Refleksi:  Pertama-tama : Selamat Hari Raya  Imlek bagi yang merayakan dan yang 
turut memeriahkan. 

Kalau kerbau diasosiasikan dengan pemimpin pekerja keras bisa  keliru 
diinterpertasikan, karena  kalau tak salah kerbau dalam dalam pengertian  
Melayu diibaratkan lambang kebodohan , linglung etc .  Disebabkan ada ucapan 
"bagaikan kerbau nganga payung"  yang kalau tak salah artinya  kaget terhadap 
sesuatu  benda, ucapan lain mengenai kerbau ialah: "bagaikan kerbau cucuk 
hidung", yang mungkin dimaksudkan bisa ditarik kemana saja.  Kalau di Vietnam 
ada ucapan : "Late buffalo drinks dirty warter", yang artinya kalau mau 
melakukan sesuatu harus pagi-pagi, jangan tunggu sebentar karena bisa susah 
besar.  

Tetapi, syukuralhamdullilah, bahasa Indonesia telah mempermuliakan istilah 
kerbau  menjadi "banteng". Cuma saja banteng Indonesia tidak  kurang semangat 
lagi untuk kerja keras, pendeknya lesu, suka bertenduh dibawah pohon beringin 
dan doyan makan korma, bukan makan pisang raja,  salak, pepaya, ananas, kecapi 
atau durian dsb, jadi yang berlambang  banteng suaranya lesu untuk menyerukan : 
"Kaum pekerja di seluruh negeri bersatulah! Maju tak gentar membela yang benar!

http://www.lampungpost.com/cetak/berita.php?id=2009012623182714

IMLEK 2560: Tahun Kerbau Perlu Pemimpin Pekerja Keras 


      BANDAR LAMPUNG (Lampost): Tahun Imlek 2560 kali ini adalah tahun Kerbau 
Api. Rakyat Indonesia membutuhkan pemimpin seperti kerbau, yakni sosok yang 
mampu bekerja keras.

      Ketua Divisi Kreativitas UKM Buddha Universitas Lampung, Gunawan, 
mengatakan tahun Kerbau adalah tahun kerja keras. "Mulai pucuk pimpinan hingga 
masyarakat lapisan bawah harus bekerja keras," kata dia, Senin (26-1).

      Selain itu, lanjut dia, Indonesia masa depan membutuhkan sosok pemimpin 
yang jujur dan mengerti keinginan rakyat kecil. Ia mencontohkan kebijakan 
konversi gas kurang pas karena masyarakat Indonesia cenderung menyukai minyak 
tanah. "Harusnya harga minyak tanah diturunkan, bukan malah makin mahal," kata 
dia.

      Sependapat dengan Gunawan, Ketua Majelis Budhayanna Indonesia (MBI) 
Lampung, Gunawan Hendra, mengatakan pemimpin Indonesia harus bekerja keras 
membangun perekonomian yang sedang dihantam krisis. "Sektor riil perlu 
perhatian khusus karena lebih banyak menyentuh rakyat kecil," kata dia.

      Secara terpisah, Penasihat Persaudaraan Pemuda Buddhis Bodhisattva Wihara 
Banten, Ludi Yanto, berharap momentum Tahun Baru Imlek 2560 akan menghasilkan 
pemimpin yang mampu melihat kondisi bangsa secara global. Ludi juga 
mengingatkan pentingnya memperbaiki birokrasi perizinan bagi penanaman modal. 
"Bagaimana investor akan datang kalau birokrasinya belum diperbaiki," kata Ludi.

      Sementara itu, pada malam perayaan Tahun Baru Imlek 2560, Minggu (25-1), 
anggota dan ketua Majelis Budhayanna Indonesia (MBI) Lampung, Walubi, Persatuan 
Wanita Hindu, dan Kakanwil Departemen Agama Lampung Sya'roni Ma'shum, 
berkeliling ke tujuh wihara di Bandar Lampung.

      Sya'roni sempat menghidupkan kembang api di Wihara Banten, Telukbetung.

      Sedangkan berbagai pusat pertokoan di Bandar Lampung seperti kawasan 
Telukbetung, Jalan Raden Intan, Jalan Kartini, Jalan P. Diponegoro, Jalan Teuku 
Umar, dan Jalan Antasari, tampak tutup. Suasana lengang sangat terasa di 
Telukbetung yang mayoritas penduduknya beretnis Tionghoa. Jalan-jalan raya di 
Telukebtung juga tidak seramai biasanya.

      Namun, pusat-pusat perbelanjaan di Bandar Lampung, seperti Department 
Store Matahari, Supermarket Chandra, dan Mal Kartini, tetap dipadati 
pengunjung. Selain pusat perbelanjaan, berbagai tempat taman hiburan juga padat 
pengunjung, seperti di Taman Wisata Lembah Hijau dan Tabek Indah. n CR-1/U-
     


[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke