Psikologi Islam

By: Prof. Dr. AChmad Mubarok MA

       Manusia adalah makhluk yang berfikir dan merasa serta berkehendak dimana 
perilakunya mencerminkan apa yang difikir, yang dirasa dan yang dikehendakinya. 
Manusia juga makhluk yang bisa menjadi subyek dan obyek sekaligus, disamping ia 
dapat menghayati perasaan keIslaman dirinya, ia juga dapat meneliti 
keberIslaman orang lain. Tetapi apa makna Islam secara psikologis pasti 
berbeda-beda, karena Islam menimbulkan makna yang berbeda-beda pada setiap 
orang. Bagi sebagian orang, Islam adalah ritual ibadah, seperti salat dan 
puasa, bagi yang lain Islam adalah pengabdian kepada sesama manusia bahkan 
sesama makhluk, bagi yang lain lagi Islam adalah akhlak atau perilaku baik, 
bagi yang lain lagi Islam adalah pengorbanan untuk suatu keyakinan, berlatih 
mati sebelum mati, atau mencari mati (istisyhad) demi keyakinan.

     Di sini kita berhadapan dengan persoalan yang pelik dan rumit, yaitu 
bagaimana menerangkan Islam dengan pendekatan ilmu pengetahuan, karena wilayah 
ilmu berbeda dengan wilayah Islam. Jangankan ilmu, akal saja tidak sanggup 
mengadili Islam. Para ulama sekalipun, meski mereka meyakini kebenaran yang 
dianut tetapi tetap tidak berani mengklaim kebenaran yang dianutnya, oleh 
karena tu mereka selalu menutup pendapatnya dengan kalimat wallohu a`lamu 
bissawab, bahwa hanya Allahlah yang lebih tahu mana yang benar. Islam 
berhubungan dengan Tuhan, ilmu berhubungan dengan alam, Islam membersihkan 
hati, ilmu mencerdaskan otak, Islam diterima dengan iman, ilmu diterima dengan 
logika.

       Meski demikian, dalam sejarah manusia, ilmu dan Islam selalu tarik 
menarik dan berinteraksi satu sama lain. Terkadang antara keduanya akur, 
bekerjasama atau sama-sama kerja, terkadang saling menyerang dan menghakimi 
sebagai sesat, Islam memandang ilmu sebagai sesat, sebaliknya ilmu memandang 
perilaku keIslaman sebagai kedunguan. Belakangan fenomena menunjukkan bahwa 
kepongahan ilmu tumbang di depan keagungan spiritualitas, sehinga bukan saja 
tidak bertengkar tetapi antara keduanya terjadi perkawinan, seperti yang 
disebut oleh seorang tokoh psikologi tranpersonal, Ken Wilber; Pernikahan 
antara Tubuh dan Roh, The Marriage of Sence and Soul.(Ken Wilber, The Marriage 
of Sence and Soul, Boston, Shambala,2000).

      Bagi orang Islam, Islam menyentuh bagian yang terdalam dari dirinya, dan 
psikologi membantu dalam penghayatan Islamnya dan membantu memahami penghayatan 
orang lain atas Islam yang dianutnya. Secara lahir Islam menampakkan diri  
dalam bermacam-macam realitas; dari sekedar moralitas atau ajaran akhlak hingga 
ideologi gerakan, dari ekpressi spiritual yang sangat  individu hingga tindakan 
kekerasan massal, dari ritus-ritus ibadah dan kata-kata hikmah yang menyejukkan 
hati hingga agitasi dan teriakan jargon-jargon Islam (misalnya takbir) yang 
membakar massa. Inilah kesulitan memahami Islam secara ilmah, oleh karena itu 
hampir tidak ada definisi Islam yang mencakup semua realitas Islam. Sebagian 
besar definisi Islam tidak komprehensip dan hanya memuaskan pembuatnya.

       Sangat menarik bahwa Nabi Muhammad sendiri mengatakan bahwa, kemulian 
seorang mukmin itu diukur dari Islamnya, kehormatannya diukur dari akalnya dan 
martabatnya diukur dari akhlaknya (karamul mu’mini dinuhu, wa muru’atuhu 
`aqluhu wa hasabuhu khuluquhu)(HR. Ibn Hibban). Ketika nabi ditanya tentang 
amal yang paling utama, hingga lima kali nabi tetap menjawab husn al khuluq, 
yakni akhlak yang baik, dan nabi menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan akhlak 
yang baik adalah sekuat mungkin jangan marah, ( an la taghdlaba in istatha`ta). 
( at Tarhib jilid III, h. 405-406).

       Jadi pengertian Islam itu sangat kompleks. Psikologi Islam mencoba 
menguak bagaimana Islam mempengaruhi perilaku manusia, tetapi keberIslaman 
seseorang juga memiliki Islam corak yang diwarnai oleh berbagai cara berfikir 
dan cara merasanya. Seberapa besar Psikologi mampu menguak keberIslaman 
seseorang sangat bergantung kepada paradigma psikologi itu sendiri.  Bagi Freud 
(mazhab Psikoanalisa) keberIslaman merupakan bentuk ganguan kejiwaan, bagi 
mazhab Behaviorisme, perilaku keberIslaman tak lebih sekedar perilaku karena 
manusia tidak memiliki jiwa. Mazhab Kognitip sudah mulai menghargai 
kemanusiaan, dan mazhab Humanisme sudah memandang manusia sebagai makhluk yang 
mengerti akan makna hidup yang dengan itu menjadi dekat dengan pandangan Islam. 
Dibutuhkan paradigma baru atau mazhab baru Psikologi untuk bisa memahami 
keberIslaman manusia. 

           Psikologi Barat yang diassumsikan mempelajari perilaku berdasar 
hukum-hukum dan pengalaman kejiwaan universal ternyata memiliki bias culture, 
oleh karena itu teori psikologi Barat lebih tepat untuk menguak keberIslaman 
orang yang hidup dalam kultur Barat. Psikologi Barat begitu sulit menganalisis 
fenomena Revolusi Iran yang dipimpin Khumaini karena keberIslaman yang khas 
Syi’ah tidak tercover oleh Psikologi Barat, sebagaimana juga sekarang tidak 
bisa membedah apa makna senyum Amrozi ketika di vonis hukuman mati. 
KeberIslaman seseorang harus diteliti dengan the Indigenous Psychology, yakni 
psikologi yang berbasis kultur masyarakat yang diteliti. Untuk meneliti 
keberIslaman orang Islam juga hanya mungkin jika menggunakan paradigma  The 
Islamic Indigenous Psychology.

         Psikologi sebagai ilmu baru lahir pada abad 18 Masehi meski akarnya 
menhunjam jauh ke zaman purba. Dalam sejarah keilmuan Islam, kajian tentang 
jiwa tidak seperti psikologi yang menekankan pada perilaku, tetapi jiwa dibahas 
dalam kontek hubungan manusia dengan Tuhan, oleh karena itu yang muncul bukan 
Ilmu Jiwa (`ilm an nafs), tetapi ilmu Akhlak dan Tasauf. Meneliti keberIslaman 
seorang muslim dengan pendekatan psikosufistik akan lebih mendekati realitas 
keberIslaman kaum muslimin dibanding dengan paradigma Psikologi Barat. 
Term-term Qalb, `aql, bashirah (nurani), syahwat dan hawa (hawa nafsu)yang ada 
dalam al Qur’an akan lebih memudahkan menangkap realitas keberIslaman seorang 
muslim.

       Kesulitan memahami realitas Islam itu direspond The Encyclopedia of 
Philosophy yang mendaftar komponen-komponen Islam. Menurut Encyclopedia itu, 
Islam  mempunyai ciri-ciri khas (characteristic features of religion) sebagai 
berikut :

1.    Kepercayaan kepada wujud supranatural (Tuhan)
2.    Pembedaan antara yang sakral dan yang profan.
3.    Tindakan ritual yang berpusat pada obyek sakral
4.    Tuntunan moral yang diyakini ditetapkan oleh Tuhan
5.    Perasaan yang khas (takjub, misteri, harap, cemas, merasa berdosa, 
memuja) yang cenderung muncul di tempat sakral atau diwaktu menjalankan ritual, 
dan kesemuanya itu dihubungkan dengan gagasan Ketuhanan.
6.    Sembahyang atau doa dan bentuk-bentuk komunikasi lainnya dengan Tuhan
7.    Konsep hidup di dunia dan apa yang harus dilakukan dihubungkan dengan 
Tuhan
8.    Kelompok sosial  seiman atau seaspirasi.

       Urgensi pendekatan Indigenous Psychology bukan saja karena Islam itu 
sangat beragam, bahkan satu Islampun, Islam misalnya memiliki keberIslaman yang 
sangat kompleks. Orang Islam ada yang sangat rational, ada yang tradisional, 
ada yang “fundamentalis” dan ada yang irational. KeberIslaman orang Islam juga 
ada yang konsisten antara keberIslaman individual dengan keberIslaman 
sosialnya, tetapi ada yang secara individu ia sangat saleh, ahli ibadah, tetapi 
secara sosial ia tidak saleh. Sebaliknya ada orang yang kebeIslamanya mewujud 
dalam perilaku sosial yang sangat saleh, sementara secara individu ia tidak 
menjalankan ritual ibadah secara memadai.  

Sumber, http://mubarok-institute.blogspot.com

Wassalam,
agussyafii                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                              
                                                                                                                  
  

        





      

[Non-text portions of this message have been removed]


------------------------------------

=======================
Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:wanita-muslimah-unsubscr...@yahoogroups.com
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejaht...@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelism...@yahoogroups.com

This mailing list has a special spell casted to reject any attachment 
....Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/

<*> Your email settings:
    Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
    http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/join
    (Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
    mailto:wanita-muslimah-dig...@yahoogroups.com 
    mailto:wanita-muslimah-fullfeatu...@yahoogroups.com

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    wanita-muslimah-unsubscr...@yahoogroups.com

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/

Kirim email ke