Komentar Rafina ini agak berbelok dari konsep 'tirani mayoritas' Indonesia karena yang dimaksudkan di sini adalah persentase pemeluk agama Islam 86.1%, Protestan 5.7%, Katholik 3%, Hindu 1.8%, dan lain-lainnya 3.4% (sensus 2000). Artinya dari 240.271.522 (estimasi jumlah penduduk pada bulan Juli 2009) 86.1% nya adalah 206.873.780.
Jadi bukan mayoritas kesukuannya. Sebagian kecil dari angka ini (barangkali tidak lebih dari 10%) adalah tiran-tiran fundamentalis (wahabi/salafi) yang bercokol di dalam sistem pemerintahan dan pusat-pusat kekuasaan. Mereka ini, seperti ular, merayap-rayap di dalam sistem dan kekuasaan melakukan upaya-upaya sistemik sedemikian rupa sehingga menggiring opini publik agar NKRI sedikit-demi-sedikit berubah menjadi NII. Kegiatan mereka di luar sistem adalah selain melakukan bullying dan teror, juga melakukan penganiayaan terhadap kaum minoritas, mensponsori berbagai kekerasan terhadap kaum lainnya. Termasuk di dalamnya adalah melarang umat berkeyakinan lain mendirikan rumah-rumah ibadah dan menyelenggarakan kegiatan-kegiatan peribadatan di perumahan. Pengrusakan-pengrusakan juga dilakukan secara demonstratif. Kaum ini berada pada ujung ekstrim yang satu, dikendalikan oleh teks dan kekakuan dalam berkeyakinan, dibatasi ketertutupan interpretasi, dan keabsolutan pada pemahaman akidah. Mereka juga meniadakan eksistensi kaum minoritas, menolak keberagaman, menyangkal ko-eksistensi, memaksakan kehendak. Hanya ada satu kebenaran, yakni, kebenaran versi mereka. Sementara itu, di bagian kecil lainnya, berada di ujung ekstrim lainnya, ada kaum yang memposisikan diri dengan cara yang sangat liberal, penuh dinamika, dialektikal, penuh keterbukaan dan sangat menentang kesemena-menaan kaum ekstremis tersebut. Mereka secara bersama-sama menokohkan diri sebagai pahlawan bagi kaum minoritas, melindungi, menjaga, menerima, berinteraksi dengan kaum minoritas dan mengakui kebenaran-kebenaran serta keanekaragaman warna pelangi keyakinan. Di antara kedua ekstremis itu, sekitar 80%-an, adalah kaum moderat yang dijadikan target pengaruh (pasar ideologi) oleh kedua kelompok ekstremis ini. Ada yang berpihak ke kanan dan ada juga yang berpihak ke kiri. Amunisi yang satu berasal dari Timur Tengah dan amunisi yang satunya berasal dari Barat serta negara-negara maju. Ironisnya, penganiayaan terhadap kaum lainnya tetap terjadi di negara yang 86.1% Muslim. Di manakah kita berdiri dan tindakan apa yang telah kita ambil terhadap ketidakadilan itu? Setelah GusDur dan CakNur meninggalkan kita, kini kita hanya bisa berharap kepada para penerus pluralisme. Anis Baswedan adalah salah satunya, Guntur Romli dan Nong adalah pejuang-pejuang muda lainnya. Bagaimana denganmu? --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "rafinaharahap" <rafinahara...@...> wrote: Tirani mayoritas di Indonesia = orang Jawa = 40% = KB gagal di Jawa (penelitian BKKBN) sehingga jumlah orang Jawa semakin mayoritas . Teman antrolopog meneliti soal ini dan dia tidak mengerti mengapa orang-orang Jawa kelas bawah (miskin dan kurang berpendidikan) gemar berkembang biak?