Komentar saya:
Pertama, persoalan esensi suruhannya adalah bersikap/berlaku santun dan
modesty berbanding lurus dng persoalan jilbab itu wajib/tidak gak? Maksudnya
apakah cara berpikirnya beruntun...
- jilbab tidak wajib
- esensi dari suruhan adalah santun dan modesty
kesimpulannya: gak berjilbab gpp.. yg penting, berlaku santun dan bersikap
modest lah...ini esensi "wanita-muslimah".
 kalau ya, apakah pemikiran ini juga termasuk: ya kalau berjilbab ya gpp
juga.. lengkap dng segala "dilema" dan ke"ironis"annya (spt yg dibahas di
email2 sebelumnya) Ataukah, keduanya adalah dua persoalan yg berbeda...?

Kedua, bisa aja kan, spt kata mbak lina, soal "mualaf liberal"
Yg menggunakan pengetahuan barunya ttg persoalan ketidakwajiban berjilbab
utk "menyerang" jilbab dan para jilbaber itu sendiri...
Padahal bukankah intinya liberal itu di free will? Pilihan. Yg bisa
membatasi adalah yg punya free will itu sendiri (kata temen saya yg ngaku
liberal abis.. kanan mentok, gitu :P) Aku juga gak ngerti ini maksudnya apa.
Tapi yg jelas, pilihan utk berjilbab perlu dihargai sama halnya dengan
pilihan tidak berjilbab. Gitu ya?

Ketiga, belum tentu (laki2) yg berpendapat jilbab itu pilihan perempuan
kemudian benar2 bisa memberikan pilihan itu ke perempuan yang menjadi istri
atau anaknya. Bisa aja, laki2 yg demikian, di wilayah privat tetap memilih
perempuan yang berjilbab dan lebih senang bila istri dan anaknya tetap
berjilbab.

Ah, pusing... maksudnya kalau udah berteori dan beradvokasi ttg agama dan
perilaku orang dalam beragama, jadi pusing hehehe..
Tapi emang harus ada orang yg kerjanya melakukan itu sih :P Walaupun di
tataran praktek, kadang gak beda ma kyai yg ceramah ini itu tapi tidak
tercermin di kehidupan privatnya. Ada yg gitu sih, tentu dan semoga tidak
semua :-)


2008/12/15 Mia <al...@yahoo.com>

>   Misalnya nih, diyakinkan bahwa Pak QS pernah menyimak tulisan Asymawi
> yang duluan dari bukunya. Sebaiknya dalam edisi selanjutnya, ada
> ralat daftar bacaan/referensi.
>
> Ide itu 'menular' dan di hari gini jaman global internet, kadang kita
> dibikin terkaget-kaget dengan cara penularan itu.
>
> Misalnya lagi, saya kasih contoh langsung saja. Saya dan tim sangat
> sibuk kerja, nggak ada waktu memikirkan dampak daripada apa yang kita
> lakukan ke dunia luar. Tahu-tahu kaget dengan fakta2 yang disodorkan
> kolega lain tentang 'menularnya' konsep kita, diakui maupun nggak
> diakui, secara langsung maupun nggak langsung oleh yang 'meniru',
> secara nasional maupun internasional.
>
> Kalau saya orang pesimis, saya akan berpikir, wah konsepku dibajak.
> Kalau saya orang optimis, saya akan berpendapat, alhamdulillah ada
> hikmah ajar dan kebersamaan.
>
> Perlu diperbanyak dan direkomendasi buku QS dan JIL ini, supaya
> generasi Islam baru belajar yang bener tentang jilbab.
>
> salam
> Mia
>
> --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com <wanita-muslimah%40yahoogroups.com>,
> "Ari Condro" <masar...@...>
> wrote:
> >
> > 1. Pak quraish shihab tidak mencantumkan karya asymawi sbg
> referensi. Ada sekitar 30 hal yg mirip. Temen temen bisa cari lagi
> diskusi di milis insist ttg hal itu
> >
> > 2. Banyak yg menyayangkan pandangan pak quraish shihab dalam buku
> jilbabnya, apalagi ketika argumen dan bahasannya sangat asymawi
> sekali.
> >
> > Tapi benar kata mbak mia, bahwa kritik berawal ketika banyak yg
> tidak setuju ketika quraish shihab bilang jilbab tidak wajib.
> >
> >
> >
> > salam,
> >
> >
> >
> > -----Original Message-----
>  > From: "Mia" <al...@...>
> >
> > Date: Mon, 15 Dec 2008 12:14:57
> > To: <wanita-muslimah@yahoogroups.com <wanita-muslimah%40yahoogroups.com>
> >
> > Subject: [wanita-muslimah] Re: Kritik Atas Jilbab
> >
> >
> > Arcon,
> > Maksudnya 'mencontek argumen asymawi secara mentah-mentah' Pak
> > Quraish Shihab nggak memasukkan buku Asymawi sebagai referensi atau
> > daftar bacaan, gitu?
> >
> > Emangnya DDII Insist memprotes pendapat QS karena
> dianggap 'mencontek
> > mentah-mentah' argumen asymawi?
> >
> > salam
> > Mia
> > --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com<wanita-muslimah%40yahoogroups.com>,
> "Ari Condro" <masarcon@>
> > wrote:
> > >
> > > nong ambil mentah mentah dari bukunya asymawi. tulisan yang
> > dipasang pun
> > > merupakan sari dari buku asymawi yang diterjemahkan dan
> diterbitkan
> > ulang
> > > oleh JIL.
> > > FYI :
> > >
> > > 1. Kritikan dari temen temen DDII di organisasi INSIST, ustad
> > Quraish Shihab
> > > juga diprotes bukunya yang tentang jilbab, lagi lagi karena
> banyak
> > yang
> > > mencontek argumen asymawi secara mentah mentah.
> > > 2. Asymawi sendiri adalah ahli hukum, jurnalis, dan pejuang HAM.
> > Di mesir
> > > sendiri asymawi sangat dibenci oleh kalangan ikhwanul muslimin
> > karena
> > > banyak argumennya yang dianggap membela kepentingan kaum sekuler.
> > >
> > >
> > >
> > >
> > >
> > > 2008/12/15 werkuwer <mnug2502@>
> > >
> > > > setidaknya ada cendekia muslim perempuan yang sangat memahami
> > makna
> > > > kultural, personal dan sosial dari 'jilbab' itu sehingga
> > sedikitnya
> > > > dapat mencerahi para pengidap otokrasi. catatan yang saya miliki
> > > > menunjukkan bahwa para mualaf mempunyai kecenderungan untuk
> > menerapkan
> > > > segala 'ajaran barunya' secara berlebihan sehingga malampaui
> > modelnya.
> > > > seperti yang ditulis dalam novel 'salah asuhan', hanafi yang
> baru
> > > > bergaul dengan belanda menjadi kebelanda-belandaan sehingga
> > > > tingkahlakunya menjadi lebih belanda daripada belanda itu
> sendiri.
> > > >
> > > >
> > > >
> > >
> > >
> > >
> > > --
> > > salam,
> > > Ari
> > >
> > >
> > > [Non-text portions of this message have been removed]
> > >
> >
> >
> >
> >
> >
> > [Non-text portions of this message have been removed]
> >
>
> 
>


[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke