*IBRAHIM ISA Catatan PARTIKELIRAN (5)* *Sabtu, 19 September 2009*
*-----------------------------------------------------------------* *PRADUGA Dan PRASANGKA NEGATIF* *<Oleh : MIRDAYANTI <Yanti>, Dosen di Bonn, Jerman>* Mirdayanti, seorang dosen generasi baru, sudah beberapa tahun lamanya bekerja dan berdomisili di Bonn, Jerman. Tergugah oleh sebuah artikel mengenai ANAK 'ALLOCHTOON Dan WANITA MUSLIM BERJLIBAB di Belanda, ia menulis sebuah tanggapan. Yanti mengangkat sikap praduga dan prasangka sementara kalangan di Jerman terhadap orang-orang migran asal Turki. Tulisan Yanti mengungkap juga bahwa bangsa Jerman dewasa ini, sesungguhnya menyadari betapa negatifnya sikap anti-semitisme masa lampau serta sikap berprasangka dan berpraduga terhadap orang-orang yang berkultur, bertradisi dan beragama lain. Mirdayanti menuturkan apa yang dilihat dan dialaminya sendiri di Jerman. Bicara mengenai masalah sikap berpraduga dan berprasangka, Yanti mengarahkan pandangannya ke ngeri kita. Ia mengecam sementara sikap yang apriori terhadap orang-orang asing berkulit-putih. Tulis Yanti: 'Apalagi kalau kita sudah menyentuh masalah tema stigma komunisme, marxisme, etc. Ini lebih parah lagi. Sulit mengembalikan otak-otak yang sudah tercuci selama 30 tahunan memang, termasuk otak-otak para pemimpin negara kita dan sebagian kaum intelektualnya (catatan: sebagian!!!). Buktinya, dari pada membaca dulu sebuah buku tentang pelurusan sejarah, maka baru mendengar judulnya saja mereka-mereka yang berprasangka sudah langsung ingin membakar buku tersebut misalnya'. Yanti juga dengan tulus memeriksa fikirannya sendiri. Ditulisnya: 'Tapi saya pun sering bertanya pada diri sendiri: Sudahkah saya bersih dari prasangka-prasangka negatif saya? Kadang jawaban jujurnya cukup membuat saya malu sendiri'. Silakan membaca selengkapnya artikel yang ditulis Yanti, sbb: * * * *Oleh : MIRDAYANTI <15 Sept 2009>* Pak Ibrahim yb., Isi ceritanya sangat mengagumkan. Demikianlah, kadang kita bisa mengukur kepribadian orang sudah cukup dari sikap spontanitas yang mereka tunjukkan ketika menolong seseorang, tanpa berpikir dan berpraduga, apa latar belakang orang lain yang mereka hendak bantu atau hendak mereka sentuh. Yang saya ketahui bahkan di negara-negara berlatar belakang budaya Islam, orang-orang tua secara adat dan tradisi sangat dihormati. Sama seperti di Indonesia juga. Semakin seorang anggota keluarga berusia senior, semakin dituakan oleh anggota keluarga yang lain dan anak-anak kecil pun ikut mencontoh menghormati kaum-kaum senior. Bukannya dibuang. Maka wajar kalau Pak Ibrahim yang jatuh dari sepeda akan langsung ditolong si anak kecil dan si Mbak berjilbab dari Maroko itu. Banyak memang prasangka dan praduga yang tidak benar dilontarkan kepada orang-orang asing atau keturunan asing di Eropa. Kalaupun kebetulan ada segelintir dari mereka yang melakukan hal-hal kriminal atau yang agak kotor misalnya, namun tidak berarti semua orang asing atau keturunan asing mesti begitu. Biasanya tulisan-tulisan di media akan sangat mempengaruhi para pembacanya. Di sinilah pentingnya media-media di Belanda maupun di kawasan Eropa lainnya untuk turut mencerahkan dan mendidik publik melalui tulisan-tulisan mereka. Di Jerman sendiri saya sangat sering mendengar nada-nada yang begitu miring tentang orang-orang Turki yang merupakan kelompok masyarakat asing terbesar di Jerman. Mereka sudah memiliki keturunan lebih dari 4 generasi di sini. Jadi, sudah banyak sekali yang lahir dan dibesarkan di Jerman, berbahasa Jerman dan hidup lebur dalam budaya Jerman, walaupun sebagian besar memang terus memeluk agama leluhurnya: Islam. Namun tentu saja dengan tingkat level religiositas yang berbeda-beda: ada yang memang nyantri, ada yang abangan, ada yang moderat, atau bahkan yang cuek sama sekali. Selebur apa pun masyarakat Turki dalam budaya dan kehidupan Jerman, tetap saja nada-nada miring dari masyarakat Jerman terhadap orang-orang Turki terasa sekali lebih menggema dibandingkan misalnya prasangka negatif terhadap keturunan asing lainnya. Bukan prasangka kriminal, tetapi lebih ke prasangka sosial dan kebiasaan. Misalnya sering disebutkan bahwa orang-orang Turki, terutama yang tua-tuanya, sering disebutkan tak ingin melebur atau tak bisa berbahasa Jerman dengan baik, konservatif, selalu pakai kerudung, dsb. Sebenarnya masyarakat Jerman sudah jera dengan kisah antisemitisme Hitler di jaman sebelum PD II yang karena akibat rasialisme mereka terhadap keturunan Yahudi dan keturunan asing lainnya di Jerman saat itu, maka sejarah mereka menjadi sangat buram dan memalukan. Lama sekali bangsa Jerman generasi pasca PD II harus menanggung 'beban sejarah' ini di pundak mereka dan tak ingin membicarakannya, karena malu. Namun sekarang bangsa Jerman sudah sangat terbuka dalam soal sejarah gelap mereka. Mau mengakuinya, membicarakannya, memfilmkannya, menorehkannya dalm buku-buku sejarah sekolah, dan sebagainya. Tokh walaupun demikian, prasangka negatif terutama terhadap orang-orang Turki di sana-sini masih terasa. Sebenarnya prejudice atau prasangka negatif di kawasan mana pun hampir selalu ada. Dan ini biasanya turun temurun dan sulit dihilangkan. Sekalinya sebuah propaganda berhasil merasuk otak seseorang (apalagi sampai mencuci otak tersebut), maka akan sangat sulit menghapuskan prasangka-prasangka tersebut. Di Indonesia prasangka negatif sering juga saya dengar terhadap orang-orang turis berkulit putih. Misalnya, kalau para turis itu berkelakukan free-sex, atau jarang mandi dan bau, dan sebagainya. Apalagi kalau kita sudah menyentuh masalah tema stigma komunisme, marxisme, etc. Ini lebih parah lagi. Sulit mengembalikan otak-otak yang sudah tercuci selama 30 tahunan memang, termasuk otak-otak para pemimpin negara kita dan sebagian kaum intelektualnya (catatan: sebagian!!!). Buktinya, dari pada membaca dulu sebuah buku tentang pelurusan sejarah, maka baru mendengar judulnya saja mereka-mereka yang berprasangka sudah langsung ingin membakar buku tersebut misalnya. Tapi saya pun sering bertanya pada diri sendiri: Sudahkah saya bersih dari prasangka-prasangka negatif saya? Kadang jawaban jujurnya cukup membuat saya malu sendiri... *** [Non-text portions of this message have been removed] ------------------------------------ ======================= Milis Wanita Muslimah Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat. Twitter: http://twitter.com/wanita_muslimah Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com Berhenti mailto:wanita-muslimah-unsubscr...@yahoogroups.com Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejaht...@yahoogroups.com Milis Anak Muda Islam mailto:majelism...@yahoogroups.com Milis ini tidak menerima attachment.Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/ <*> Your email settings: Individual Email | Traditional <*> To change settings online go to: http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/join (Yahoo! ID required) <*> To change settings via email: mailto:wanita-muslimah-dig...@yahoogroups.com mailto:wanita-muslimah-fullfeatu...@yahoogroups.com <*> To unsubscribe from this group, send an email to: wanita-muslimah-unsubscr...@yahoogroups.com <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/