*KAMI MENGECAM AKSI PEMBAKARAN BUKU!!*

*-------------------------------------------------------------------*

*07 Sept 2009 -- 12:46*



*PERNYATAAN SIKAP

KAMI MENGECAM AKSI PEMBAKARAN BUKU!!*

Pekan lalu Front Anti Komunis di Surabaya membakar buku Revolusi 
Agustus: Kesaksian Seorang Pelaku Sejarah karya Soemarsono. Guru Besar 
Ilmu Sejarah Prof. Dr. Aminuddin Kasdi ikut dalam pembakaran dan 
mengatakan bahwa sejarah adalah milik pemenang. Mereka membakar buku 
sebagai reaksi terhadap kolom serial wartawan Jawa Pos Dahlan Iskan 
tentang Soemarsono, "Soemarsono, Tokoh Kunci dalam Pertempuran Surabaya."

Pembakaran buku kali ini bukan yang pertama. Pada Juli 2007 ribuan buku 
pelajaran sejarah dibakar Kejaksaan Negeri Depok. Pembakaran-pembakaran 
ini membuktikan adanya sekelompok orang yang tidak bisa menerima 
perbedaan pendapat.

Kami prihatin dengan pembakaran buku itu kendati kami belum tentu 
sepenuhnya setuju dengan isi buku tersebut. Tapi kebebasan berpendapat, 
baik lisan maupun tulisan, dijamin oleh UUD 1945. Pembakaran buku 
Soemarsono mengulang kembali aksi fasisme Nazi yang juga membakar 
buku-buku karya Sigmund Freud, Albert Einstein, Thomas Mann, Jack 
London, HG Wells serta berbagai cendekiawan lain. Nazi menganggap buku 
sebagai musuh mereka.

Kami prihatin aksi ini dilakukan oleh sekelompok orang, yang memakai 
nama Islam namun melakukan tindakan tercela pada bulan Ramadhan, bulan 
di mana Allah pertama kali menurunkan perintah membaca kepada Nabi 
Muhammad SAW. Buku semestinya dibaca, bukan untuk dibakar.

Kami menyayangkan pernyataan Aminuddin Kasdi. Pernyataan sejarah hanya 
milik pemenang tak sepantasnya dikatakan oleh seorang guru besar ilmu 
sejarah. Penulisan sejarah semestinya mengedepankan keberimbangan fakta 
dan keberagaman versi, bukan monopoli satu versi praktik Orde rezim Baru.

Oleh karena itu, atas dasar akal sehat dan kepercayaan pada demokrasi, 
kami menyatakan:

PERTAMA, mengecam para pelaku pembakaran buku Revolusi Agustus: 
Kesaksian Seorang Pelaku Sejarah karya Soemarsono, dan menganggapnya 
sebagai tindakan fasistis, yang bertentangan dengan kemanusiaan dan 
upaya mencerdaskan masyarakat.

KEDUA, menuntut kepada Presiden Republik Indonesia untuk menjamin 
kebebasan berpendapat dan menindak tegas mereka yang menciderai 
kebebasan sipil di Surabaya.

KETIGA, menuntut dihentikannya tindakan pelarangan buku atas alasan 
apapun. Bila terdapat perbedaan pandangan, yang diwakili sebuah buku, 
hendaknya dijawab dengan menerbitkan buku baru, yang mencerminkan 
pandangan yang berbeda --bukan dengan larangan.

Semoga demokrasi di Indonesia, yang baru ditanam benihnya, bisa 
berkembang sehat.


Kami yang mendukung:

Aboeprijadi Santoso (wartawan)
Agung Dwi Hartanto (pengelola taman bacaan)
Andreas Harsono (wartawan)
Akmal Nasery Basral (wartawan)
Amalia Pulungan (aktivis)
Anton Septian (wartawan)
Andi K Yuwono (aktivis)
Aryo Yudanto (Aktivis IKOHI Jawa Timur)
Agus Bejo Santoso (aktivis)
As Manto
Andre J.O Sumual (wartawan)
Arif Gunawan Sulistyo (wartawan)
Abdul Firman Ashaf (Dosen FISIP Universitas Lampung)
Agung Cahyono Widi (wartawan)
Aria W. Yudhistira (wartawan Seputar Indonesia)
Anissa S Febrina (wartawan Jakarta Post)
Aryati
Badrus Sholeh (UIN Syarief Hidayatullah, Jakarta)
Basil Triharyanto (wartawan)
Budi Setiyono (Masyarakat Indonesia Sadar Sejarah)
Bonnie Triyana (sejarawan-cum-wartawan)
Bustanul Arifin (aktivis Jaringan Videomaker Independen)
Bonnie Setiawan (Institute for Global Justice)
Dr Baskara T Wardaya (guru sejarah)
Chris Poerba (Wartawan)
Chan Chung Tak (pemerhati Indonesia)
Cony Harseno (RIVER, Yogyakarta)
Danial Indrakusuma (aktivis)
Das albantani (Pejuang EcoVillage)
Dandhy Dwi Laksono (wartawan)
Devi Fitria (wartawan)
Desantara Joesoef (Penerbit Hasta Mitra)
Derry Putera (wartawan)
Darma Ismayanto (wartawan)
Dasa Rudiyanto (aktivis)
Faiza Hidayati Mardzoeki (aktivis perempuan)
Firdaus Cahyadi (Knowledge Sharing Officer-Yayasan SatuDunia)
Fahri Salam (wartawan)
Firdaus Mubarik
Fahmi Faqih (penyair)
Firliana Purwanti (Hivos)
Frans Padak Demon (wartawan)
Dr Gerry van Klinken (sejarawan, KITLV, Leiden)
Goenawan Mohamad (wartawan senior)
Heri Latief (penyair)
Hamzah Sahal (PP Lakpesdam NU)
Halim HD. (Networker Kebudayaan, Forum Pinilih, Solo)
Hendayana Musaleft (Aktivis Komite Aksi Mahasiswa Pelajar Pemuda 
Cilograng, Banten)
Iwan Samariansyah (wartawan)
Ibrahim Isa (Wertheim Stichting, Belanda)
Irina Dayasih (aktivis perempuan)
Irham Ali Saifuddin (Pesantren Nurulhuda, Garut)
Irma Dana (penulis)
Imam Nasima (peneliti PSHK)
Imam Shofwan (wartawan)
Imas Nurhayati
Indah Nurmasari (wartawan)
Ibnu Adam Avicena (dosen STAIN Banten)
Johanes Lewi Nugroho (aktivis sosial)
Krisno Winarno (mahasiswa sejarah Undip, Semarang)
Lexy Rambadetta (produser film dokumenter)
Lisa Febriyanti (produser film dokumenter)
Lolly Suhenty
Maria Dian Nurani
Mawie Ananta Jonie (penyair eksil di negeri Belanda)
M Faishal Aminuddin (sejarawan, dosen Fisip Unbraw)
M Abduh Aziz (Dewan Kesenian Jakarta)
Markus Kajoi (KIPRa Papua)
MF Mukti (aktivis Masyarakat Indonesia Sadar Sejarah)
M Yamin Panca Setia (wartawan)
M Akbar Wijaya (mahasiswa sejarah Undip, Semarang)
Nezar Patria (Ketua Umum AJI)
Nurul Kodriati (health economist)
Ngurah Suryawan (sejarawan)
Nong Darol Mahmada (aktivis)
Pratono (aktivis Kronik Filmedia Semarang)
Rina Kusuma
Rivki Maulana Priatna (Mahasiswa jurnalistik Fikom Unpad)
Ririn Sefsani (Walhi)
Patra M Zen (Direktur YLBHI)
Rahung Nasution (film maker)
R Nugroho Bayu Aji (alumnus Departemen Sejarah Unair, Surabaya)
Rukardi Ahmadi (wartawan)
Siswa Santoso (peneliti, alumnus Universiteit van Amsterdam)
Sijo Sudarsono (ISAI)
Sapariah Saturi (wartawan)
Suar Suroso (penyair eksil, China)
Tata Septayuda Purnama (wartawan)
Teguh Santosa (wartawan)
Tyson Tirta (mahasiswa sejarah UI)
Tri Agus Siswowiharjo (aktivis)
Taufik Andrie (wartawan)
Theresia Mike Verawati (Koalisi Perempuan Indonesia untuk Keadilan dan 
Demokrasi)
Tjiu Hwa Jioe
Triana Dyah (Librarian)
Veralin Septyana (karyawan swasta - periklanan)
Dr Willy R. Wirantaprawira (Executive Director ASEAN Institute, Jerman)
Wilson (sejarawan)
Wahyu Susilo (aktivis-cum-sejarawan)
Yerry Wirawan (Mahasiswa PhD EHESS, Sorbone, Paris)
Yudho Raharjo (wartawan)
Y.T.Taher (pelaku sejarah, menetap di Australia)
Y.L. Franky (aktivis)
Zen Rachmat Soegito (sejarawan)







[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke