*IBRAHIM ISA – Berbagi Cerita*

*Selasa, 13 Juli 2010*

*-------------------------------------------*


*BELANDA – KALAH . . . (1-0)*

*SPANYOL MEREBUT PIALA EMAS . . . . . . . . .*

** * **

*Tapi Amsterdam Menyambut 'Oranje' Sebagai PAHLAWAN Mereka.*


Pagi tadi, bersama Murti, kami pergi ke Nieuwmark. Sebuah pertokoan di 
pusat kota Amsterdam. Letaknya satu halte Metro sebelum 
Amsterdam-Central. Maksudnya menjenguk rumah putri sulung kami, Pratiwi. 
Rumahnya kosong, karena sekeluarga berkunjung ke Mesir. Sebelum 
berangkat Pratiwi mencatat alamat kantor pusat Sekretariat Tetap 
Organisasi Setiakawan Rakyat Afro-Asia di Caro. Itu kantor tempat 
kerjaku selama tahun-tahun 1960-1965. Ia juga mencatat alamat Sekolah 
Indonesia, Cairo, di daerah Dokki, dekat rumah kami. Maksudnya dalam 
kunjungannya ke Cairo itu, mungkin karena nostalgi ingin melihat bekas 
sekolahnya dulu. Ia juga ingin melihat kayak apa kantor bapaknya dulu di 
Cairo.


Dari rumah Pratiwi kami pergi belanja di supermark Tionghoa, 'Oriental', 
pas dekat halte Metro Nieuwmark. Di lapangan muka supermark 'Oriental', 
sudah dipasang layar TV raksasa. Supaya masyarakat di sekitar situ bisa 
menyaksikan siaran TV hari ini, 'Amsterdam Menyabut 
Pahlawan-pahlawannya', yaitu kesebelasan 'Oranje'.


Walikota Amsterdam, Erhard van der Laan, menyatakan sebelumnya, jika 
'Oranje' menang akan disambut besar-besaran di Museum Plein. Sebelumnya 
diarak keliling berlayar di 'grachten' Amsterdam yang terkenal itu. Tapi 
kalau 'Oranje' menempati nomor dua, kalah dari Spanyol, maka 'Oranye' 
akan disambut masa di Museumplein. Jadi tidak ada pengaturan berkeliling 
dengan perahu-perahu menelusuri 'Amsterdamse grachten'.


Tapi dalam waktu 24 jam Walikota Van der Laan mengubah keputusnnya: Di 
pers muncul berita: 'Amsterdam is trots, dus toch de gracht in'. Artinya 
'Amsterdam bangga, jadi tokh akan diatur berlayar di 'grachten'. 
“Amsterdam bangga dengan pemuda-pemuda dari kesebelasan Nederland. Suatu 
acara berlayar melalui 'grachten', itu akan memberikan kesempatan indah 
bagi penggemar (fans) untuk bisa melihat pahlawan-pahlawan mereka dan 
memberikan dukungan terhadapnya”. Demikian Walikota Amsterdam Van der 
Laan menjelaskan keputusan terakhir dalam rangka menyambut kesebelasan 
'Oranje'.


* * *


Tak terhindarkan ada pers yang memberikan komentar sinis. Bukankah 
dimana saja di dunia ini selalu ada orang-orang yang sinis. Orang-orang 
semacam ini sok-soknya mau lucu-lucu. Tetapi tidak jarang 'kebablasan'. 
Jadi kelewat batas, menjadi tidak etis. Satu contoh: Bert Wagendorp 
dalam kolomnya di “de Volkskrant” hari ini, a.l. menulis: Kalau sih PM 
(dimisioner) Balkenende menyambut kesebelasan 'Oranje', itu bisa 
dimengertilah. Disini yang kalah – dalam hal ini Balkenende yang 
partainya, CDA merosot dalam pemilu Juni yang lalu – menyambut 'Oranje' 
yang kalah 1-0 dari Spanyol. Dan kalaulah Ratu Beatrix mengundang 
'Oranye' bertamu di Istana dan berfoto bersama, itupun bisa dimengerti. 
Karena bukankah Sang Ratu, bertindak sebagai sang Ibu, yang ngemong 
anak-anaknya pulang dengan sedih hati krena kalah itu.


Demikian Bert Wagendorp.

Mana yang cocok apakah keputusan Van der Laan, menyambut besar-besaran 
kesebelasan 'Oranje' , ataukah Wagendorp dengan komentar sinisnya, 
mencemoohkan keputusan Walikota Amsterdam. Baik kita liat saja bagaimana 
jalannya sambutan itu.


* * *


Sungguh diluar dugaanku dan kita semua yang menyaksikan di TV bagaimana 
orang-orang Belanda menyambut “PAHLAWAN-PAHLAWANNYA kesebelasan ORANJE”. 
Kurang lebih setengah juta orang yang berkumpul di Musieumplen dan 
memenuhi tepi-tepi 'grachten' mengelu-elukan kesebelasan Óranje'. Banyak 
slogan-slogan yan berbunyi: WELKOM THUIS HELDEN. Selamat kembali pulang 
para pahlawan. Salah satu semboyan besar yang dipasang di Museumplein 
berbunyi 'GIO' (van BRONCKHORST, kapten kesebelasan 'Oranje' yang 
keturunan Maluku itu), 'MALUKU IS TROTS'. Maluku bangga. Demikian 
Giovannie Van Bronckhorst dielu-elukan massa.


Di sepanjang 'grachten' yang dilalui iring-iringan kapal 'Oranje' ribuan 
massa berwarna 'oranje' – mulai dari topi, T-shirt sampai ke sepatu – 
mengelu-elukan pahlawan mereka. Tidak ada satupun teriakan ataupun 
tulisan sinis, seperti komentarnya Bert Wagendorp yang mengéjék 
kesebelasan 'Oranje' yang kalah dalam babak final kejuaraan dunia 
sepakbola di Afrika Selatan.


De Telegraaf, sebuah surat kabar liberal Belanda, menulis dengan 
huruf-huruf besar 'Zij hebben als leeuwen gevochten '. Mereka, 
kesebelasan Belanda, telah berjuang bagaikan singa-singa. De Telegraaf 
yang sering suka nyindir dan juga sinis dalam komentar-komentarnya, kali 
ini tampaknya mengerti perasaan dan semangat massa orang-orang Belanda 
yang mencintai dan menghargai olahragawan mereka.


Maka mengertilah kita mengapa pemimpin kesebelasan nasional Belanda Bert 
Van Marwijk mengatakan: Kekecewaan belum sepenuhnya hilang, tetapi kami 
benar-benar boleh berbangga. Coba lihat massa yang mengelu-elukan, entah 
bagaimana jika kita pulang dengan kemenangan. Sambutan massa yang luar 
biasa itu telah membikin para olahragawan 'Oranje'' itu bisa tertawa 
lagi, begitu komentar salah satu s.k. Amsterdam.


Juga bisa difahami keterharuan pemain 'Oranye' Arjen Robben, yang 
menyatakan: Spanyol menjadi nomor satu --- tetapi publik Belanda adalah 
yang terbaik di dunia.


Di sini perasaan olahragawan Belanda itu nyambung dengan perasaan massa 
pencinta dan penggemarnya. Meerka tahu mereka kalah, tetapi mereka juga 
tahu dan yakin bahwa mereka telah berjuang demi kemulyaan negeri dan 
bangsanya


Walhasil -- komentar Wagendorp yang sinis itu meleset jadinya. Ia tidak 
mengerti perasaan dan semangat para penggemar 'Oranje' yang bangga 
sekali mengenai kesebelasan nasional mereka.


* * *


Boleh dibilang dinegeri mana saja di dunia ini, olahraga sepak bola 
sudah begitu populernya, --- 'mengglobalisai', dan 'merakyat'. Itu semua 
dapat dibaca, didengar dan disaksikan di media komunikasi modern 
sekarang. Pemberitaan dan liputan mengenai sepakbola kejuaraan dunia di 
Afrika Selatan, selama sebulan ini mendominasi media internasional. 
Bahkan jauh sebelumnya dan pasti juga tidak berhenti dengan finale 
Minggu malam.


Setiap malam, cakap-cakap dan diskusi Kejuaraan Sepakbola Dunia Afrika 
Selatan, yang diadakan di TV, yang ikut serta -- bukan saja komentator 
olahraga sepakbola kawakan, mantan pemain-bola kawakan seperti Johan 
Kruif, Ruud Gulit dan penggemar dan orang-orang biasa, tetapi juga ikut 
ambil bagian -- seniman dan sastrawan serta budayawan yang sesungguhnya 
mengenai sepak bola, itu taunya hanya dari dengar-dengar sana sini saja, 
. . . . bahkan politisi termasuk Perdana Menteri Belanda Balkenende-pun 
ikut mengomentari Kejuaraan Sepakbola Dunia Afrika Selatan.


* * *


Sesungguhnya tidak mengherankan mengapa negeri Belanda yang kecil ini, 
begitu keranjingan olahraga sepakbola. Sport tsb memang merupakan 
olahraga nasional. Keistimewaan kesebelasan nasional Belanda yang 
menonjol adalah bahwa kapten kesebelasan 'Oranje', Giovannie van 
Bronchorst adalah Belanda keturunan Indonesia-Maluku. Ini 
mendemonstrasikan bahwa paling tidak di bidang olahraga sepakbola, 
'rasisme' anti-asing, seperti yang disuarakan oleh Geert Wilders, tidak 
punya pasaran samasekali.


Dewasa ini, tampaknya kejuaraan sepakbola dunia bukan semata-mata suatu 
'amusemen' bagi penggemar di banyak negeri. Orang bukan saja ingin tau 
siapa yang menang, siapa yang kalah, kalah berapa, siapa yang main 
'jentelmen' menurut aturan-main. Siapa saja yang main 'curang'. Siapa 
yang dapat kartu kuning, siapa dapat kartu merah dsb.


Soal bertanding sepak bola menurut aturan main atau 'curang', seorang 
kawan pernah mengatakan: Tau enggak? Pemain-pemain profesional itu 
dilatih untuk 'main curang' yang tidak mudah diketahui oleh wasit dan 
'tukang kebut'. Merela dilatih bagaimana untuk 'mentackle' lawannya 
tanpa ketahuan. Bagaimana caranya jatuh dan tampak seperti 'diganjel' 
lawannya. Sehingga fihak lawan diganjar kartu kunnig atau bahkan kartu 
merah, dan dia sendiri boleh melakukan tendangan bebas.


* * *


Di Belanda sini begitu keranjingannya, begitu berdominasinya “Oranje 
gekte”, di masyarakat. Sehingga bahan pembicaraan sehar-hari di rumah, 
di kantor, tempat kerja, di jalan raya, di cafe-cafe tak tak lain tak 
bukan adalah mengenai Kejuaraan Sepakbola Dunia Afrika Selatan.


Seorang sahabat menanyakan kesana-kemari, sesungguhnya apa yang 
mengyebabkan mereka begitu keranjingan dengan pertandingan sepak bola 
dunia di Afrika Selatan. Gejala apa ini?


Banyak yang memberikan jawaban, begini: Pertandingan sepakbola yang 
berskala internasional, adalah manifestasi, penyaluran, katalisator dan 
identitas serta kebanggaan nasional. Sebagaimana halnya dengan Pesta 
Olahraga Sedunia Olimpiade, kesempatan ini merupakan penyaluran semangat 
dan jiwa patriotisme dan nasional banyak negeri dan bangsa. Kita lihat 
saja Olimpiade Beijing dua tahun yang lalu. Betapa pesta olahraga 
sedunia itu, telah menjadi demonstrasi dan pertunjukkan dunia: INILAH 
REPUBLIK RAKYAT TIONGKOK MODERN, yang tidak kalah dengan negeri maju 
manapun di dunia ini.


Orang juga menyaksikan betapa pentingnya arti pesta olahraga sedunia 
seperti itu, ketika musuh-musuh Tiongkok mengerahkan segala sesuatu 
untuk mencermarkan Olimpiade Beijing dengan kegiatan dan dengan ongkos 
luar biasa ketika mereka meluncurkan kampanye anti-Tiongkok sekitar 
masalah Tibet.


* * *


Mungkin luput dari perhatian umum, bahwa juga adalah AFRIKA SELATAN yang 
menggondol kemenangan dari pesta olahraga Kejuaraan Dunia Sepakbola kali 
ini.


Afrika Selatan yang baru memerdekaan dirinya 16 tahun yang lalu dari 
rezim apartheid Afrika selatan dan menegakkan 'Negeri Pelangi' di Benua 
Hitam, menunjukkan kepada seluruh dunia bahwa mereka MAMPU DAN DENGAN 
SUKSES menyelenggarakan salah saatu pesta olahraga dunia yang terbesar.


Dulu, begitu bica dibaca di pers mancanegara, apa yang dikenal mengenai 
Afrika Selatan, ialah kriminalitas yang merajalela, wabah AIDS dan 
ketokohan NELSON MANDELA. Sambil mengatasi masalah kriminilitas dan 
Aids, beberapa tahun belakangan ini mereka kerja keras untuk menyiapkan 
segala sesuatu untuk Kejuaraan Sepakbola Dunia 2010. Telah dibangun 
kereta-kereta api baru, sistim pengangkutan bis, lapangan-lapangan 
terbang baru. Dan yang pokok beberapa stadiun baru telah 
dibangun/direnovasi pula. Ribuan tamu dan jurnalis telah diatur baik 
pemondokannya.


Semua itu dilakukan dengan semangat dan kerja yang efisien dan tinggi.

Ketika Kejuaraan Sepakbola Sedunia dibuka sebulan lalu, segala sesuatu 
sudah siap.


Sehingga seorang jurnalis majalah AS 'Time', July 19, menulis dalam 
esaynya a.l demikian: AFRICA'S FUTURE – How staging soccer's World Cup 
has allowed a continent to believe in itself”. HARI DEPAN AFRIKA – 
Betapa penyelenggaraan Kejuaraan Sepabola Dunia, memberikan peluang pada 
sebuah benua – untuk percaya pada diri sendiri.


SUATU KOMENTAR YANG TIDAK MELESET!! * *







[Non-text portions of this message have been removed]



------------------------------------

=======================
Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Twitter: http://twitter.com/wanita_muslimah
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:wanita-muslimah-unsubscr...@yahoogroups.com
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejaht...@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelism...@yahoogroups.com

Milis ini tidak menerima attachment.Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/

<*> Your email settings:
    Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
    http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/join
    (Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
    wanita-muslimah-dig...@yahoogroups.com 
    wanita-muslimah-fullfeatu...@yahoogroups.com

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    wanita-muslimah-unsubscr...@yahoogroups.com

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/

Kirim email ke