BIAMILLA-HIRRAHMA-NIRRAHIYM

WAHYU DAN AKAL - IMAN DAN ILMU
[Kolom Tetap Harian Fajae]
155. Aplikasi Hukum Thermodinamika Kedua 
     dalam Cakrawala yang Lebih Luas dari Iptek 

Fisika klasik maupun fisika relativitas dengan gambaran dunia ruang waktu empat 
dimensi (four dimensinal picture of the world) tidak mempunyai ketegasan 
pengertian tentang arah waktu (time arrow). Oleh karena itu ada saja pakar yang 
membuat postulat tentang arah waktu sebaliknya, dari masa depan ke masa lalu. 
Postulat ini menimbulkan inspirasi bagi penulis novel yang bersifat tahyul 
sains (science fiction), mengarang cerita tentang orang-orang yang menembus 
lorong waktu, kembali ke masa silam.

Dalam thermodinamika dikenal sebuah TaqdiruLlah yang disebut Hukum 
Thermodinamika Kedua, dengan perumusan William Thomson Kelvin (1842 - 1907) dan 
perumusan Rudolf Julius Emanuel Clausius (1822 - 1888). Perumusan Kelvin 
menjadi asas mesin-mesin kalor dan perumusan Clausius menjadi asas mesin-mesin 
pendingin. Walaupun kedua perumusan itu secara verbal berbeda, namun pada 
pokoknya ialah dalam setiap proses thermodinamis entropi akan naik. Secara 
keseluruhan entropi alam syahadah (Ayat Kawniyah) naik terus, jangankan turun, 
berhentipun tidak pernah. Ini yang disebut irreversible. 

Ludwig Boltzmann (1844 - 1906) tertarik melihat fenomena ini. Berkat 
kemampuannya yang tinggi dalam matematika, dia dapat menunjukkan bahwa kenaikan 
entropi dalam proses thermodinamis, tidak lain hanya merupakan kasus khusus 
dari suatu prinsip umum: dalam setiap transformasi fisis terjadi kerugian 
ketertiban (loss of order). Dalam hal panas, kenaikan entropi itu sebenarnya 
suatu kerugian dalam organisasi molekuler. (Ini pernah disinggung dalam Seri 
006-Pemanfaatan Sains) 

Ungkapan organisasi molekuler ini perlu penjelasan. Sebuah batu yang jatuh jika 
dilihat secara mikroskopis, maka molekul-molekul batu bergerak ke bawah dengan 
kecepatan yang sejajar dan sama besarnya setiap saat dengan pertambahan tenaga 
kinetis yang sama besar pula. Kita melihat dua hal, yaitu energi dan organisasi 
energi. Setelah batu itu menghantam landasan beton, maka sebagian dari 
molekul-molekul itu mengalami tabrakan dengan besar kecepatan dan arah gerak 
secara acak (random), ibarat nyamuk-nyamuk yang berkeliaran tak teratur dalam 
kamar. Sebagian pula geraknya tetap terorganiser, yaitu kecepatan tetap sejajar 
dan besarnya sama. Maka tenaga itu terbagi dua. Tenaga molekul-molekul yang 
acak tak terorganiser seperti nyamuk itu berwujud energi panas, sedangkan 
tenaga molekul-molekul yang tetap teroganiser itu tetap berwujud tenaga kinetis 
yang menyebabkan batu melenting ke atas. Makin tinggi keacakan (randomness) 
makin besar pula kuantitas terjadinya tenaga panas, dan itulah yang dimaksud 
dengan kerugian dalam organisasi molekuler yang disebutkan di atas itu.

Karena memang didapatkannya ilmu thermodinamika ini untuk kepentingan 
teknologi, sedangkan sifat Iptek yang dipelajari sekarang ini dibangun di atas 
landasan empirisme yang bergandengan tangan erat dengan pandangan hidup 
positivisme dan utilitarianisme, maka pengkajian sudah logis apabila pemikiran 
sudah berhenti pada aplikasi Ip pada Tek. Lain halnya apabila Iptek itu 
dimerdekakan dari kungkungan positivisme dan menjangkau di atas cakrawala yang 
lebih tinggi dari utilitarianisme, yakni Iptek itu dibangun di atas landasan 
empirisme yang bernilai Tawhid dengan tidak mengabaikan kemanfaatannya (lihat 
Seri 006-Pemanfaatan Sains-), maka pemikiran tidak akan berhenti hanya pada 
aplikasinya dalam rancang bangun (design) mesin-mesin konversi tenaga belaka. 

                                  ***

Allah SWT adalah Sumber Ilmu. Sumber Informasi yang berasal dari Allah SWT 
disebut ayat. Ada yang berwujud ayat Qawliyah (verbal), yaitu Kitab-Kitab Suci 
yang diturunkan kepada para Rasul dalam bahasa ibu para Rasul itu. Seperti 
misalnya Injil dalam bahasa Ibrani yang diturunkan kepada Nabi 'Isa AS dan Al 
Quran dalam bahasa Arab yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. Ada pula yang 
berwujud ayat Kawniyah (kosmologis) yang berwujud alam syahadah.
     
Sehubungan dengan arah waktu Allah SWT berfirman dalam ayat Qawliyah, 
S.AlA'lay,1,2: 
    Sabbihi Sma Rabbika lA'lay. Alladziy Khalaqa fa Sawway Sucikanlah Nama Maha 
Pengaturmu Yang Maha Tinggi. Yaitu Yang mencipta lalu menyempurnakan. Adapun 
menyempurnakan dalam ayat Qawliyah ini memberikan keterangan secara tegas 
tentang arah waktu (time arrow) yaitu dari masa lalu ke masa depan.

Demikian pula arah waktu dipertegas dalam ayat Kawniyah yaitu Hukum 
Thermodinamika Kedua yang irreversible. Setiap proses thermodinamis akan 
menghasilkan kenaikan entropi secara kuantitatif. Di alam syahadah ini sedang 
terjadi proses pengurangan dalam persediaan tenaga, dan persediaan itu akan 
habis jika entropi sudah mencapai maximum. Proses itu irreversible oleh karena 
setiap proses akan menghasilkan keacakan molekulair yang tak terorganiser 
menjadi semakin tinggi. Entropi "bergerak" menanjak naik dari nol hingga 
maksimum. Pada waktu entropi nol, tidak ada materi, sehingga tidak ada suhu, 
itulah sebabnya entropi nol. Wa l'Ashr, perhatikanlah waktu, Allah mencipta 
DENGAN waktu, "lahirlah" ruang dan materi. Mengalirlah panas dari space and 
matter yang suhunya lebih tinggi ke yang lebih rendah, menanjaklah entropi dari 
nol ke maksimum. Inilah ketegasan arah waktu (time arrow) yaitu dari masa lalu 
ke masa depan dalam ayat Kawniyah. Waktu berjalan mundur seperti dalam novel 
ataupun film tahyul fiksi sains, adalah hal yang mustahil berdasar ketentuan 
time arrow, baik menurut ayat Qawliyah maupun ayat Kawniyah.

Hukum Thermodinamika Kedua tidaklah menyangkut tabiat butir molekul secara 
individu, melainkan menyangkut keseluruhan unsur molekul yang acak dalam 
masyarakat molekul yang hiruk pikuk (the random element in a crowd). 
Demikianlah Hukum Tehermodinamika Kedua memberikan ketegasan tentang arah waktu 
dari masa silam ke masa depan. 
    
Keadaan molekul yang makin acak tidak terorganisasi itu menunjukkan arah waktu 
yang tegas dari masa lampau ke masa depan, oleh karena molekul yang ibarat 
gerak nyamuk itu tidak dapat lagi kembali kepada keadaan semula. Keacakan ini 
adalah harga yang dibayar oleh transformasi kemajuan (evolusi) fisis suatu 
prinsip umum TaqdiruLlah yang diungkap oleh Boltzmann. Fenomena dalam ayat 
Kawniyah ini menunjukkan pula, seperti yang telah banyak dibahas dalam 
pembahasan ayat Qawliyah, bahwa tidak ada kemajuan tanpa pengorbanan, yang 
orang Jawa bilang: "Jer Basuki mao beo".

Allah SWT menyempurnakan hasil ciptaannya (fa Sawway) berupa transformasi fisis 
di alam syahadah di satu pihak, sedangkan di lain pihak Allah SWT mengurangi 
persediaan tenaga. Begitu transformasi fisis sudah disempurnakan Allah SWT, 
entropi menjadi maximum, terjadilah keseimbangan panas, habislah persediaan 
tenaga di alam syahadah, matahari dan bintang-bintang yang cemerlang (nujuwmun) 
menjadi redup, berhenti pulalah proses di alam syahadah ini, dan waktupun 
berhentilah pula, dan inilah akhir alam syahadah, kemudian menyusullah hari 
kiamat (dari Qiya-m artinya berbangkit), hari pengadilan dan akhirnya hari 
akhirat. Insya Allah demikianlah keadaannya. Allah Maha Kuasa, fa''aalu limaa 
yuriyd, dapat saja proses itu "di-cut" Allah SWT ditengah berlangsungnya proses 
menanjaknya entropi, artinya entropi tidak sampai mencapai maksimum, qiyamat 
lebih dahulu ditetapkan Allah SWT. Qiyamat itu rahasia Allah. WaLlahu a'lamu 
bisshawab.

*** 27 November 1994
    [H.Muh.Nur Abdurrahman]
http://waii-hmna.blogspot.com/1994/11/155-aplikasi-hukum-thermodinamika-kedua.html

**********************

Landasan pemikiran atheisme bertitik tolak dari postulat / pokok kepercayaan, 
bahwa alam ini tidak ada permulaannya, tidak pernah tidak ada, jadi tidak perlu 
Ada yang memulainya. Atau ada pula atheisme yang berpostulat materi "muncul" 
dengan sendirinya dari ketiadaan.

Marilah kita bedah kedua postulat atheisme tersebut dengan pisau ilmu 
termodinamika dan prinsrip Boltzmann. Kita dapat menunjukkan kepada golongan 
atheist itu bahwa postulat alam ini tidak ada permulaannya ditolak oleh hukum 
termodinamika kedua. 
Pertama, entropi bertambah mulai dari nol hingga tak terhingga. Entropi nol 
artinya tidak ada aliran panas, itu artinya ada permulaan yaitu materi belum 
ada yang akan mempunyai suhu. 
Kedua, kalau alam ini tidak ada permulaannya, artinya tak terhingga tuanya, 
maka proses termodinamis, proses mengalirnya panas, sudah sejak lama mesti 
berhenti, sudah sejak lama entropi mencapai maksimum, panas sudah sejak lama 
terbagi secara merata di lam ini. Faktanya sekarang panas belum terbagi rata. 
Artinya postulat atheisme alam tidak ada permulaannya ditolak oleh ilmu 
termodinamika.

Adapun postulat atheisme yang menyatakan materi "muncul" begitu saja dengan 
sendirinya, ditolak oleh prinsip Boltzmann. Untuk transformasi fisik saja 
memerlukan modal pertama yang yaitu energi, apa pula transformasi dari tidak 
ada materi menjadi ada materi, perlu sekali modal pertama. 

Alhasil yang memulai alam semesta, atau yang memberikan energi sebagai modal 
pertama bagi "munculnya" materi adalah Allah SWT sebagai Al Khaliq, Maha 
Pencipta. Energi yang "ditransfer" Allah menjadi materi awal dalam keadaan 
singularitas, sangat tinggi suhu dan tekanannya sehingga terjadi peledakan 
dahsyat, yang dikenal dengan Big-Bang (BB).

Entropi yang bertambah terus dari nol hingga maksimum, adalah suatu besaran 
yang invariant, artinya pertambahan itu berlangsung dengan tidak berubah oleh 
hukum Relativitas yaitu TaqdiruLlah yang diungkap oleh Einstein (Albert 
Einstein, lahir 1879). Ruang boleh relatif, waktu boleh relatif dan materi 
boleh relatif, tergantung pada laju pengamat ataupun obyek yang diamati. Dengan 
bertambahnya laju pengamat maupun yang diamati ataupun kedua-duanya, ruang 
menjadi susut, waktu menjadi lambat dan materi bertambah besar massanya. Namun 
entropi tidak terpengaruh oleh pada posisi / laju pengamat dan obyek yang 
diamati. Dia akan bertumbuh dari nol hingga maksimum tanpa terpengaruh oleh 
kondisi alam.
Dikutip dari Seri 006. 
Yang berminat kunjungi => 
http://waii-hmna.blogspot.com/2007/06/006-pemanfaatan-sains.html





----- Original Message ----- 
From: "ah-mbel-ah" <eyang_mbelge...@yahoo.com>
To: <wanita-muslimah@yahoogroups.com>
Sent: Wednesday, January 20, 2010 15:22
Subject: [wanita-muslimah] Re: Why does God allow natural disasters?


 "Science has uncovered the most unexpected of possible future outcomes." 
 
 "Bencana bagi manusia, bukanlah bencana bagi alam raya. Kiblat bagi manusia 
bukanlah kiblat bagi alam raya. Awal atau akhir dari sebuah planet [misalnya, 
bumi] bukanlah awal atau akhir dari keberadaan alam raya. Ilmu dapat membedah 
hal ini, bukan wahyu atau mbelgedes-mbelgedes lainnya..." begitu katanya.
 
 http://www.ngcasia.com/programmes/naked-science/schedule


[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke