Tangga Menuju Keluarga Bahagia (T-Comm On Air Radio Bahana)

Assalamu'alaikum Wr Wb,

Teman2 yang berbahagia,

Jangan lupa ya..malam ini Tahajud Community On Air Radio Bahana Jakarta (101,8 
FM) dalam acara "Power of Peace." Dengan tema, "Tangga Menuju Keluarga Bahagia" 
akan diulas lebih dalam malam ini jam 18.00-19.00 WIB.

Sekiranya yang berkenan berinteraksi memberikan tanggapan dan komentarnya dalam 
acara ini, untuk by phone (021) 7944836 dan sms 0812 1010 180

Wassalam,
agussyafii

--------

Tulisan ini dibuat dalam rangka kampanye kegiatan "Untukmu Ananda." Pada 
tanggal 14 Februari 2009. selanjutnya silahkan kirimkan dukungan dan kepedulian 
anda kepada "Untukmu Ananda" di 087 8777 12 431 atau di 
http://agussyafii.blogspot.com


-----

Tangga Menuju Keluarga Bahagia

By: agussyafii


Di dalam keluarga akan selalu hadir bagi mereka yang tahu dimana 
letak tangga sesungguhnya berada. Seringkali kita tersesat pada 
tangga semu dalam hidup ini. Gambaran mobil mewah, kekayaan yang 
melimpah, kedudukan bagai tangga fatamorgana yang justru menjauhkan 
diri kita menuju kebahagiaan.  Allah SWT sudah memperingatkan kita 
dalam surah al-Anfal (8:63) "Law anfaqta ma fil ardhi jami'an ma 
allafta baina qulubihim" Walaupun kau belanjakan semua kekayaan yang 
berada dimuka bumi, kau tidak akan bisa mempersatukan hati mereka.  
Itu berarti bahwa tangga yang sesungguhnya untuk mencapai 
kebahagiaan bukanlah kondisi material namun lebih bersifat essensial.

Oleh sebab itu kondisi materi tidak bisa menjadi tolok ukur 
kebahagiaan dalam keluarga, ada keluarga yang sangat kaya raya 
bahagia, juga ada keluarga yang tidak punya justru menderita. Namun 
sebaliknya ada keluarga yang tidak berpunya namun sangat bahagia dan 
ada juga orang yang  kaya raya justru menderita karena harta 
bendanya. Semua itu tergantung sejauhmana keluarga tersebut 
menemukan tangga kehidupan menuju kebahagiaan yang hakiki.

Dalam perjalanan hidup saya pencarian tangga menuju kebahagiaan 
seperti tak pernah henti sebagaimana halnya anda. Kali ini saya 
menawarkan pilihan tangga bagaimana dalam keluarga untuk bisa 
mencapai kebahagiaan.

Tangga pertama, "Man arofa nafsahu wa man arofa robbahu." Kenalilah 
dirimu, maka engkau akan mengenal Tuhanmu. Mengenali diri berarti 
juga mengenali Tuhan. Kenapa mengenali diri berarti mengenali Tuhan? 
Mengenali diri diawali mengenali suara hati kita. Suara hati akan 
terdengar jika kita mampu mengendalikan hawa nafsu yang bagaikan 
kuda liar. Membiarkan tubuh dikendalikan hawa nafsu akan membuat 
tubuh menjadi sarang penyakit. Membiarkan jiwa dikendalikan hawa 
nafsu maka berbagai penyakit jiwa akan bersarang. Dengan 
mengendalikan hawa nafsu maka akan terdengar suara hati. Pada suara 
hati kita melihat Allah SWT sebagai tujuan akhir. "Wa ilallahi 
turja'ul umur" (Dan hanya pada Allah-lah dikembalikan segala 
urusan). SQ. Al-Baqoroh 2:210.

Tangga kedua, Belajarlah menerima diri sendiri. Ada cerita seorang 
istri yang bersuamikan ekspatriat. Suatu hari sang suami pulang ke 
Belanda. Tanpa seijin suaminya sang istri melakukan operasi plastik 
untuk memancungkan hidungnya. Begitu suaminya pulang dari Belanda 
melihat hidung istrinya yang berubah menjadi mancung membuat sang 
suami menjadi marah besar. Istri keheranan, kenapa suaminya marah. 
Kata suaminya, "saya itu mencintai kamu karena hidung kamu yang 
pesek itu." 

Dari cerita itu dapatlah kita petik bahwa menerima diri sendiri 
berarti menerima segala bentuk kekurangan dan kelebihan diri kita. 
Menerima kelebihan dan kekurangan diri sendiri berarti menemukan 
sinergi didalam diri sendiri sebab didalam diri itulah kita juga 
terdapat  perbedaan.

Tangga ketiga, belajarlah memberi. Ada seorang kawan yang selalu 
berbuat baik kepada orang lain. Jika lagi tanggal tua gaji udah 
habis, dia malah mentraktir  makan soto. Kawan saya itu mengatakan, 
jika ingin mendapatkan sesuatu belajarlah dengan memberi. Jika ingin 
kebahagiaan, berikanlah kebahagiaan itu pada orang lain. Jika kita 
ingin kebaikan berikanlah kebaikan itu kepada orang lain. Jika ingin 
kekayaan maka sering-seringlah bersedekah. Maka kita akan 
mendapatkan dari apa yang kita berikan pada orang lain.

Tangga keempat, temukanlah guru sejati kehidupan.  Disekolah 
seringkali saya dipusingkan jika berhadapan dengan siswa yang suka 
pacaran disekolah, tidak ikut sholat jumat, datangnya suka terlambat 
rasanya tidak tahan menghadapinya, malah ada rekan pengajar yang 
mengatakan pada saya, "Kita harus bersyukur sebab dari merekalah 
kita sebenarnya menemukan guru sejati kita., kita bisa belajar 
sabar, ikhlas, dan membuat kita semakin memahami kehidupan." 

Dari ucapan sahabat tersebut maka makna yang bisa dipetik bahwa 
bersyukurlah kita jika memiliki istri yang sangat cerewet, atau 
suami yang susah diatur, murid yang bandel datangnya suka terlambat 
sebab dengan demikian kita akan menemukan guru sejati kehidupan. 
Dari sanalah kita bisa belajar makna kehidupan.

Tangga kelima, "baiti jannati." rumahku adalah surgaku. Puncak 
tangga didalam keluarga menuju kebahagiaan adalah jika kita mampu 
menjadikan rumah sebagai surga. Rangkaian tangga menjadi diri 
sendiri, belajar menerima, belajar memberi dan menemukan guru sejati 
adalah rangkaian sikap kita untuk membangun rumah tangga kita 
menjadi surga pada semua anggota keluarga, baik suami, istri dan 
anak-anak. Dengan demikian pada tangga yang terakhir adalah menuju 
rumahku adalah surgaku. Lantas bagaimana dengan tangga kehidupan 
yang anda miliki?




      

[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke