http://www.antaranews.com/berita/1253343802/polri-noordin-ubah-penampilan-wajah

Polri: Noordin Ubah Penampilan Wajah

Sabtu, 19 September 2009 14:03 WIB | Peristiwa | Hukum/Kriminal | Dibaca 1123 
kali

Kadiv Humas Mabes Polri Irjen Pol. Nanan Soekarna memperlihatkan sejumlah foto 
sketsa wajah tersangka teroris Noordin M Top yang merupakan warga negara 
Malaysia (foto kiri) dan foto Noordin M Top setelah proses autopsi dan forensik 
(foto kanan) saat memberikan keterangan pers di Mabes Polri, Jakarta, Sabtu 
(19/9). (ANTARA/Widodo S. Jusuf)

Jakarta (ANTARA News) - Kepala Divisi Humas Mabes Polri Irjen Pol Nanan 
Soekarna mengemukakan, buronan berbagai kasus terorisme selama sembilan tahun 
di Indonesia, Noordin M Top yang tewas dalam penyergapan di Solo (Jawa Tengah) 
pada Kamis (17/9) telah mengubah penampian wajah sehingga susah dikenali.

Dia mengemukakan hal itu dalam jumpa pers di Mabes Polri Jakarta Selatan, Sabtu 
bersama Kepala Pusat Kedokteran dan Kepolisian Mabes Polri Brigjen Pol Edi 
Saparwoko.

Menurut Nanan, ketika tewas tertembak di Solo, Noordin telah memelihara jambang 
dan jenggot yang sangat lebat dan menjadikan bentuk wajahnya amat berbeda 
dengan gambar-gambar yang disebarkan Polri.

"Dulu, salah satu gambar yang kita sebar ke masyarakat, Noordin hanya punya 
punya jenggot tipis, tetapi sekarang wajahnya `brewok` banget. Semua telah 
berubah," katanya.

Menurut dia, sejak tahun 2000, Polri telah membuat sketsa wajah Noordin 
sebanyak 12 buah yang diduga mirip Noordin M Top dalam berbagai penampilan, 
termasuk saat memakai topi, berkacamata maupun arah sisir rambut yang berbeda.

"Mungkin saja, Noordin mengikuti pemberitaan sehingga dia memelihara jambang 
dan jenggot panjang yang berbeda dengan gambar-gambar sebelumnya," kata Nanan.

Terkait dengan hasil uji DNA, Nanan mengungkapkan bahwa hasilnya cocok dengan 
sampel yang dimiliki Polri. Hasil uji DNA menguatkan hasil identifikasi melalui 
sidik jari dan data fisik warga negara Malaysia itu.

Sedangkan Edi Saparwoko mengemukakan, proses untuk mendapatkan sampel 
pembanding DNA yang dimiliki Polri melalui proses panjang. Bahkan Polri datang 
langsung ke Malaysia.

Menurut dia, Polri pada Juli 2009 telah mengambil sampel DNA dari dua anak, 
masing-masing wanita berusia tiga tahun dan laki-laki berusia satu tahun yang 
diduga anak Noordin M Top hasil pernikahan dengan Arina, warga Cilacap (Jawa 
Tengah).

Pada awal Agustus 2009, tim Polri ke Malaysia untuk mengambil sampel DNA dari 
istri Noordin dan anak laki-laki Noordin yang berusia 12 tahun, di samping 
mengambil sidik jari Noordin yang dimiliki Kepolisian Diraja Malaysia.

"Hasilnya adalah dua anak di Cilacap dan satu anak di Malaysia berasal dari 
ayah yang sama, yaitu Noordin M Top yang tewas di Solo," kata Edi.

Menurut dia, tidak hanya itu saja. Polri juga melakukan uji khusus untuk 
membandingkan wajah Noordin saat memelihara jambang dan jenggot panjang dengan 
wajah-wajah lain dan ternyata memiliki kesamaan.

Dia mengemukakan, tiga jenazah lainnya yang ikut tewas bersama Noordin M Top 
masih dalam proses identifikasi.

Menurut Edi, identifikasi jenazah Noordin didahulukan karena Polri telah 
memiliki data pembanding yang lengkap. Sedangkan data pembading ketiga jenazah 
lainnya, belum dimiliki Polri.

Ketiga jenazah itu, adalah Bagus Budi Pranoto alias Urwah, Hadi Susilo dan Aryo 
Sudarso alias Aji. Bagus berperan merakit bom yang yang diledakkan di Hotel JW 
Marriott dan Ritz-Carlton pada 17 Juli 2009. Demikian juga Aryo Sudarso.

Sedangkan Hadi Susilo berperan menyediakan rumah untuk persembunyian Noordin. 

Polri masih menunggu kedatangan ketiga keluarga korban tersebut untuk proses 
identifikasi sebelum diserahkan kepada pihak keluarga untuk dimakamkan. (*)
++++
http://www.antaranews.com/berita/1253272325/saksi-mata-noordin-dikeluarkan-dengan-ditarik-tali

Saksi Mata: Noordin Dikeluarkan dengan Ditarik Tali

Jumat, 18 September 2009 18:12 WIB | Peristiwa | Hukum/Kriminal | 

Mobil jenazah Polda Jateng bergerak menuju lokasi pengepungan rumah warga yang 
diduga teroris, di Kepuhsari, Mojosongo, Jebres, Solo, Kamis (17/9)/ilustrasi. 

Solo (ANTARA News) - Suratmin, seorang saksi mata evakuasi empat jenazah 
teroris, mengatakan Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Mabes Polri 
mengeluarkan jenazah Noordin M Top dari dalam rumah dengan cara ditarik.

"Jenazah Noordin ditarik dengan menggunakan tali yang biasa digunakan untuk 
olah raga panjat tebing," kata Suratmin yang juga menjadi Ketua RT 3, RW 11, 
Kampung Kepuhsari, di Solo, Jumat.

Sebelum ditarik, katanya, ada dua orang anggota Densus 88 yang masuk ke kamar 
mandi yang menjadi tempat jenazah Noordin usai baku tembak.

"Mereka mengikatkan tali pada kaki kanan Noordin. Setelah mengikat mereka 
langsung keluar dari kamar mandi melalui lubang dinding yang berlubang akibat 
ledakan bom," katanya.

Berdasarkan jawaban yang dilontarkan salah satu anggota kepolisian yang berada 
di dekatnya, dia mengatakan, tindakan penarikan tersebut karena dikhawatirkan 
masih ada bom pada tubuh Noordin.

"Jenazah Noordin ditarik hingga jarak empat meter ke halaman rumah sebelah 
timur. Setelah memastikan tidak ada bom, jenazah Noordin dimasukkan ke dalam 
kantong mayat berwarna kuning," katanya.

Suratmin mengatakan, keberadaan dia di lokasi penyergapan karena diminta Densus 
88 untuk menjadi saksi proses pengevakuasian jenazah teroris.

"Sekitar pukul 7:30 Densus 88 menyuruh saya untuk berada di lokasi kejadian. 
Selain saya yang diminta, Sri Wahyono yang merupakan Lurah Mojosongo dan salah 
satu anggota Polisi Masyarakat (Polmas) setempat juga menjadi saksi," katanya.

Setelah pengevakuasian empat jenazah, lanjutnya, dia dan dua saksi lainnya 
diajak masuk ke rumah Susilo alias Adib.

"Kami bersama empat orang anggota densus menyaksikan sejumlah barang bukti yang 
berada di dalam rumah tersebut," katanya.

Setelah itu, lanjutnya, Densus 88 memindahkan semua barang bukti ke teras rumah 
milik Widodo yang berada di samping rumah Susilo.

"Barang bukti yang terkumpul, antara lain satu senapan laras panjang beserta 
peluru semagasin, satu pistol, dua laptop, satu `handycam`, dua telepon 
genggam, satu dompet, satu jam tangan, beberapa surat dengan tulisan tangan, 
dan sejumlah dokumen," katanya. 

Selain itu, lanjutnya, Densus 88 saat itu juga menemukan enam karung potasium, 
dua karung belerang, kabel berwarna putih, dan buku tabungan BNI atas nama 
Suparmin.

"Satu hari setelah penyergapan teroris di kampungnya, saya dan dua saksi 
lainnya kembali dipanggil kepolisian untuk menandatangani surat yang saya 
ketahui sebagai berita acara penyergapan yang dilakukan kepolisian," katanya.

Suratmin mengatakan, penandatanganan surat tersebut dilakukan pada Jumat (18/9) 
pukul 10:30 di Kantor Kelurahan Mojosongo, Kota Solo, Jawa Tengah.(*)
COPYRIGHT © 2009


[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke