http://www.sinarharapan.co.id/berita/0902/14/nus03.html

Puluhan Ribu Anak Indonesia Tidak Bersekolah di Sabah  

Oleh
Sofyan Asnawie



Kota Kinabalu - Puluhan ribu anak TKI usia sekolah tidak memperoleh kesempatan 
belajar di sekolah negara di Sabah, Malaysia. Tapi, angka itu cenderung 
menurun, dari 32.000 perkiraan tahun 2004, naik menjadi 42.000 tahun 2007, dan 
kini diperkirakan tinggal 24.000 orang. Penurunan itu karena dibukanya Sekolah 
Indonesia Kota Kinabalu, dan ada yang kembali ke Sulawesi dan NTT, sebagian 
"hijrah" ke Nunukan yang telah membuka sekolah anak TKI di kota perbatasan 
tersebut. 


Tidak adanya kesempatan pendidikan di Sabah karena peraturan pemerintah 
setempat yang tidak mengizinkan anak warga negara asing bersekolah di sekolah 
negeri. Para TKI pekerja kasar tidak mampu menyekolahkan anak mereka di sekolah 
formal swasta, karena penghasilan tidak mencukupi, sedangkan sekolah swasta 
tidak terdapat di ladang-ladang yang jauh dari bandar (kota).


Lebih dari 15.000 anak TKI tidak memiliki status warga negara, karena ditinggal 
pergi orang tuanya yang dihalau (dideportasi) kembali ke Indonesia, tetapi 
tidak datang lagi ke Sabah. Mereka dicekal akibat tertangkap melanggar 
peraturan keimigrasian. "Mereka tinggal di Sabah, sebagai anak pungut, atau 
anak angkat dari para pak Cik atau mak Cik mereka yang telah menjadi warga 
negara Malaysia," ujar Umbara Setiawan, Vice Consul Konsulat Jenderal RI Kota 
Kinabalu yang ditemui SH di perwakilan KJRI Tawau, baru-baru ini.


Ada yang menjadi anak jalanan. Banyak di antara mereka harus mengikuti 
pendidikan ala kadarnya di lembaga swasta NGO yang diakui pemerintah Malaysia 
seperti Humana. Lembaga ini memberikan pendidikan bagi anak anak warga negara 
asing seperti Indonesia dan Filipina, yang jumlahnya ribuan orang terdapat di 
negara bagian timur Malaysia itu.


Jumlah mereka yang mendapat kesempatan mengikuti pelajaran membaca, menulis dan 
berhitung di lembaga pendidikan volunteer swasta yang digaet pemerintah RI 
sebagai mitra NGO Humana (Denmark) tidak bertambah banyak, 1.500 orang sejak 
2005. Pemerintah RI yang awalnya mengirimkan 104 tenaga pengajar perbantuan 
pada Humana Fondation kini terus dikurangi. Selain masa kontrak habis, tenaga 
pengajar menginginkan pengangkatan menjadi guru status PNS yang ditempatkan di 
luar negeri.


Vice Consul KJRI, Abas Basori, mengatakan tenaga guru relawan diperbantukan 
pada Yayasan Humana tinggal 54 orang, tersebar di beberapa pusat pembelajaran 
Humana di Lahad Datu, Samporna, Kinabatangan, Sandakan, Keningau, dan ladang 
lainnya. Pemerintah segera mengurangi ikatan pembelajaran dengan Humana dan 
kini melakukan pendekatan dengan Universiti Malaysia Sabah (UMS) lewat lembaga 
bisnis universitas terbesar di Malaysia Timur tersebut, UMS Link.

Kerja Sama
Managing Director UMS Link Prof Dr Roselina Ahmad Saufi membenarkan lembaganya 
telah bertemu dengan petugas Departemen Pendidikan Nasional RI, yang diantar 
konsul dari KJRI, Abas Basori. UMS Link telah menyampaikan kertas kerja 
penanganan "sekolah ladang" kerja sama Indonesia, UMS Link (Malaysia) dan 
ladang-ladang (perusahaan perkebunan) di seluruh Sabah.  "Kami menyebutnya 
sekolah ladang, semua mata pelajaran disesuaikan dengan kurikulum pendidikan 
dasar Indonesia," kata Dr Roselina, ditemui SH di kampus UMS di Sepanggar Kota 
Kinabalu. "Selain itu pelajaran tambahan pengenalan terhadap Malaysia, 
perundangan dan memberikan dua bahasa, Inggris dan Malaysia," tambah Roselina.


Mayoritas tenaga pengajarnya berasal dari Indonesia, sebagian pengajar dari 
Malaysia terutama mahasiswa UMS semester akhir jurusan pendidikan dan 
pengajaran Universiti Malaysia Sabah. Sekolah-sekolah ditempatkan di 
ladang-ladang dan kewajiban pengusaha ladang (perkebunan) menyediakan lokasi 
belajar dan rumah tinggal para guru atau tenaga pengajar. 


Peringkat dan kelas disesuaikan dengan Indonesia, ujian akhir mungkin 
menggunakan sistem paket pendidikan Indonesia. Bedanya dengan yang 
diselenggarakan oleh lembaga-lembaga yang kini ikut membantu, lebih pada 
membaca, menulis dan mengira (berhitung), tanpa adanya sijil (ijazah) resmi. 
Anak-anak sekolah ladang akan diberikan sijil sehingga dapat melanjutkan 
pendidikan ke Indonesia. Itulah tawaran UMS Link kepada Indonesia. 


[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke