----- Original Message ----- 
From: "Ari Condro" <masar...@gmail.com>
To: <wanita-muslimah@yahoogroups.com>
Sent: Friday, June 25, 2010 08:52
Subject: Re: [wanita-muslimah] FPI Bubarkan Sosialisasi Kesehatan Komisi IX DPR

1. acaranya jelas sosialisasi masalah kesehatan, bukan inisiasi ideologi
pki.  (lain kali kalo ada yg bikin inisiasi ideologi islam yg berbau makar
pada pemerintah kayak bikin bikin kerajaan islam ala khilafah gue bisa doenk
bubarin secara sepihak, palagi yg bau baunya ngedukung terorisme)
####################################################################################
HMNA:
Jangan cuma OMDO (omong doang), ayuh bubarin kalau berani ! Cuma beraninya 
berkoar di dunia maya. Nafsu besar tenaga kurang, seperti bubuk makan kayu. 
Sebentar nanti mendapat kecelakaan dijalan karena kualat baru rasain !
###################################################################################

2. yg membuat acara anggota DPR dan bukan dalam rangka penyebaran komunisme

3. forum banyuwangi cinta damai dan fpi gak punya wewenang ngebubarin acara
secara sepihak.


salam,
Ari


2010/6/25 H. M. Nur Abdurahman <mnur.abdurrah...@yahoo.co.id>

Pantulan:
Ada sebuah kejadian tentang kasus seorang pencuri yang sempat ketahuan dan 
melarikan diri sambil diteriaki oleh sang pemilik rumah dengan ucapan: 
"PKI...", lalu pencuri ini membalas teriakan tersebut dengan: "Saya bukan PKI, 
saya pencuri". 

UU No.27  thn  1999 dengan  tegas menyatakan melarang penyebaran, pengembangan 
marxisme-komunisme atau bentuk perwujudan lainnya (Psl.107a), serta menegaskan 
bahwa dipidana penjara 15 (lima belas) tahun barang siapa yang  mendirikan yang 
diketahui atau patut diduga menganut ajaran komunisme/marxisme-leninisme dalam 
segala bentuk perwujudannya, barang siapa yang mengadakan hubungan dengan atau 
memberikan bantuan kepada organisasi, baik di dalam maupun di luar negeri, yang 
diketahui berasaskan marxisme-komunisme dalam segala bentuk dan perwujudannya 
(Psl.107e). 

Salam
HMNA
****************************************************************

BISMILLA-HIRRAHMA-NIRRAHIYM

WAHYU DAN AKAL - IMAN DAN ILMU
[Kolom Tetap Harian Fajar]
476 Lindungilah Tunas Bangsa dari Marxisme
 
 "Pembakaran buku Franz hanya satu simbol. Seluruh buku komunis harus 
dimusnahkan, sebab meracuni generasi muda," ujar HM Suaib D, Ketua Umum Gerakan 
Pemuda Islam (GPI) kepada pers. GPI adalah salah satu di antara 33 ormas 
pendukung Aliansi Anti Komunis (AAK). Yang dimaksud dengan buku Franz adalah 
buku berjudul Pemikiran Karl Marx oleh Franz Magnis Suseno.  Ratna Srumpaet 
yang mewakili Aliansi untuk Kemerdekaan Berpikir dan Bersuara (AKBB) menyahut: 
"Iqra, bacalah, bukan bakarlah!" Hai, Ratna, jangan memotong ayat. Lengkapnya 
Firman Allah (demi keotentikan transliterasi huruf demi huruf): 
-- AQRA^ BASM RBK ALDZY KHLQ (S. AL 'ALQ, 1), dibaca: Iqra' bismi rabbikal 
ladzi- khalaq (s. al 'alaq), artinya: 
-- Bacalah atas nama Maha Pemeliharamu Yang mencipta (96:1). 

Apakah masuk dalam logika sehat, para remaja dan mahasiswa Muslim disuruh atas 
nama Allah Yang Maha Pemelihara Maha Pencipta untuk membaca buku-buku beraliran 
kiri yang berlandaskan paradigma atheisme historische materialisme, hai 
Sarumpaet? Sekali lagi kami ingatkan, jangan mengelabui para remaja dan 
mahasiswa Muslim dengan menjual ayat secara memotong ayat, hai Sarumpaet! 

 AAK berjanji akan menyisir dan membakar buku-buku kiri pada Hari Kebangkitan 
Nasional, 20 Mei 2001. Penyisiran dan pembakaran itu tidak jadi dilaksanakan, 
bukan karena Pemerintah melarang sweeping buku kiri. "Gertakan yang serius" 
dari AAK berhasil menciutkan nyali pemilik toko buku yang berorientasi pada 
pertimbangan ekonomis. Para pemilik toko buku tidak berani mengambil risiko, 
sehingga mengembalikan buku-buku kiri kepada penerbitnya sebelum 20 Mei.

***
 Bertebarnya buku-buku marxisme pada hakekatnya tidak terpisahkan dari gerilya 
politik yang dilancarkan oleh komunis gaya-baru. Buku-buku aliran kiri itu 
sangat bermanfaat bagi gerakan komunis gaya baru tersebut dalam upaya menjaring 
para remaja dan mahasiswa Muslim untuk dibina melalui diskusi sehingga para 
remaja dan mahasiswa Muslim itu tanpa sadar menjadi pion-pion orang-orang 
komunis, karena mereka telah diberi suntikan "narkoba" marxisme sehingga 
terbius. Beberapa mahasiswa saya di Fakultas Teknik UMI menjadi simpatisan 
Partai Rakyat Demokratik (PRD) dari bacaan-bacaan yang dibacanya dan dari 
diskusi-diskusi yang diikutinya. Mereka menyangka seorang marxist dapat saja 
menjadi Muslim yang baik. Bahkan Drs H. Abdurrahman, seorang dosen senior IAIN, 
mengakatakan dalam sebuah forum mubahatsah, bahwa tidak kurang dari 
mahasiswa-mahasiswanya adalah simpatisan PRD yang menyangka bahwa marxisme itu 
sangat Islami. Di Jakarta onderbouw dari PRD yaitu Forum Kota (Forkot) dan 
Front Aksi Mahasiswa dan Rakyat Untuk Demokrasi (Famred), berbasis massa di 
IAIN. 

 Cerita lama berulang kembali. Riwayatmu dulu (meminjam ungkapan Gesang dalam 
Bengawan Solo), Alimin, yang orang tuanya Muslim yang baik, sejak umur 16 tahun 
"dicuri" dari orang tuanya dikirim ke Rusia ditempa menjadi kader komunis. 
Pulang ke Indonesia menjadi benggolan komunis yang menyusup ke dalam Syarikat 
Islamnya Allahu yarham HOS Tjokroaminoto. Riwayatmu ini (juga meminjam dari 
Gesang), Budiman Sudjatmiko, yang orang tuanya Muslim taat di Bogor menjadi 
Ketua PRD dan Faisal Reza, yang kemanakan Tosari Wijaya, menjadi Sekjen PRD, 
merupakan reklame yang baik sekali untuk memikat para remaja dan mahasiswa 
Muslim dengan slogan palsu: "Seorang marxist dapat saja menjadi Muslim yang 
baik, dan marxisme itu sangat Islami." 

Agar para remaja, mahasiswa dan buruh Muslim dapat menjaga diri tidak kena 
suntik narkoba marxisme oleh gerilya politik komunis gaya-baru, maka di samping 
PRD, Famred dan Forkot yang telah disebutkan di atas, perlu mengetahui pula 
ormas-ormas yang sejenisnya: Liga Mahasiswa Untuk Demokrasi (LMUD), Komite 
Buruh Aksi untuk Reformasi (Kobar), Front Nasional Perjuangan Buruh Indonesia  
(FNPBI),  dan Serikat Buruh Sejahtera Indonesia (SBSI). Agitasi yang 
dilancarkan mereka berselubung ataupun bertopengkan memperjuangkan demokrasi, 
HAM dan membela kaum buruh.
       
***

UUD 1945 mengamanatkan kepada Pemerintah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. 
Maka berkatalah Tri Agus, koordinator AKBB: "Bagaimana bangsa ini mau cerdas 
kalau bukunya dibakar". Bangsa ini akan tetap dapat dibuat cerdas tanpa 
peredaran buku-buku kiri, hai Agus. Bahkan tunas bangsa harus dilindungi dari 
racun atheisme yang ditebarkan oleh buku-buku kiri. UUD mengamanatkan kepada 
Pemerintah untuk melindungi segenap bangsa Indonesia. Terhadap racun atheisme 
Tap MPRS No.XXV/MPRS/1966, yang dikukuhkan oleh Tap MPR No.V/MPR/1973,  
mengamanatkan kepada Pemerintah untuk melarang penyebaran  ajaran  komunisme,  
leninisme dan marxisme. Lagi pula UU No.27 thn  1999  menegaskan pelanggaran 
terhadap larangan itu adalah tindak pidana. WaLlahu A'lamu bi Al Shawa-b.

*** Makassar, 27 Mei 2001
   [H.Muh.Nur Abdurrahman]
http://waii-hmna.blogspot.com/2001/05/476-lindungilah-tunas-bangsa-dari.html

###############################################################




----- Original Message ----- 
From: "sunny" <am...@tele2.se>
To: <Undisclosed-Recipient:;>
Sent: Friday, June 25, 2010 07:11
Subject: [wanita-muslimah] FPI Bubarkan Sosialisasi Kesehatan Komisi IX DPR

http://www.antaranews.com/berita/1277385567/fpi-bubarkan-sosialisasi-kesehatan-komisi-ix-dpr

FPI Bubarkan Sosialisasi Kesehatan Komisi IX DPR
Kamis, 24 Juni 2010 20:19 WIB | Peristiwa | Kesehatan | 
Banyuwangi (ANTARA News) - Front Pembela Islam (FPI) bersama Forum Banyuwangi 
Cinta Damai dan LSM Gerak membubarkan acara sosialisasi kesehatan gratis yang 
digelar Komisi IX DPR di salah satu rumah makan di Kelurahan Pakis, Kabupaten 
Banyuwangi, Jawa Timur, Kamis.

"Ini ada komunitas anggota PKI (Partai Komunis Indonesia). Kenapa ada di sini?" 
kata Ketua FPI Banyuwangi, Aman Faturahman, kepada sejumlah peserta pertemuan 
yang terkejut melihat kehadiran anggota FPI itu.

Acara sosialisasi kesehatan gratis itu dihadiri Ketua Komisi IX DPR, dr. Ribka 
Tjiptaning Proletariati dan anggota Komisi IX, Rieke Dyah Ayu Pitaloka.

Melihat suasana yang semakin memanas, panitia segera mengevakuasi Ribka dan 
Rieke ke kantor DPC Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) di Jalan Jaksa 
Agung Suprapto, Banyuwangi.

Menurut Ketua FPI Banyuwangi, pertemuan itu merupakan acara temu kangen bekas 
anggota PKI dan keturunannya, sehingga pertemuan tersebut harus dibubarkan.

"Sosialisasi kesehatan gratis dari Komisi IX hanya sebagai kedok. Saya curiga 
acara itu merupakan kegiatan terselubung untuk menumbuhkan semangat komunisme 
lagi karena banyak peserta dari luar Kabupaten Banyuwangi yang datang," kata 
Aman.

Untuk itu, lanjut dia, FPI bersama organisasi masyarakat Islam di Banyuwangi 
membubarkan acara tersebut untuk menjaga kondusivitas keamanan di kabupaten 
paling timur Pulau Jawa itu.

"Kami mengantisipasi tumbuhnya bibit PKI baru karena gerakan PKI pada tahun 
1965 berawal dari Kabupaten Banyuwangi," katanya menambahkan.

Sementara itu, Ribka Tjiptaning mengaku kecewa dengan sikap FPI yang 
membubarkan secara paksa acara sosialisasi kesehatan gratis Komisi IX DPR. 
Padahal, menurut dia, sosialisasi tersebut sangat diperlukan oleh masyarakat di 
daerah.

"Kami tidak melakukan temu kangen bekas anggota atau keturunan PKI di 
Banyuwangi. Acara kami ini murni tugas Komisi IX DPR tentang sosialisasi 
pentingnya penyediaan fasilitas kesehatan gratis di daerah," katanya.

Penulis buku berjudul "Aku Bangga Jadi Anak PKI" itu pada 2002 mengaku sudah 
terbiasa mengalami intimidasi seperti itu. 

"Ini menunjukkan bahwa negara kita belum demokratis sehingga orang lain masih 
berpikir awam tentang latar belakang saya," katanya.

Sementara itu, Rieke menambahkan, kegiatan sosialisasi kesehatan gratis 
tersebut merupakan kegiatan umum dan bisa dihadiri siapa saja, termasuk bekas 
anggota atau keturunan PKI.

"Saya menyayangkan sikap yang dilakukan FPI karena bekas anggota atau keturunan 
PKI juga warga negara Indonesia," katanya.

Wakil Ketua DPC PDIP Kabupaten Banyuwangi, Muhammad Abas, mengatakan undangan 
yang hadir dalam kegiatan sosialisasi kesehatan gratis tersebut berasal dari 
berbagai elemen, namun beberapa peserta yang hadir merupakan keturunan keluarga 
bekas anggota PKI.

"Memang benar, ada beberapa peserta yang keturunan keluarga bekas anggota PKI," 
kata Abas yang juga menjadi panitia dalam kegiatan tersebut.(*)

[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke