Berikut ini akan saya sebutkan tiga riwayat hadis siapa sejatinya Ahlul bait 
Nabi saw dalam kaitannya dengan kehidupan manusia.

Tidak sedikit dari kalangan muslimin yang tidak mengenal sosok keluarga suci 
Nabi saw. Sehingga karena ketidaktahuannya mereka enggan bahkan menolak untuk 
mengikuti tapak-tilasnya. Bukan hanya itu, bahkan yang sudah mengenalnya tak 
mampu mengikuti jejaknya.

Sosok keluarga suci Nabi saw bukan sosok manusia biasa yang mudah diikuti 
jejaknya dari segi ibadah, ilmu dan kedermawanannya. Sebagian yang sudah 
mengenalnya berusaha menisbatkan dirinya sebagai pengikutnya, tapi itupun berat 
dan tak mampu mengikuti tapak-tilasnya karena saking banyaknya penghalang dalam 
diri kita. 

Secara ilmu kita sudah mengakui bahwa merekalah yang layak kita teladani. Tapi 
ternyata memang tidak mudah mengaplikasikan ilmu dan pengakuan ke dalam 
kehidupan keseharian kita. Sekiranya umat Rasulullah saw bersepakat dan mampu 
menteladani keluarga suci Nabi saw, niscaya persoalan-persoalan hidup manusia 
akan selesai dengan bantuan Allah swt. Inilah sejatinya inti dan subtansi 
persoalan Laylatul Qadar (malam Al-Qadar) yang didambakan oleh seluruh kaum 
mukminin dan muslimin. Berikut ini salah satu keteladanan dari keluarga suci 
Nabi saw:

Imam Muhammad Al-Baqir (sa) berkata: 
"Dalam kegelapan malam Ali bin Husein (sa) sering keluar rumah, membawa 
kantongan kantongan yang berisi uang dinar dan dirham. Ia meletakkan kantongan 
itu di pundaknya. Kadang-kadang ia memikulnya karung yang berisi makanan atau 
kayu bakar. Ia mendatangi dan mengetok pintu orang-orang miskin dari pintu ke 
pintu. Ia memberi setiap orang yang keluar dari pintu itu. Ia menutupi wajahnya 
saat ia mendatangi rumah orang fakir-miskin agar ia tidak mengenalnya. 

Ketika beliau wafat mereka merasa kehilangan hal itu. Setelah beliau wafat 
mereka baru tahu bahwa yang sering mengetok pintunya itu ternyata Ali bin 
Husein yang dikenal dengan sebutan Ali Zainal Abidin (sa). Ketika jenazahnya 
dimandikan nampak di pundaknya membekas hitam seperti pundak onta, karena 
saking seringnya memikul karung di pundaknya mendatangi rumah-rumah  
fakir-miskin.

Pada suatu hari beliau keluar rumah membawa selengdang sutera. Ketika datang 
seorang pengemis, beliau kalungkan selendang itu padanya lalu beliau pergi dan 
meninggalkannya. Beliau punya kebiasaan membeli kain sutera di musim dingin, 
jika datang musim panas beliau menjualnya dan mensedekahkan uangnya…

Di Madinah ada ratusan keturunan Nabi saw yang fakir. Mereka semua ta'ajjub 
terhadap kepribadian Imam Ali Zainal Abidin (sa), karena beliau sering datang 
membawa makanannya sendiri untuk anak-anak yatim, orang-orang yang sengsara, 
orang-orang yang sakit yang merana, dan orang-orang miskin yang tak berdaya. 
Beliau memberikan kepada mereka dengan tangannya sendiri. Jika ada keluarga 
dari mereka, beliau sendiri yang membawakan makanan kepada keluarganya. Beliau 
tidak pernah makan sebelum beliau bersedekah seperti yang beliau makan." 
(Al-Wasail 6: 276, hadis ke 8)

Sufyan bin 'Ayniyah bercerita bahwa Az-Zuhri pernah melihat Imam Ali Zainal 
Abidin (sa) berjalan kaki di malam yang dingin dalam kondisi hujan, memikul 
karung yang tepung gandum dan kayu bakar. Az-Zuhri bertanya kepadanya: Duhai 
putera Rasulullah, apa ini? Beliau menjawab: "Aku ingin safar (melakukan 
perjalanan) yang telah dijanjikan yaitu mencari bekal untuk aku bawa ke kampung 
yang terjaga (Akhirat).

Az-Zuhri berkata: Ini pembantuku, biarlah dia yang menggantikanmu untuk 
membawanya, tapi beliau menolak tawaranku. 
Az-Zuhri berkata: Aku saja yang akan menggantikanmu untuk membawanya, dengan 
rasa hormatku padamu biarlah aku yang membawanya. 
Ali Zainal Abidin (sa) berkata: Aku tidak memikirkan kehormatanku untuk sesuatu 
yang menyelamatkan diriku dalam perjalananku (ke Akhirat), yang kuinginkan 
adalah bekal yang baik untuk perjalanan kepulanganku. Dengan hak aku mohonkan 
Anda, semoga Allah memperkenankan hajatmu, silahkan tinggalkan aku.

Kemudian Az-Zuhri meninggalkan beliau. 
Beberapa hari berikutnya Az-Zuhri berkata kepada beliau: Wahai putera 
Rasulullah, aku belum bisa merasakan dampak perjalanan yang pernah engkau 
ceritakan padaku.
Beliau berkata: Baiklah wahai Zuhri, tidak lain yang aku maksudkan hanyalah 
kematian. Untuk itu aku persiapkan. Tidak lain mempersiapkan untuk kematian 
adalah menjauhi segala yang haram, mencurahkan segala kemampuan untuk 
kedermawanan dan kebajikan. (Al-Wasail 6: 279, hadis ke 5)

Inilah sebagian dari keteladanan kedermawanan Imam Ali Zainal Abidin (sa) 
keluarga suci Rasulullah saw. Beliau sendiri yang membawa sedekah ke rumah 
orang-orang fakir-miskin dan dengan tangannya sendiri beliau memberikan kepada 
mereka.

Beliau tidak mengundang fakir-miskin ke rumahnya untuk mengantri dan 
mendapatkan sedekah darinya. Beliau juga tidak memberikan sedekahnya kepada 
mereka di jalanan atau di pinggir jalan. Beliau mendatangi rumah fakir-miskin, 
mengetok dari pintu ke pintu orang-orang fakir-miskin.

Sekiranya kaum yang kaya dan punya kelebihan rizki menteladani akhlak beliau, 
tentu Pemerintah DKI tak perlu mengeluarkan PERDA, menangkap pengemis dan 
mendenda pemberinya. Lalu siapa yang salah?

Bagi yang berminat Doa2 Ramadhan, Amalan praktis dan doa-doa pilihan lainnya, 
silahkan download di:
http://www.tokoku99.com/product-islami/e-book.html
http://id.alfusalam.web.id

Wassalam
Syamsuri Rifai
http://shalatdoa.blogspot.com


Kirim email ke