TANYA JAWAB IDEOLOGIS 

Assalamu’alaikum wr. Wb.

Ustadz,meskipun banyak negara yang menerapkan sistem demokrasi (tidak 
menerapkan sistem ekonomi syariah) namun kenyataannya banyak Negara yang 
sejahtera. Terbukti tingkat pendapatan perkapita mereka tinggi ( 
<http://www.forbes/> http://www.forbes. com/lists/ 2008/6/biz_ bizcountries08_ 
Best-Countries- for-Business_ GDPPerCap. html).  Apakah ini berarti bahwa 
demokrasi itu sekedar alat, yang penting sejahtera ? 

Terima kasih atas jawabannya.

Wassalam

Andi di Jakarta
=======================================================================================================
Jawaban :

Wa’alaikum salam wr. Wb.

Audzubillah,bismillah, wassholatu wassalamu ‘ala rasulillah Muhammadin ibni 
Abdillah wa ‘ala alihi washahbihi wa man walah amma ba’du.

Saudaraku, 

Dahulu sebelum mengkaji Islam secara ideologis saya pun berpikiran demikian. 
Jika makmur atau sejahtera tidak harus dengan ekonomi syariah, maka boleh lah 
kita menerapkan sistem kapitalisme atau demokrasi. Jika perlu, kita Islamkan 
sistem demokrasi yang ada menjadi demokrasi Islami.

Saudaraku,

Setelah saya tercerahkan dengan ideologi Islam , maka saya mengambil kesimpulan 
bahwa opini dan pemikiran tersebut ternyata sangat berbahaya bagi umat. Umat 
akan sedikit demi sedikit masuk ke dalam lubang biawak, sedikit demi kita 
tersesatkan.

Semestinya target hidup seorang muslim tidak hanya makmur dan sejahtera, namun 
juga berkah. Hidup berkah itu adalah kehidupan yang senantiasa bertambah 
kebaikan. Kebaikan yang kita tebarkan maupun kebaikan yang kita terima dan 
rasakan senantiasa bertambah, itulah hidup berkah (ziyadatul khair). Makmur 
Tapi Tidak Berkah

Saudaraku, Banyak orang terpukau dengan kehebatan negara-negara maju. Namun 
sesungguhnya, kehebatan itu memiliki built-in error yang akan secara dramatis 
bisa membalikkan situasi di masa depan.

Kemajuan yang diraih negara-negara maju itu membuat dayabeli masyarakat tinggi 
dan mengakibatkan konsumsi yang juga tinggi. Meningkatnya konsumsi ini 
mengakibatkan meningkatnya kerusakan lingkungan akibat naiknya permintaan bahan 
mentah dan juga
bertambahnya limbah, baik dalam proses produksi maupun pasca konsumsi. 
Indikator lingkungan yang sering dilansir LSM-LSM lingkungan (seperti 
Greenpeace) tampak mulai mengkhawatirkan. Sebagai contoh, emisi rata-rata CO2 
perkapita dari industri maupun kendaraan di Amerika Serikat sudah puluhan kali 
dari yang ada di Indonesia.

Saudaraku,

Kemajuan materi yang pesat di negara-negara maju itu ternyata masih belum 
memenuhi kebahagiaan spiritual manusia-manusia di sana. Di AS dan Jepang tumbuh 
ribuan sekte spiritual, dari mulai penyembah piring terbang (UFO) sampai yang 
terang-terangan mengaku menyembah setan. Pengikutnya pun tidak sedikit yang 
berasal dari kalangan mapan dan intelektual. 

Para pencari kebahagiaan ini ada juga lari ke narkoba atau petualangan seks. 
Tidak aneh bahwa bagi Amerika Serikat, musuh yang tidak terkalahkan itu 
bukanlah Irak dengan (tuduhan) senjata pemusnah massalnya, atau al-Qaeda dengan 
(tuduhan) terorismenya, namun narkoba!.. Lebih banyak orang Amerika yang mati 
karena narkoba, daripada yang tewas pada perisitwa WTC-911 atau gugur di Irak. 
Narkoba menjadi persoalan yang hampir mustahil diselesaikan. 

Hal yang mirip juga terjadi di Belanda, ketika pemerintah akhirnya memutuskan 
untuk membagi saja narkoba secara gratis namun terkontrol, daripada 
menjadikannya ilegal namun berdampak sosial-ekonomi lebih parah. Indikasi 
disorientasi kehidupan ini juga tampak pada angka perceraian yang sangat 
tinggi, yang menjadikan generasi muda di sana rata-rata tidak lagi memiliki 
figur ayah atau ibu. Akibatnya, tingkat kekerasan pada remaja meningkat, di 
samping juga angka bunuh diri.

Eksploitasi Negara Lain

Saudaraku, Jika kita mencermati secara obyektif beberapa negara mengandalkan 
kemajuannya itu dari ekploitasi negara lain, baik
dari sisi sumberdaya alam, finansial, SDM maupun tempat pembuangan limbah. 
Contoh yang unik adalah negeri Swiss yang terkenal dengan coklatnya, padahal di 
Swiss tidak ada pohon coklat! Sebagian besar energi yang menjalankan roda 
industri di Eropa, Amerika Serikat, atau Jepang didatangkan dari Timur Tengah. 
Demikian juga untuk bahan tambang, kayu, sebagian besar produk pertanian, 
bahkan pasir! Singapura mengeruk pasir dari Riau untuk reklamasi pantainya. 
Konon, jumlah pasir yang telah dikeruk itu cukup untuk menambal seluruh pantai 
utara pulau Jawa selebar 60 meter.[i]

Sebagian besar produk industri dengan merek negara maju sejatinya dibuat d 
negara berkembang. Produk itu dibuat dengan tenaga murah, kemudian dijual 
dengan harga berlipat-lipat, karena menyandang merek negara maju. Sejatinya 
teknologi yang dipakai relatif mudah ditiru, namun teknologi itu diproteksi 
dengan hak paten sehingga hanya orang yang diberi izin penemunya yang boleh 
menirunya. Walhasil, cashflow yang ada akan selalu positif di pihak negara maju 
sehingga mereka bisa mendapatkan barang dan jasa yang lebih banyak daripada 
negara berkembang mendapatkannya dari negara maju.

Kekuatan finansial juga merupakan salah satu kunci kemampuan negara-negara 
sekular untuk memantapkan kemakmuran negerinya. Tawaran pinjaman ke 
negara-negara berkembang sejatinya adalah alat untuk memutar uang bagi mereka. 
Pemberian utang adalah sebuah proses agar negara peminjam tetap miskin, 
tergantung dan terjerat utang yang makin bertumpuk-tumpuk dari waktu ke
waktu. Pada akhir pemerintahan Presiden Soekarno tahun 1966, utang luar negeri 
Indonesia 2,437 miliar dolar AS. Itu hanya utang pemerintah. Jumlah ini

meningkat 27 kali lipat pada akhir pemerintahan Presiden Soeharto Mei 1998, 
dengan nilai 67,329 miliar dolar. Pada akhir tahun 2003 utang itu menjadi 
77,930 miliar dolar AS. Swasta baru mulai mengutang pada tahun

1981. Pada tahun 1998 jumlah utang swasta sudah mencapai 83,557 miliar dollar. 
Menjelang akhir tahun 2008 sudah mencapai US $ 2.335,8 Miliar dengan tingkat 
bunga sekitar 5%, jumlah riba bunganya saja yang harus kita bayarkan berkisar 
116,7 milyar Dollar (asumsi 1$=Rp 12.000, riba bunga setara dengan Rp 1400 
trilyun). Seandainya kita mengasumsikan tiap hari seorang penduduk Indonesia 
untuk makan tiap hari mengeluarkan biaya Rp 15 ribu rupiah sekali makan dan 3 
kali makan dalam sehari (Rp. 45,000). Maka untuk bunganya saja dari utang kita 
dalam setahun sangat mencukupi untuk makan penduduk Indonesia sebanyak 71, juta 
jiwa selama setahun...!!!!

Saudaraku,
Ketika dihadapkan pada skop global ini, tampak bahwa negara-negara maju itu 
hanya peduli jika itu berkaitan dengan kepentingannya. Sebuah reportase dari 
Children-Right Watch (Komisi Pengawasan Hak Anak-anak), misalnya, melaporkan 
bahwa di Mexico dan Columbia, puluhan anak-anak diculik setiap harinya untuk 
diambil organ tubuhnya. Organ tubuh itu seperti lever, mata, bahkan jantung, 
diambil untuk memenuhi kebutuhan transplantasi organ bagi anak-anak di Amerika 
Serikat.

Kesimpulannya,
demokrasi yang tampak berhasil di negara maju, sejatinya menyimpan bom waktu 
(problem sosial, dll) yang akan meledak pada masa depan di negeri mereka 
sendiri. Karena sejatinya mereka nampak makmur bukan karena menerapkan sistem 
demokrasi, namun porsi besar faktor penunjang kemakmuran mereka adalah karena 
neo imperialisme kepada negara lainnya. Saat ini pun dampak negatifnya sudah 
dirasakan di negara-negara berkembang.

Sejahtera Dan Berkah Saudaraku,Berdasarkan penggalian dari literatur khazanah 
Islam yang telah terbukti mampu mensejahterakan rakyatnya, setidaknya ada 3 
konsep ekonom Islam untuk mewujudkan masyarakat sejahtera, yaitu; 

pertama: Kepemilikan harta, : meliputi kepemilikan individu, kepemilikan umum, 
dan kepemilikan negara.

Kedua: Pengelolaan harta, mencakup pemanfaatan dan pengembangan harta yaitu 
mengutamakan pembelanjaan wajib, sunnah, kemudian yang mubah. Sistem ini 
melarang pemanfaatan harta yang tidak syar’i dan negara wajib memberikan sanksi 
tafzir karena pemanfaatan harta haram.

Syariah Islam mengatur berkaitan dengan jaminan pemenuhan kebutuhan pokok bagi 
tiap individu masyarakat, baik berupa pangan, pakaian, dan papan, serta 
lapangan pekerjaan (Ramadhan, 2004).[ii] 

Dalam hal memenuhi kebutuhan pokok ini Islam telah mewajibkan kaum laki-laki 
untuk bekerja untuk mencukupi kebutuhan pokok dirinya, sanak kerabatnya yang 
tidak mampu, serta isteri dan anak-anaknya. (Qs. al-Baqarah [2]:233).

Bagi pihak yang tidak mampu bekerja, maka sanak kerabatnya akan menjaminnya. 
Jika tidak mampu, maka beban menafkahi diserahkan kepada negara. Kas negara 
akan menanggung nafkah bagi orang-orang yang tidak mampu bekerja
dan berusaha.  Negara selayaknya juga menciptakan lapangan kerja bagi 
rakyatnya, agar rakyat bisa bekerjsa dan berusaha. Negara juga harus mendorong 
rakyatnya agar giat bekerja agar mereka bias memenuhi kebutuhan-kebutuhan nya.  
Jika negara tidak mampu, maka seluruh kaum muslim wajib menanggungnya. Ini 
direfleksikan dengan cara penarikan pajak oleh negara dari orang-orang yang 
mampu, lalu didistribusikan kepada orang-orang yang tidak membutuhkan.

Ketiga: Distribusi

kekayaan, haram penimbunan emas, perak, uang atau modal yaitu jika ditimbun 
bukan untuk membiayai sesuatu yang direncanakan. Hanya dibolehkan ekonomi riil 
dan melarang praktik ekonomi non riil. Mata uang menggunakan standar emas dan 
perak. Semua ini menjamin pendistribusian kekayaan masyarakat secara adil,dan 
menjamin semua aktivitas ekonomi bersifat riil serta memiliki efek langsung 
terhadap kesejahteraan dan peningkatan taraf ekonomi. Tinggalkan demokrasi 
Kapitalis dan terapkan Islam adalah Pilihan akal sehat Saudaraku,

Pada masa Kekhilafahan Islam sepanjang sejarahnya, kemakmuran dan kesejahteraan 
justru dirasakan oleh semua orang, Muslim maupun non-Muslim.Kemakmuran ekonomi 
sepanjang sejarah Kekhilafahan Islam pada masa lalu benar-benar nyata. Sekadar
contoh, gambaran tersebut terjadi pada dua masa yang berbeda: masa Khalifah 
Umar bin al-Khaththab (era Khulafaur Rasyidin) dan masa Khalifah Umar bin Abdul 
˜Aziz (era Kekhilafahan Bani Umayah). 

Padamasa pemerintahan Khalifah Umar bin Khaththab selama 10 tahun, 
kesejahteraan merata ke segenap penjuru negeri. Abu Ubaid menuturkan 
(Al-Amwâl, hlm. 596) bahwa dalam tiga tahun saja masa pemerintahan Khalifah 
Umar, di wilayah Yaman saja, setiap  tahun Muadz bin Jabal mengirimkan separuh 
bahkan seluruh hasil zakat yang dipungutnya kepada Khalifah Umar. Harta zakat 
itu tidak dibagikan kepada kalangan fakir-miskin. Masalahnya,

kata Muadz, Saya tidak menjumpai seorang (miskin) pun yang berhak menerima 
bagian zakat. (Al-Qaradhawi, 1995).  Ghanîmah juga melimpah pada masa Khalifah 
Umar. Setelah Penaklukan Nahawand (20 H) yang disebut fath al-futûh (puncaknya 
penaklukan), misalnya, setiap tentara berkuda mendapatkan ghanîmah sebesar 
6000 dirham (senilai Rp 75 juta), sedangkan masing-masing tentara infanteri 
mendapat bagian 2000 dirham atau senilai Rp 25 juta. (Ash-Shinnawi, 2006). 

Adapun pada masa Khalifah Umar bin ˜Abdul˜Aziz, meskipun masa Kekhilafahannya 
cukup singkat, hanya sekitar 3 tahun (99-102 H/818-820 M), setiap warga negara 
juga merasakan kemakmuran dan kesejahteraan yang sama. Ibnu Abdil Hakam (SÃrah 
Umar bin Abdul ˜Aziz hlm.59)  meriwayatkan bahwa Yahya bin Said, seorang 
petugas zakat masa itu, pernah berkata, Saya pernah diutus Umar bin Abdul Aziz 
untuk memungut zakat ke Afrika. Setelah memungutnya, saya bermaksud 
memberikannya kepada orang-orang miskin. Namun, saya tidak menjumpai seorang 
pun. Umar bin Abdul Aziz telah menjadikan semua rakyat pada waktu itu 
berkecukupan.†(Al-Qaradhawi, 1995). 

Pada masanya, Gubernur Basrah juga pernah mengirim surat kepada Khalifah Umar 
bin Abdul Aziz, Semua rakyat hidup sejahtera sampai saya sendiri khawatir 
mereka akan menjadi takabur dan sombong.(Al- Qaradhawi, 1995).
Saudaraku, Di bidang pendidikan dan ilmu pengetahuan, Khilafah Islam sangat 
peduli terhadap dunia pendidikan dan ilmu pengetahuan. Padamasa Kekhilafahan 
Umar bin al-Khaththab saja, Khalifah Umar memberikan gaji kepada para pengajar 
al-Quran masing-masing sebesar 15 dinar (1 dinar=4,25 gram emas. Jika 1 gram 
emas Rp 100.000,00, 1 dinar berarti setara dengan Rp 425.000,00. Artinya, gaji 
seorang guru ngaji adalah 15 (dinar) X Rp 425.000,00 = Rp 6.375.000,00. Ini 
berarti lebih dari 2
kali lipat dari gaji seorang guru besar (profesor) di Indonesia dengan 
pengabdian puluhan tahun. 

Para khalifah juga sangat peduli terhadap dunia perbukuan. Pada abad ke-10, 
misalnya, di Andalusia saja terdapat 20 perpustakaan umum. Perpustakaan 
Cordova, misalnya, memiliki tidak kurang dari 400 ribu judul buku. Ini termasuk 
jumlah yang luar biasa untuk ukuran zaman itu. Padahal empat abad setelahnya, 
dalam catatan Chatolique Encyclopedia, Perpustakaan Gereja Canterbury saja 
”yang terbilang paling lengkap pada abad ke-14”hanya miliki 1800 (1,8 ribu) 
judul buku.   

Perpustakaan
Darul Hikmah di Kairo juga mengoleksi tidak kurang 2 juta judul buku. 
Perpustakaan Umum Tripoli di Syam—yang pernah dibakar oleh Pasukan Salib 
Eropa—bahkan mengoleksi lebih dari 3 juta judul buku, termasuk 50 ribu 
eksemplar al-Quran dan tafsirnya. Di Andalusia, pernah pula terdapat 
Perpustakaan al-Hakim yang menyimpan buku-bukunya di dalam 40 ruangan. Setiap 
ruangan berisi tidak kurang dari 18 ribu judul buku. Artinya, perpustakaan 
tersebut menyimpan sekitar 720 ribu judul buku. 

Pada masa Kekhilafahan Islam yang cukup panjang, khususnya masa Kekhalifahan 
Abbasiyah, perpustakaan- perpustakaan semacam itu tersebar luas di berbagai 
wilayah Kekhilafahan, antara lain: Baghdad, Ram Hurmuz, Rayy (Raghes), Merv 
(daerah Khurasan), Bulkh, Bukhara (kota kelahiran Imam al-Bukhari), Ghazni, 
dsb. Lebih dari itu, hal yang lazim saat itu, di setiap masjid pasti terdapat 
perpustakaan yang terbuka untuk umum. 

Rata-ratapengunjung perpustakaan pada masa Kekhilafahan Islam ini mendapatkan 
segala alat yang diperlukan secara gratis, seperti pena, tinta, kertas, dll. 
Seorang ulama seperti Yaqut ar-Rumi bahkan memuji para pengawas perpustakaan di 
kota Mer Khurasan karena mereka mengizinkan peminjaman sebanyak 200 buku tanpa 
jaminan apapun perorang. Ini terjadi masa

Kekhalifahan Islam Abad 10 M. 
Saudaraku,Penghargaan para khalifah terhadap para ulama/ilmuwan juga sangat 
tinggi. Bahkan para khalifah memberikan penghargaan yang sangat besar terhadap 
para penulis buku, yaitu memberikan imbalan emas seberat buku yang

ditulisnya. Bisa dibayangkan jika seorang ulama menulis lebih dari satu judul 
buku. Faktanya, para ulama/ilmuwan Muslim pada masa lalu adalah orang-orang 
yang produktif dalam menghasilkan karya berupa buku. Di antara mereka bahkan 
ada yang menulis puluhan atau ratusan judul buku, berjilid-jilid pula. Itulah 
secuil gambaran kerberhasilan berupa kemakmuran dan kesejahteraan yang dicapai 
oleh Khilafah Islam sepanjang sejarahnya.  Pertanyaannya,mengapa Khilafah pada 
masa lalu mampu menciptakan kemakmuran,
kesejahteraan dan keberkahan hidup? Kuncinya tidak lain adalah syariah Islam 
yang diterapkan secara total oleh Khilafah dalam seluruh aspek kehidupan. 

Mahabenar Allah Yang berfirman:
Tidaklah Kami mengutusmu (Muhammad) kecuali sebagai rahmat bagi seluruh alam. 
(QS al-Anbiya™ [21]: 107). Maknanya, Allah SWT mengutus Nabi Muhammad 
saw.—dengan membawa syariah-Nya—adalah untuk menciptakan kemaslahatan dan 
keberkahan bagi alam ini.  Saudaraku, Solusi syariah untuk mewujudkan 
kesejahteraan tersebut tentunya harus ada pemahaman (mafahim), pandangan hidup 
(maqayis) dan aturan-aturan (qanaat)syariah yang diyakini masyarakat untuk 
menerapkan sistem ekonomi Islamdalam negara Khilafah yang akan menerapkan 
sistem ekonomi yang adil, manusiawi, menyejahterakan, dan bermartabat dengan 
penuh keberkahan

dari Allah Swt. [ ]

[i] Silakan baca tulisan Fahmi Amhar dalam Al-Waie edisi 46

[ii]  <http://swaramuslim/> http://swaramuslim. com/islam/ more.php? id=A1786_ 
0_4_0_M



[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke