran ekstrem.
Tetapi, isi khotbahnya yang sering kali memancing orang ke arah itu.
Yang lebih parah, kita tak boleh membantah atau mengkritisi khotbah.
Kita harus bisa menjaga anak-anak muda agar tidak sampai menelan ide
yang keliru dan terjerumus dalam kekerasan,” kata Ali yang dikenal
sebagai pakar ekonomi dan pembangunan di negara-negara Muslim.
Cara
paling efektif untuk mengantisipasi hal itu adalah lewat pendidikan.
Untuk mendukung pendidikan perlu suasana demokratis sehingga masyarakat
bisa diberdayakan. Padahal, mayoritas negara Muslim belum mempraktikkan
demokrasi.
”Ini tantangan kita. Allah tidak akan mengubah nasib
suatu bangsa kecuali kita mengubah diri sendiri. Caranya, dengan
memberdayakan generasi muda dan wanita. Kita sudah tahu kelemahan kita
dan akar masalahnya. Jangan salahkan orang lain, tetapi salahkan diri
sendiri. Kita harus menjadi agen perubahan, tetapi harus ubah diri
sendiri dulu,” kata Ali yang migrasi ke Australia pada 1977 karena
alasan politik itu.


      

[Non-text portions of this message have been removed]


------------------------------------

=======================
Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED]
Milis Keluarga Sejahtera mailto:[EMAIL PROTECTED]
Milis Anak Muda Islam mailto:[EMAIL PROTECTED]

This mailing list has a special spell casted to reject any attachment 
....Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/

<*> Your email settings:
    Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
    http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/join
    (Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
    mailto:[EMAIL PROTECTED] 
    mailto:[EMAIL PROTECTED]

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/

Kirim email ke