Insya Allah, dengan berpikir secara jujur nawaytunya bismillah, kita optimis bahwa Allah akan membantu kita untuk mendapatkan hidayah-Nya, Allah tidak akan membiarkan hamba-Nya bingung :).
Seringkali kalau kita bertanya tentang qur'an sudah langsung divonis simpan dulu deh aqalmu imani saja, take it or leave it. Padahal seruan la'allakum ta'qilun (tatafakkarun, ta'lamun) amat sering didengungkan qur'an. Pertanyaan tetang, "mana ayat qur'an yang merespons kasus Arab dan mana ayat qur'an yang berlaku universal tanpa terikat kultur manapun" adalah pertanyaan riel, wajar, tidak ada yang aneh. Kita bisa setuju atau bisa tidak setuju pemilhan tsb adalah kembali kepada diri kita sendiri. Pertanyaan itu kudu dijawab, kalau tidak dijawab atau hanya divonis itu kan pertanyaan aqal yang mendegradasi wahyu mana mungkin mampu menangkis reasoning orang atheist atau agnostics ?? Kalau kita yakin bahwa qur'an turun ke bumi tidak hampa budaya, maka menurut hemat saya kita akan makin terbuka untuk menjawab pertanyaan tentang response al qur'an terhadap setiap problematika yang muncul di era Nabi Muhammad SAW. Jelas sekali al qur'an itu diturunkan dengan menurut bahasa kaumnya ini dinyatakan secara tegas dan eksplisit di QS 16:103. Akan terasa aneh kalau Nabi Muhammad yang dilahirkan di tanah arab dibesarkan di tanah arab hidup bergaul dengan arab lantas wahyu Allah turun dengan bahasa India, inggris atau indonesia misalnya ya jelas tidak akan nyambung dengan bahasa kaumnya Nabi Muhammad. Sampai di sini kita paham dan setuju. Ok, kita lanjutkan bahwa dari segi asbabun nuzul yakni sebab-sebab turunnya ayat amat membantu sekali bagi kita generasi berikutnya untuk memahami secara historis suatu ayat al qur'an. Mari kita bahas beberapa ayat : 1) ayat-ayat jilbab adalah meresponse kasus ganggunan yang menimpa perempuan muslim (yang berpakaian terbuka) dari orang-orang quresy yang mendapatkan protes kaum muslimin, yang dijawab dengan santun oleh sang penggangu, "maaf saya mengira dia adalah budak" maka turunlah ayat, "Hai Nabi katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mu'min: "Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha pengampun lagi Maha penyayang" (QS 33:59). Seringkali orang yang mewajibkan jilbab tidak membaca ayat ini secara utuh hanya berhenti pada redaksi "hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka" ayat selanjutnya tidak dibaca, "supaya mereka lebih mudah untuk dikenal". Akibatnya ada pemahaman yang tidak utuh. Coba simak asbabun nuzul ayat tsb, kultur arab pada masa itu orang yang berpakain terbuka seperti kalangan budak adalah hal yang lumrah menjadi obyek gangguan usil kaum pria, bagaimana dengan perempuan arab yang merdeka alias tidak budak ? ya berpakaian tertutup, kecuali yang berprofesi sebagai pelacur. Itulah sebabnya ketika seorang budak berpakaian tertutup mengenakan jilbab dan auratnya ditutup rapat-rapat, ditegur oleh Umar Bin Khattab, "Celaka engkau, apakau engkau berpakain jilbab itu supaya engkau tidak disebut sebagai budak ?" dan menurut riwayat wanita budak tsb menanggalkan jilbabnya. Perhatikan sikap umar, ini menunjukkan bahwa jilbab adalah pakaian yang berfungsi sebagai "diffrensiasi" supaya kamu dapat dikenali yakni bukan budak. Seharusnya kalau jilbab itu wajib bagi semua wanita mukminat ya tidak diskriminatif seperti sikap Umar itu, persoalannya adalah apakah kita setuju atau tidak dengan sikap Umar bin Khattab itu ?? Mari kita belajar tarikh terkait qur'an. Nah terkait dengan pakaian jilbab adalah kultur arab atau bukan ?? sebenarnya jauh sebelum era Nabi Muhammad, wanita nasrani seperti biarawati itu ya mengenakan penutup kepala yang mirip jilbab pula tetapi baik orang nasrani maupun muslim kan juga sama-sama orang arab alias sama-sama bangsa smith keturunan nabi ibrahim dari garis keturunan Ismail dan Ishak. Tentu saja Al qur'an meresponse wanita mukminat menutup aurat ya dengan perintah "jilbab" kalau diperintah dengan pakaian "gaun" kultur barat, "kebaya" kultur melayu, "bodo" kultur celebes ya jelas gak nyambung apabila disampaikan pada kaum Nabi Muhammad yang berkultur arab. Bayangkan kalau Nabi Muhammad itu lahir di tanah melayu menerima wahyu untuk bangsa melayu, akankah al qur'an menggunakan redaksi "jilbab" untuk orang melayu yang sudah akrab dengan budaya kebaya ?? 2) Jannah yang seringkali diterjemahkan sebagai "Syurga" dalam bahasa indonesia seringkali syurga diperumpamakan qur'an sebagai tempat yang mengalir sungai-suangai di bawahya, dan diberikan aneka buah-buahan. Coba simak, "Dan sampaikanlah berita gembira kepada mereka yang beriman dan berbuat baik, bahwa bagi mereka disediakan surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya. Setiap mereka diberi rezki buah-buahan dalam surga-surga itu, mereka mengatakan: "Inilah yang pernah diberikan kepada kami dahulu." Mereka diberi buah-buahan yang serupa dan untuk mereka di dalamnya ada isteri-isteri yang suci dan mereka kekal di dalamnya" (QS 2:25). Bayangkan kalau Nabi Muhammad itu di utus di India atau indonesia yang kaya raya dengan air dan buah-buahan, akankah qur'an menggunakan perumpamaan serupa "air yang mengalir dan aneka buah-buahan". Jelas sekali qur'an tidak hampa budaya. Tahu betul psikologis orang arab yang hidup di tanah tandus gersang apabila disentuh dengan sanksi dan reward ala jannah dan naar lengkap dengan metofora di dalamnya adalah amat efektif, kendati orang seperti rabi'atul adawiyah adalah perempuan yang dibesarkan di kultur arab tetapi berkesadaran tinggi dengan konsep "mahabba" yang sudah melampaui batas normal dengan enteng mengatakan, "neraka sudah aku padamkan dan syurga sudah aku bakar". Dari segi filosofi kesadaran adalah hal yang dapat dipahami, tetapi seringkali dinilai sesat dan menyesatkan. Coba simak anekdote yang dipostingkan pak Chodjim beberapa waktu lalu tentang dialog anak islam dan anak hindu : anak islam : Syurga itu disediakan bagi orang islam, jadi kalau kamu ingin masuk syurga ya masuk islam saja. anak hindu : Aku juga punya syurga. anak Islam : lho masak sih ? anak hindu : ya dong, bahkan syurga orang hindu lebih indah daripada syurga orang islam !! anak islam : lho masak sih ? anak hindu : syurga orang hindu kan dari India, sedangkan syurga orang islam kan dari arab ? bandingkan himalaya di india yang panormanya serba indah dengan tanah arab yang gersang dan tandus ?? anak islam : ???? Menurut hemat saya tidak ada yang salah kalau al qur'an memberikan tamsilan syurga itu seperti apa ketika qur'an dikomunikasikan oleh Nabi Muhammad kepada kaum arab yang hidup di padang pasir. Lantas ada yang salah ? ya yang salah adalah yang memahami al qur'an sebatas textual belaka. Sehingga tidak mampu menembus pesan ilahi yang universal yaitu sanksi dan reward adalah salah satu bentuk keadilan Tuhan bagi hamba-Nya. Nah ada yang komentar ?? Boleh kok setuju atau berpandangan lain ?? silakan mari kita bersama-sama saling tawassaw bil haqqi wa tawassaw bis shobri. Jangan takut dengan pandangan berbeda meskipun tentang al qur'an, karena kalau ada yang mencoba mendekonstruksi, Allah akan mengirim hamba-Nya yang sanggup merekonstruksi. Selamat menjalankan ibadah puasa ramadhan Wassalam Abdul Mu'iz --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "Yudi Yuliyadi" <y...@...> wrote: > > Syukron atas tanggapannya pak muiz, saya tidak bermaksud memfitnah karena > saya sendiri belum pernah membca tafsir almisbah( kalao tidak salah > tafsirnya itu kan) > > Jadi saya tidak pernah menjurus memfitnah pak quraish shihab > > Sya sampai saat ini belum bisa memilah mana ayat qur'an yang merespons kasus > Arab dan mana ayat qur'an yang berlaku universal tanpa teriakt kultur > manapun.insya ALLAH suatu hari nanti saya ingin bisa untuk itulah saya terus > belajar. > > Yang saya baca dari buku2 fiqh mengenai jilbab, kemarin dah saya postingkan > artikelnya pak muiz. Jilbab hukumnya wajib dalam surat al-ahzab dan beberapa > hadits mengenai jilbab > > > > > > _____ > > From: wanita-muslimah@yahoogroups.com > [mailto:wanita-musli...@yahoogroups.com] On Behalf Of Abdul Muiz > Sent: Monday, August 09, 2010 4:49 PM > To: wanita-muslimah@yahoogroups.com > Subject: RE: Teologi Islam ttg perempuan Re: Bls: [wanita-muslimah] Kritik > Siti Musdah Mulia > > > > > > Mas Yudi cobalah membaca pendapat Pk Quraish Shihab (mantan Mentri Agama, > Mantan Rektor IAIN/UIN) Seorang alumnus Universitas Al Adzhar Kaioro, dan > Seorang pakar Tafsir yang tidak diragukan kredibilitasnya tentang tafsir > Qur'an, Mengapa Pak Quresh Shihab berpendapat Jilbab tidak wajib ?? apa Anda > menuduh Pak Quresh Shihab itu ketularan JIL ?? ayo buktikan kalau tidak > ingin jadi tukang fitnah. > > Coba Anda jawab kalau Qur'an turun di arab, terus menyuruh mereka (orang > Arab) pakai kebaya, gaun, safari dan jas nyambung enggak dengan kultur arab > ? Cobalah diskusi fokus pada substansi, jawab dulu Sanggupkah Anda memilah > mana ayat qur'an yang merespons kasus Arab dan mana ayat qur'an yang > berlaku universal tanpa teriakt kultur manapun ? Baru silakan balik > berdikusi ya ?? Soal JIL itu menghamba kepada siapa, saya tidak berminat > membahasnya. Bukan tipe saya untuk terikat dengan faham manapun termasuk > jaringan manapun. > > Wassalam > Abdul Mu'iz > > > > > > > > [Non-text portions of this message have been removed] >