Maaf, salah alamat, mestinya ke milis Mayapadaprana
Salam
HMNA

----- Original Message ----- 
From: "H. M. Nur Abdurahman" <mnur.abdurrah...@yahoo.co.id>
To: <wanita-muslimah@yahoogroups.com>
Sent: Tuesday, January 19, 2010 06:31
Subject: [wanita-muslimah] Seri 354

Islam yang bermuatan: aqidah (pokok keimanan), jalannya hukum dan akhlaq, 
meliputi cakrawala yang luas, yaitu petunjuk untuk mengatur baik kehidupan 
nafsi-nafsi (individu), maupun  kehidupan kolektif dengan substansi yang 
bervariasi seperti  keimanan,  ibadah ritual (spiritualisme),  karakter 
perorangan,  akhlaq individu dan kolektif, kebiasaan manusiawi, ibadah 
non-ritual seperti: hubungan keluarga, kehidupan sosial politik ekonomi, 
administrasi, teknologi serta pengelolaan lingkungan, hak dan kewajiban 
warga-negara, dan terakhir yang tak kurang pentingnya yaitu sistem hukum 
yang teridiri atas komponen-komponen: substansi aturan-aturan 
perdata-pidana, damai-perang, nasional-internasional, pranata subsistem 
peradilan dan apresiasi hukum  serta rasa keadilan yang hidup dalam 
masyarakat yang berakhlaq.

Semua substansi yang disebutkan itu bahasannya ada dalam Serial Wahyu dan 
Akal - Iman dan Ilmu.  Maksudnya Wahyu memayungi akal , dan Iman memayungi 
ilmu.

one liner  Seri 354
insya-Allah akan diposting hingga no.800
no.terakhir 904
*******************************************************************

BISMILLA-HIRRAHMA-NIRRAHIYM

WAHYU DAN AKAL - IMAN DAN ILMU
[Kolom Tetap Harian Fajar]
354. Dari Mana Keterangan Didapatkan


Suwarlo (nama samaran?), menanggapi dalam Surat dari Pembaca, Harian FAJAR, 
edisi 23-12- 1998 atas Seri 341, yang berjudul Partai-Partai Politik yang 
Berdasar Marxisme yang Pernah Hidup di Republik Indonesia, edisi 27-09- 
1998. Ia membuka suratnya dengan S. Al Buruj, 10 yang isinya melarang 
memfitnah dan menanyakan dari mana keterangan saya peroleh tentang 
gerombolan Merapi-Merbabu komplex dan mengenai Tan Malaka yang marxist 
trotzkist.

Pertama, saya dapatkan keterangan itu dari pendidikan politik oleh guru saya 
Allahu Yarham K.H. Isa Anshary, seorang tokoh Masyumi (parpol ini sekarang 
muncul kembali dalam wujud Partai Bulan Bintang) dan Ketua Front Anti 
Komunis. Beliau antara lain mengajarkan untuk mengenal aliran ataupun 
ideologi sesungguhnya dari organisasi-organisasi baik partai politik maupun 
organisasi kemasyarakatan, apabila aliran ataupun ideologi organisasi 
bersangkutan tidak dengan secara jelas tercantum dalam Anggaran Dasarnya. 
Gunanya supaya pemuda Islam tidak dapat dimanfaatkan oleh golongan lain yang 
merugikan ummat Islam. Karena banyak pemuda Islam dimanfaatkan tanpa sadar 
oleh golongan tersebut. Seperti halnya sekarang ini banyak pemuda (baca: 
mahasiswa) Islam yang tanpa sadar dimanfaatkan oleh kepentingan politik kubu 
segi-tiga TUA (Trisakti, UKI, Atmajaya) untuk shalat tarwih tidak di masjid 
melainkan di kampus Katolik Atmajaya.

K.H. Isa Anshary ditangkap dan ditahan tanpa diadili bersama-sama dengan 
tokoh-tokoh Masyumi lainnya dan tokoh-tokoh PSI oleh rejim Soekarno. Saya 
lebih mempercayai keterangan dari guru saya itu ketimbang dari koran 
mengenai gerombolan Merapi-Merbabu komplex. Juga saya lebih meyakini 
keterangan guru saya bahwa Tan Malaka(*) itu sesungguhnya seorang marxist 
trotzkist ketimbang
bantahan dari Tan Malaka sendiri bahwa dia bukan marxist trotzkist 
(maksudnya marxisme yang diterapkan oleh Leon Trotzky, 1877 - 1940, yang 
nama aslinya Lev Davidovich Brottstein). Pengakuan bahwa Tan Malaka bukan 
marxist trotzkist bukanlah suatu jaminan dari hal yang sesungguhnya. Hal ini 
diisyaratkan oleh ayat:
-- W MN ALNAS MN YQWL AMNA BALLH W BALYWM ALAKHR W MA HM BMW"MNYN (S. 
ALBQRT, 2:8), dibaca:
-- wa minanna-si mayyaqu-lu a-manna- billa-hi wa bilyawmil a-khiri wa ma-hum 
bimu'mini-n, artinya:
-- Di antara manusia ada yang berkata kami beriman kepada Allah dan hari 
kemudian, padahal sesungguhnya dia itu tidak beriman (2:8).

Kedua, Tan Malaka adalah seorang marxist saya ketahui dari buku karangan Tan 
Malaka sendiri: Madilog. Materialisme dan dialektika bukanlah buah pikiran 
asli dari Tan Malaka, melainkan diambilnya dari Karl Marx (1818 - 1883) yang 
membedah sejarah memakai pisau filsafat hitorische materialisme dengan 
metode dialektika: pertentangan kelas (these, anti-these) dan synthese. 
Dialektika ini bukanlah asli buah pikiran Marx melainkan dipinjamnya dari 
Georg Wilhelm Friedrich Hegel (1770 - 1831). Marx bersama Friedrich Engels 
(1820 - 1895) menulis buku: Communist Manifesto (1847) dan Das Kapital (3 
jilid, 1867, 1885, 1895). Islam dalam Tinjauan Madilog, berbentuk brosur, 
dicungkil dari buku Madilog tersebut, yang disindir dengan gaya yang khas 
oleh Allahu Yarham Haji Abdul Malik Karim Amrullah, (bukan Haji Abubakar 
Muhammad Karim Amrullah menurut Suwarlo, dari mana pula Suwarlo ini memungut 
nama yang keliru tersebut!). Demikianlah, Madilog bukanlah buah pikiran 
orisinel dari Tan Malaka, melainkan diambilnya dari filsafat historische 
materialisme yang dialektis. Alhasil Tan Malaka adalah seorang penganut 
filsafat materialisme.

Jangan dikacaukan antara istilah materialis dengan materialisme. Materialis 
adalah orang mata duitan. Materialisme dipakai dalam filsafat, yaitu 
pandangan yang tidak mau tahu, tidak mengakui dan tidak percaya existensi di 
luar materi. Materialisme inilah yang menjadi paradigma ilmu pengetahuan 
yang diajarkan di sekolah-sekolah umum. Materialisme memperanakkan atheisme 
(tegas menolak eksistensi Tuhan) dan agnostisisme (meragukan adanya Tuhan). 
Filsafat historische materialisme yang dialektis dari Karl Marx termasuk 
dalam kategori ini. Jadi penggunaan S. Al Buruj, 10 oleh Suwarlo itu 
asal-asalan, Seri 341 tidak memfitnah siapa-siapa. Karena seperti 
ditunjukkan di atas Tan Malaka itu sungguh-sungguh seorang marxist, penganut 
materialisme yang tidak percaya pada existensi di luar materi.

***

Tanggapan Suwarlo ini mengingatkan saya akan tanggapan seorang paramedis 
terhadap Seri 334 yang berjudul: HIV/AIDS dan Reformasi Pasal 284 KUHP edisi 
09-08-1998, dalam sebuah majelis yang membicarakan HIV/AIDS, bertempat di 
ruang Kesra Kantor Gubernur Sul-Sel. Berita ini saya dapatkan dari tangan 
pertama, yaitu dari isteri saya sendiri yang hadir dalam majelis itu 
mewakili Pengurus Wilayah 'Aisyiyah. Kemudian berita tanggapan itu saya 
dengar pula dari Ir M.Ridwan Abdullah MSc. dan Drs Ishak yang mewakili IMMIM 
yang juga hadir dalam majelis itu.

Saya pikir tanggapan ini perlu dipublikasikan, sebab boleh jadi ada beberapa 
orang yang mempunyai persepsi seperti paramedis itu, namun tidak sempat 
dikomunikasikannya kepada saya. Paramedis itu berkata dalam majelis tersebut 
bahwa ada seorang ustaz entah dari mana ia mendapatkan keterangan sehingga 
ia menulis tentang penyebaran virus HIV itu oleh nyamuk. Padahal yang saya 
tulis dalam Seri 334 itu berhubungan dengan penyuluhan-penyuluhan bahwa 
orang berpenyakit AIDS tidak perlu dihindari seperti halnya pengidap 
penyakit TBC, karena berjangkitnya HIV/AIDS hanya melalui jalur hubungan 
seksual, transfusi darah, jarum suntik dan dari ibu ke janin di dalam rahim. 
Saya mempertanyakan apa bedanya jarum suntik dengan moncong pengisap milik 
nyamuk. Boleh jadi virus itu mati atau nyamuknya yang mati jika virus itu 
diisap nyamuk. Akan tetapi suatu kenyataan ada virus yang kebal terhadap 
nyamuk (atau nyamuknya yang kebal virus?) seperti nyamuk yang menularkan 
virus malaria, nyamuk yang menularkan virus demam berdarah dan lalat yang 
dapat memindahkan virus penyakit tidur. Sehingga menurut hemat saya ada 
risiko potensial serumah dan bergaul dekat dengan pengidap AIDS oleh karena 
boleh jadi siapa tahu, hanya Allah Yang Maha Tahu, dengan berkembangnya 
penelitian belakangan akan dapat pula terungkap bahwa ada sejenis serangga 
yang dapat memindahkan HIV. WaLlahu a'lamu bisshawab.

*** Makassar, 27 Desember 1998
    [H.Muh.Nur Abdurrahman]

http://waii-hmna.blogspot.com/1998/12/354-dari-mana-keterangan-didapatkan.html
-------------------------
(*)
Percobaan kudeta 3 Juli 1946 dilancarkan di bawah pimpinan Tan Malaka dari 
Partai Murba. Tan Malaka mengajak kalangan militer Jawa Tengah, termasuk 
Soeharto. Yang akan digulingkan adalah Perdana Menteri Sjahrir. Awalnya, 20 
Juni 1946 PM Sjahrir dan kawan-kawan diculik di Surakarta. Penculiknya 
adalah kelompok militer di bawah komando Divisi III dipimpin oleh Sudarsono. 
Soeharto selaku salah seorang komandan militer Surakarta terlibat dalam 
penculikan itu.

2 Juli 1946 kelompok penculik berkumpul di markas Soeharto sebanyak dua 
batalyon. Pasukan lantas dikerahkan untuk menguasai beberapa sektor 
strategis seperti RRI dan Telkom. Malam itu juga mereka menyiapkan surat 
keputusan pembubaran Kabinet Sjahrir dan menyusun kabinet baru yang sedianya 
akan ditandatangani oleh Presiden Soekarno di Istana Negara Yogyakarta, esok 
harinya.

SK dibuat dalam empat tingkat. Keputusan Presiden dimuat dalam maklumat 
nomor 1, 2 dan 3. Semua maklumat mengarah ke kudeta. Misalnya, maklumat 
nomor dua berbunyi demikian: Atas desakan rakyat dan tentara dalam tingkatan 
kedua terhadap Ketua Revolusi Indonesia yag berjuang untuk rakyat, maka kami 
atas nama Kepala Negara hari ini memberhentikan seluruh kementrian negara 
Sutan Sjahrir. Yogyakarta, 3 Juli 1946, tertanda: Presiden RI Soekarno.

Tetapi percobaan kudeta ini ternyata gagal. Para pelakunya ditangkap dan 
ditahan. Soeharto menangkapi komplotan penculik. Keberadaannya sebagai 
anggota komplotan penculik merupakan upaya Soeharto mengamankan penculik. 

Kirim email ke