Memadamkan Api Amarah

By: agussyafii

Untuk membangun mahligai tidaklah cukup dengan cinta melainkan juga 'tanggung 
jawab,' itulah yang dituturkan seorang bapak pada saya yang malam itu beliau 
berkunjung ke Rumah Amalia. Beliau bertutur kisahnya, Semasa muda beliau jatuh 
cinta kepada istrinya karena primadona dilingkungan dimana tinggal. Begitu 
cintanya menggebu tanpa berpikir panjang melamar dan menikah karena takut gadis 
pujaannya disunting oleh orang lain. 

Awal pernikahan tidak mengalami kesulitan, rumah yang ditempatinya disediakan 
oleh mertua. Ditengah mengarungi bahtera rumah tangganya. Karier istrinya 
melejit dengan pesat karena memang istrinya yang cerdas dan semangat walaupun 
kondisi sebagai ibu yang memiliki dua anak laki-laki. Sementara beliau sangat 
mendukung karier istrinya dengan sepenuh hati.

Keberhasilan di dalam karier istrinya ditunjukkan dengan memanjakan. Anaknya 
yang pertama dibelikan sepeda motor sekalipun baru SMP kelas satu, anaknya yang 
kedua yang duduk dikelas empat SD dibelikan Play Station 3 sampai tidak pernah 
mau belajar sementara istrinya sibuk dengan mobil mewah yang baru dibelinya. 
Apa daya, gaya hidup istrinya boleh terbilang glamour tidak diimbangi apa yang 
telah beliau kerjakan sebagai penjual sembako dengan warung kecil dipinggir 
jalan.

Sebagai seorang kepala rumah tangga, beliau merasa bertanggungjawab untuk 
menghidupi keluarga. membuka warung sembako cukup untuk memenuhi kebutuhan 
rumah tangga namun tak dapat dibandingkan dengan penghasilan istrinya. 
Terkadang istrinya malu dengan pekerjaan beliau sebagai suami karena tidak 
mengenakan dasi dan kemeja panjang seperti orang kantoran,  Sampai satu hari 
dikejutkan dengan istrinya yang memaksa dirinya membuka supermarket dikawasan 
komplek perumahan yang dibiayai oleh istrinya.  Namun beliau menolaknya karena 
pelanggannya sudah banyak sebab bila pindah lokasi berarti semua harus dimulai 
dari awal lagi.

Sampai terjadi pertengkaran hebat. Istrinya menuduh beliau berselingkuh karena 
bersikukuh dengan warung kecilnya. Beliau marah dan keluar dari rumah. Harga 
dirinya sebagai suami merasa terinjak-injak, Ada kemarahan dihatinya. Waktu 
pergi dari rumah, anak-anaknya sedang tidak ada dirumah. Itulah sebabnya malam 
itu beliau hadir ke Rumah Amalia. Wajahnya terlihat memerah. 'Lantas apa yang 
harus saya lakukan Mas Agus?'

Saya kemudian menyarankan agar mengambil air wudhu dan mengajak beliau untuk  
doa bersama, 'Allahuma robbii nabiyyi muhammadin, ighfirly dzanbii, wa adz-hib 
ghaidha qalby wa ajirny min mudhilatil fitan' Artinya, Ya Allah, Tuhan Nabi 
Muhammad, ampunilah dosa-dosaku, hilangkanlah kemarahan dihatiku dan 
selamatkanlah aku dari segala bahaya kesesatan, segala bentuk fitnah (dari 
puncak kemarahan).'

Wajah beliau sudah terlihat tenang kembali,  malam itu juga beliau memutuskan 
untuk pulang ke rumah. 'Alhamdulillah Mas Agus, hati saya terasa seperti di 
siram es.' Ucapnya. Sesaat beliau berpikir lama. 'Istri saya adalah pilihan 
hidup saya, maka saya akan menerima semua konsekwensi apapun atas keputusan 
saya yang kelak harus saya pertanggungjawabkan dihadapan Allah Subhanahu Wa 
Ta'ala.' tutur beliau sebelum pamit. 

Beberapa hari kemudian beliau kembali hadir bersama istri dan kedua anak 
laki-lakinya. Wajahnya terlihat berseri-seri. Malam itu beliau bersama keluarga 
hadir untuk berbagi kebahagiaan bersama anak-anak Amalia. Kebahagiaan dihatinya 
itu memancar dengan menghiasi senyuman. Istri dan anak-anaknya juga terlihat 
bahagia. Subhanallah.

Wassalam,
agussyafii
--- 
Yuk hadir atau menjadi relawan pada kegiatan 'Aksi Sosial Amalia (ASA)', 
santunan, bazaar & perlombaan anak2 di Rumah Amalia, Jl. Subagyo IV Blok ii, 
No. 23 Komplek Peruri, Ciledug. pada hari Ahad, tanggal 25 Juli 2010. Kirimkan 
dukungan dan partisipasi anda di http://www.facebook.com/agussyafii3, atau 
http://agussyafii.blogspot.com/, http://www.twitter.com/agussyafii atau sms di 
087 8777 12 431.




      

[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke