Seringkali kita menemui pernyataan yang dimulai dengan dua kata, "menurut 
Islam... menurut Islam... menurut Islam..." dst. Ketika pernyataan dimulai 
dengan dua itu, maka apa yang akan dikatakan kemudian menjadi 'seolah-olah' 
benar. 'Kebenaran' ini kemudian diperkuat dengan kutipan ayat-ayat yang 
disebutkan dalam bahasa Arab. 

Benarkah Islam mempunyai opini? 

Sesungguhnya (jika kita mau mengkritisi pernyataan-pernyataan  yang dimulai 
dengan "menurut Islam...") hal yang tersirat di belakangnya adalah tidak lain 
dan tidak bukan "menurut saya..." 

Namun... kita semua tahu bahwa kekuasaan 'saya' yang sendirian tidak akan 
pernah mempunyai 'daya-gerak' dan 'daya-tekan' untuk memaksakan kehendak 'saya' 
kepada lawan bicara. Oleh karena itu,  'saya' harus bisa mencatut kekuatan yang 
besar sehingga setiap kali 'saya' mengganti kata 'saya' dengan 'Islam' lawan 
bicara 'saya' akan takut membantah. 

Modus operandi seperti ini banyak ditemui dalam berbagai diskusi dan khotbah. 
Oleh karenanya, jika anda menghadapi seseorang yang sering mengklaim bahwa dia 
mewakili 'Islam' atau 'Allah SWT', pandanglah wajahnya dan kembalikan catutan 
nama itu menjadi kata ganti yang sesungguhnya, yakni, 'saya'. Cara ini terbukti 
telah meredakan perasaan bersalah jika kita berdebat dengan topik keagamaan.

Selamat mencoba! 

  

Kirim email ke