Islam yang bermuatan: aqidah (pokok keimanan), jalannya hukum dan akhlaq, 
meliputi cakrawala yang luas, yaitu petunjuk untuk mengatur baik kehidupan 
nafsi-nafsi (individu), maupun kehidupan kolektif dengan substansi yang 
bervariasi seperti keimanan, ibadah ritual (spiritualisme), karakter 
perorangan, akhlaq individu dan kolektif, kebiasaan manusiawi, ibadah 
non-ritual seperti: hubungan keluarga, kehidupan sosial politik ekonomi, 
administrasi, teknologi serta pengelolaan lingkungan, hak dan kewajiban 
warga-negara, dan terakhir yang tak kurang pentingnya yaitu sistem hukum yang 
teridiri atas komponen-komponen: substansi aturan-aturan perdata-pidana, 
damai-perang, nasional-internasional, pranata subsistem peradilan dan apresiasi 
hukum serta rasa keadilan yang hidup dalam masyarakat yang berakhlaq. Semua 
substansi yang disebutkan itu bahasannya ada dalam Serial Wahyu dan Akal - Iman 
dan Ilmu. Maksudnya Wahyu memayungi akal , dan Iman memayungi ilmu. 

one liner Seri 404
insya-Allah akan diposting hingga no.800 
no.terakhir 930
*******************************************************************

BISMILLA-HIRRAHMA-NIRRAHIYM
 
WAHYU DAN AKAL - IMAN DAN ILMU
[Kolom Tetap Harian Fajar]
404. Mobil Bagi Anggota DPRD

Di luar hujan deras bersinergi dengan banjir kiriman. Itu menghasilkan luaran 
yang berwujud air selokan kecil melimpah menggenangi pekarangan rumah 
menyapu-nyapu pelataran teras. Juga melimpah mengisi jalan di muka rumah. 
Untunglah loper telah sempat mengantar Harian "FAJAR" edisi Minggu, 19 Desember 
'99, sebelum jalan di depan rumah menganak sungai. Saya telah bersiap-siap dan 
sedang menunggu taksi panggilan untuk menghadiri musyawarah Penyusunan Program 
Kerja Pesantren IMMIM Putera. Karena hari hujan saya rencanakan pergi ke 
pesantren dengan taksi. Sebab untuk naik pete'-pete' (oplet) harus mengarungi 
anak sungai untuk sampai ke jalur pete'-pete'. Stasiun becak yang dekat rumah 
pagi itu sunyi dari becak, jadi saya tidak dapat naik becak ke jalur 
pete'-pete'. Seperti saya pernah tulis dalam Seri 383, bahwa "sejak keadaan 
fisik saya tidak memungkinkan menyetir jauh-jauh, sedangkan saya tidak dapat 
menggaji sopir pribadi, lagi pula anak-anak yang dapat menyetir sudah mempunyai 
kesibukan sendiri-sendiri, ditambah pula sewa taksi yang mahal, maka kalau 
bepergian di dalam kota saya naik kendaraan umum pete'-pete'. Saya dapat 
belajar dan merasakan hidup berdemokrasi dengan naik pete'-pete' ini." Demikian 
yang telah saya tulis dalam Seri 383 tersebut. Mengapa saya tulis tetek-bengek 
berkendaraan ini, oleh karena ada relevansinya dengan judul di atas.

Sambil menunggu taksi, saya baca halaman 2 Harian "FAJAR" edisi Minggu, 19 
Desember '99 tentang Laporan Utama yang berkisar di sekitar ribut-ribut soal 
mobil DPRD. Ini beberapa komentar yang telah saya baca:
"Itu sebagai tanda bahwa anggota DPRD Sulsel sekarang ini masih punya pola 
pikir Orde Baru. Saya kira tidak harus jalannya pemerintahan dikontrol dari 
atas mobil. Mereka memperlihatkan perilaku priyai dan tidak punya sence of 
crisis. Mereka itu manja dan tidak ikut merasakan krisis yang dialami oleh 
masyarakat yang diwakilinya. Sebagai wakil rakyat sebaiknya mereka itu menjadi 
teladan di tengah-tangah masyarakat. Jangan justru memperlihatkan pola hidup 
yang konsumeristik. Ngototnya mereka minta jatah mobil berarti tidak 
mempertimbangkan kemampuan pendapatan daerah yang terperosok akibat krisis yang 
berkepanjangan. Untuk datang dan pergi ke kantor, karena memang belum punya 
mobil sendiri, ya, gunakan dululah yang ada, maksudnya kendaraan umum becak dan 
pete'-pete'. Ini baru bertugas 3-4 bulan. Bagaimana kalau masa kerja dewan 
sudah 1 tahun. Mungkin bukan lagi permintaan mobil, tetapi sudah memelas lagi 
untuk mendapatkan rumah pribadi." Demikianlah penilaian miring dari beberapa 
orang yang saya baca pada halaman 2.

Demikianlah hari Ahad pagi itu berlalu dari menit ke menit saya membaca sambil 
menunggu taksi atapun menunggu taksi sambil membaca. Namun taksi tak kunjung 
datang. Asal ditelepon ulang bagaimana apa sudah ada taksi yang menuju ke 
Kompleks Ujungpandang Baru, selalu mendapat jawaban, sabar pak, sedang 
diusahakan. Biasanya memang dalam keadaan cuaca yang tidak bersahabat itu 
jaranglah ada sopir taksi yang berani datang ke kompleks yang direndam air itu, 
karena takut terperangkap air. Sebab seperti yang pernah saya tulis 
bertahun-tahun lalu bahwa sejak dibangun jalan tol (baca: tanggul) yang 
menghadang debit air yang melimpah, maka kompleks perumahan Ujungpandang Baru 
dan sekitarnya berfungsi sebagai perangkap air. (Walaupun telah keluar Kepres 
yang mengembalikan Kotamadya ini ke nama asalnya yaitu Makassar, namun saya 
pikir nama Ujungpandang Baru tetaplah demikian, tidaklah perlu semua nama 
Ujungpandang diubah pula menjadi Makassar. Mengapa? Karena di kotamadya ini ada 
kecamatan bernama Kecamatan Ujungpandang. Kalau Kecamatan Ujungpandang diubah 
pula menjadi Kecamatan Makassar, akan terjadi kerancuan, sebab dalam kotamadya 
ini ada juga kecamatan yang bernama Kecamatan Makassar).

Akhirnya saya putuskan untuk tidak menghadiri rapat. Pada waktu saya membaca 
komentar yang miring itu di luar hujan bertambah deras, serta banjir kiriman 
bertambah lantang. Saya bayangkan bagaimana jadinya jika diri saya seorang 
ketua komisi di DPRD dan harus memimpin sidang komisi dan harus datang ke 
gedung DPRD dengan pete'-pete'. Salah satu hikmah puasa ialah dapat merasakan 
derita kelaparan orang-orang yang dalam hidup sehari-harinya bergumul dengan 
lapar. Orang yang berteori saja dalam seminar lapar tidak akan dapat menghayati 
apa itu lapar. Berat mata memandang lebih berat bahu memikul. Saya ragu apakah 
mereka yang mengadakan penilaian yang miring itu pernah naik pete'-pete' dari 
rumah ke kantornya! Mengapa? Karena hanya orang berpuasa saja yang dapat 
merasakan derita orang-orang bergumul dengan lapar.

***

Salah satu sikap mental masyarakat agraris ialah visi mereka mengenai harta 
benda. Mereka memandang harta benda itu dari segi nilai status sosial 
pemiliknya, intinya dari segi penampilan yang konsumeristik. Al Quran 
mengajarkan kita akan sikap mental masyarakat madani, yaitu melihat hata benda 
itu dari segi nilai fungsionalnya. Tujuan puasa ialah untuk meningkatkan diri 
dari beriman menjadi bertaqwa. Salah satu ciri bertaqwa ialah: 
-- W MMA RZQNHM YNFQWN (S. ALBQRT, 3), dibaca: Wa mimma- razaqna-hum yunfiqu-n 
(s. albaqarah), artinya: 
-- Dan dari sebagian yang Kami rezekikan kepada mareka, diinfaqkannya 
(dikeluarkannya untuk fungsi sosial), (S. Sapi betina, 2:3).

Pada umumnya yang menilai anggota DPRD seperti yang ditaruh di antara dua tanda 
kutip yang telah dikutip di atas itu, mempunyai sikap mental masyarakat 
agraris, yaitu memandang mobil itu dari segi penampilan yang konsumeristik. 
Padahal menurut ajaran Al Quran mobil itu harus dilihat dari segi 
fungsionalnya, yaitu sikap mental yang melahirkan visi yang dimiliki oleh 
masyarakat madani.

Alhasil dengan sikap mental masyarakat madani yang memandang mobil itu dari 
segi fungsionalnya, disertai dengan sence of crisis, para anggota DPRD yang 
belum mempunyai kendaraan sendiri sangatlah patut dan berhak untuk memperoleh 
mobil sederhana, yang tangan keduapun (twede hand) jadi, yang penting mesinnya, 
remnya dan perlengkapan lainnya berfungsi dengan baik. Walla-hu a'lamu 
bishshawa-b.

*** Makassar, 26 Desember 1999
     [H.Muh.Nur Abdurrahman]
http://waii-hmna.blogspot.com/1999/12/404-mobil-bagi-anggota-dprd.html

[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke