Hati Yang Menjerit

By: agussyafii

Hati siapa yang tidak menjerit ketika seorang istri yang melihat suaminya 
disiang hati bergandengan tangan dengan seorang perempuan muda? Hati siapa yang 
tak menjerit? Begitu tutur seorang perempuan muda. Sore itu bertandang ke Rumah 
Amalia. Luka hatinya sudah mengering. Goresan-goresannya belum hilang benar. 
Susah sekali untuk bisa memaafkan bukan berarti sesuatu yang tidak mungkin.

Begitu mengetahui orang yang sangat dihormatinya dan disayanginya telah 
menghianati cinta, air mata terurai dengan derasnya. Ditanyakan hal itu pada 
suaminya. Berkali-kali suaminya meminta maaf dan mengatakan dirinya khilaf. 
Hari itu dunia menjadi terasa gelap. Anak-anaknya duduk terdiam melihat 
ibundanya sedang menangis.

Teringat masa indah diwaktu perkenalan. Waktu itu suaminya sebagai ketua remaja 
masjid dan dirinya sebagai sekretarisnya. Pertemuan itu menebar bibit cinta. 
Tak lama berselang dirinya dilamar. Keinginannya yang kuat untuk menyempurnakan 
ibadahnya kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala kemudian pernikahan itu terlaksana 
dengan meriah. Kehidupan menjadi terasa begitu indah dengan kehadiran sang buah 
hati.

Dua Keluarga besar berkumpul untuk mensyukuri kelahiran putra pertamanya. 
Disisi lain karier suaminya juga mulai menanjak. Kehidupan yang dulunya serba 
susah kini menjadi lebih baik. Dulu yang serba kekurangan boleh terbilang 
sekarang rizki melimpah. 'Alhamdulillah Mas, rizki melimpah tidak membuat kami 
jauh dari Sang Khaliq.' tuturnya.

Sejak pertengkaran hebat itu suaminya jarang pulang ke rumah, memilih menginap 
di rumah orang tuanya. Sampai pada suatu hari badan putranya yang pertama sakit 
panas telah membuatnya panik. Dibawanya ke dokter. Anaknya yang kedua memaksa 
dirinya untuk menghubungi suaminya. Air mata itu terus berlinang mengabarkan 
keadaan anaknya yang sedang sakit kepada suaminya sampai akhirnya dirinya 
bertemu dengan suaminya untuk menjenguk anaknya yang sedang di rawat di Rumah 
Sakit.

Pertemuan di Rumah Sakit itu terlihat suaminya menangis terisak-isak bagai anak 
kecil. Selama sepuluh tahun pernikahannya baru kali ini melihat suaminya 
menangis seperti dan sekarang menangis takut kehilangan istri dan anak-anaknya. 
Dipeluk suami dan anak-anaknya. Kata memaafkan menjadi  terasa menenteramkan 
hati dan pikirannya. Hanya semata-mata ketaqwaannya kepada Allahlah memaafkan 
setulus hati dengan begitu mudah dilakukannya.

'Saya teringat pesan Mas Agus waktu itu kepada saya, bahwa Nabi mengajarkan 
kepada kita agar memaafkan karena dengan memaafkan Allah memberikan kemuliaan 
pada hidup kita,' tutur beliau. 'Alhamdulillah dengan peristiwa ini kami 
sekeluarga semakin meningkatkan ibadah kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala.' 
lanjutnya.  Sore hari itu matahari mulai menenggelamkan dirinya. Puji syukur 
tak lupa selalu dipanjatkan kehadiratNya. Begitu indah hidup ini dengan 
memaafkan setulus hati.

'Allah akan membalas orang yang memaafkan orang lain dengan menambahkan 
kemuliaannya.' (HR. Muslim).

Wassalam,
agussyafii
---- 
Tulisan ini dibuat dalam rangka kampanye program Kegiatan 'Salam Amalia' 
(SALMA) Hari Ahad, Tanggal 9 Mei 2010 Di Rumah Amalia, Jl. Subagyo IV blok ii, 
No.23 Komplek Peruri, Ciledug. Tangerang. Silahkan kirimkan dukungan dan 
partisipasi anda di http://www.facebook.com/agussyafii2, atau 
http://agussyafii.blogspot.com/, http://www.twitter.com/agussyafii atau sms di 
087 8777 12 431.


      

[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke