*IBRAHIM ISA – Berbagi Cerita*

*Jum'at, 21 Mei 2010*

*-----------------------------------------*


*Nyai ONTOSOROH MENGGUGAT PENGUASA KOLONIAL BELANDA!*


Ya, betul. Betul sekali!

Nyai Ontosoroh dengan bérang dan berani menggugat penguasa. Dengan 
tudingan telunjuknya dan mata berapi-api, Nyai Ontosoroh menggugat 
ketidak-adilan. Menggugat diskriminasi terhadap dirinya, sebagai orang 
pribumi. Menggugat diskriminasi terhadap menantunya, Minke. Hakikatnya 
Nyai Ontosoroh menggugat penindasan dan diskriminasi penguasa kolonial 
Belanda.terhadap bangsa Indonesia.


Perkawinan Annelies, putri Nyai Ontosoroh dengan Minke, anak bupati 
Jawa, tidak diakui oleh penguasa Belanda. Dikatakan bahwa Annelies masih 
di bawah umur. Juga dikatakan bahwa Annelies bukan putri dari Nyai 
Ontosoroh. Annelies hanyalah putri dari Herman Melemma. Si tuan majikan 
yang telah 'membeli'nya dari orangtuanya. Kemudian menjadikannya gundik, 
dengan sebutan 'Nyai'. Penguasa Belanda menolak mengakui Annelies adalah 
hasil hubungan Nyai Ontosoroh dengan tuan Melemma. Karena itu, katanya, 
bukan perkawinan yang disahkan hukum Hindia Belanda. Nyai Ontosoroh, 
semata-mata dianggap dan diperlakukan sehagai gundik belaka!.


Kongkalikong penguasa dengan pengadilan kolonial telah merenggutkan 
putri satu-satunya Nyai Ontosoroh, Annelies, dari ibu kandungnya.


Maka, Nyai Ontosoroh tampil berani menggugat pengadilan dan penguasa 
Belanda. Kekuasaan kolonial Belanda yang begitu kokoh bercokol di 
Indonesia, tidak memungkinkan Nyai Ontosoroh bisa mencapai kemenangan di 
pengdilan kolonial Belanda. Demikianlah bisa diperkirakan sejak semula, 
bahwa Nyai Ontosoroh kalah!


* * *


Itulah intisari sebuah pentasan Tropentheater Amsterdam, drama berjudul 
“THEY CALL ME NYAI ONTOSOROH”. Ruangan de Kleine Zaal Tropentheater 
dipenuhi penonton.


Irina Nyoto, anggota rombongan Pentas Teater yang datang dari Jakarta 
itu, bertanya kepadaku seusai petunjukkan: Bagaimana Oom? Tanpa ragu 
kujawab: Bagus sekali. Sukses! Iya, Oom?, tanya Irina lagi. Ya, kataku. 
Tentu segala sesuatu itu tidak mutlak. Jelas, pertunjukkan malam ini 
SUKSES BESAR. Yang pokok adalah sukses. Lancar sekali dan mencengkam. 
Publik terpukau dari awal sampai akhir. Diasyikkan oleh drama yang baru 
kali ini mereka saksikan. Namun, kataku -- pada bagian akhir drama, 
suara Nyai Ontosoroh mengecil sampai hampir-hampir tak terdengar 
samasekali. Ini perlu diperhatikan. Pada saat tertentu, teks dalam 
bahasa Inggris yang diproyeksikan ke panggung tidak tampak. Pada saat 
lain terasa kurang cocok dengan teks yang diucapkan di panggung. Ada 
kawan disamping saya bilang: Perhatikan, agar teks Inggrisnya 
benar-benar pas dengan yang diucapkan di panggung.


* * *


Begitulah adanya!

Perhatian terhadap 'nasib' Nyai Ontosoroh, belakangan ini di Indonesia 
maupun di Belanda bertambah besar. Ini terutama setelah di Indonesia 
muncul drama 'NYAI ONTOSOROH' pada tahun 2007. Itu hasil karya FAIZA 
MARDZOEKI yang didasarkan atas novel besar Pramudya Ananta Tur, BUMI 
MANUSIA. Drama yang panjang ini kemudian oleh Pentas Teater digubah jadi 
drama lebih singkat, 'They Call Me Nyai Ontosoroh”, Dari Ketidak-adilan 
Menuju Kemerdekaan.


Pengaturannya a.l sbb:

Faiza Mardzoeki – teks dan produksi. Wawan Sofwan – sutradara. Peran 
Nyai Ontosoroh dimainkan oleh aktris Sita Nursanti. Agni Melani 
memerankan Annelies. Bagus Setiawan memerankan Minke. Willem Bevers 
memerankan Herman Melemma.


Bahasa: INDONESIA dengan teks Inggris yang diproyeksikan di panggung.


* * *


Seperti dijelaskan fihak penyelenggara pertunjukkan Tropentheater: Tahun 
ini KITLV merayakan ultahnya yang ke-100 dengan menarik perhatian publik 
pada masa kolonial Hindia Belanda dulu. Dalam hal ini memperingati ultah 
ke-100 KITLV dengan suatu petunjukkan istimewa: THEY CALL ME NYAI 
ONTOSOROH. Karya ini adalah gubahan atas drama 'NYAI ONTOSOROH”. Sebuah 
drama besar dan panjang, dipertunjukkan mulai 2007 dengan sukses besar 
oleh pelbagai grup drama di pelbagai kota Nusantara.


Atas permintaan Tropentheater, FAIZA MARDZOEKI, penulis gubahan tsb, 
telah membuat versi khusus. Itulah yang dipertunjukkan pada hari Kemis 
malam 21 Mei 2010. Murti dan aku serta penonton lainnya, termasuk tampak 
sahabat kami Sutji dan Sarmaji, menikmatinya sampai akhir.


Seperti diketahui Nyai Ontosorh adalah salah seorang dari tokoh sentral 
dalam buku “BUMI MANUSIA”, bagian pertama dari Tetralogi Pulau Buru, 
karya novelis Pramudya Ananta Tur.


Cerita “BUMI MANUSIA” itu, mengisahkan kehidupan empat manusia pada 
zaman kolonial Belanda. Ontosoroh dijual bapaknya ketika masih gadis, 
kepada seorang pengsaha Belanda, Herman Melemma. Ia dijadikan gundiknya. 
Diberi nama 'Nyai'. Dari hubungan majikan-gundik, lahir seorang putra, 
Robert, dan seorang putri, Annelies. Karena statusnya yang rendah itu, 
Ontosoroh tak punya hak apapun. Tetapi Ontosoroh faham bahwa pendidikan 
adalah kunci untuk haridepan yang lebih baik. Maka ia belajar membaca 
dan menulis dari majikannya, Melemma.


Mucul komplikasi ketika terungkap bahwa Melemma sudah punya istri di 
Nederland. Dan Minke, jatuh cinta lalu kawin dengan Annelies. Setelah 
Melemma meninggal, jalannya peristiwa jadi dramatis.


* * *


Faiza Mardzoeki, penulis 'They Call Me Nyai Ontosoroh', selain penulis 
juga seorang aktivis gerakan wanita Indonesia. Dalam karya-karyaya, 
Faiza selalu mengangkat posisi kaum wanita. Cerita Pram – “BUMI MANUSIA” 
– memberikan kesempatan baik kepada Faiza untuk mengungkap perkembangan 
kompleks dalam kehidupan seorang wanita. Menyangkut masalah-masalah 
hubungan priya-wanita, periode kolonial, pengaruh asal-usul dan ras, 
status sosial, nilai-nilai moral dan pilihan bagi manusia.


Dengan pementasan tadi malam itu sutradara Wawan Sofwan, yang namanya 
tak asing lagi di dunia budaya Indonesia, membuktikan lagi bakat yang 
dimilikinya.

<Sebagian cerita diatas a.l disadur dari penjelasan yang diberikan oleh 
fihak Tropenteater.>


* * *


Sungguh, malam itu Murti dan aku meninggalkan Tropentheater Amsterdam 
pada jam 10.45 malam dengan rasa puas dan bangga atas hasil karya 
seniman-seniman muda Indonesia. Begitu juga kiranya perasaan sahabat 
kami Sutji dan Sarmaji yang malam itu juga nonton 'THEY CALL ME NYAI 
OTNOSOROH”.


Besok rombongan Faizi Madzoeki mementaskan “They Call Me Nyai Ontosoroh” 
di Den Haag, selanjutnya di Antwerpen, Belgia.


* * *






[Non-text portions of this message have been removed]



------------------------------------

=======================
Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Twitter: http://twitter.com/wanita_muslimah
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:wanita-muslimah-unsubscr...@yahoogroups.com
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejaht...@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelism...@yahoogroups.com

Milis ini tidak menerima attachment.Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/

<*> Your email settings:
    Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
    http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/join
    (Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
    wanita-muslimah-dig...@yahoogroups.com 
    wanita-muslimah-fullfeatu...@yahoogroups.com

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    wanita-muslimah-unsubscr...@yahoogroups.com

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/

Kirim email ke