IBRAHIM ISA – Berbagi Cerita 
Sabtu, 14 Agustus 2010 
------------------------------------------------------ 

Wong "JOWO-Surinam" Ing Negoro Londo 
< Dalam Rangka Peringatan 120 Tahun Kedatangan Orang Jawa di Suriname> 

Cerita-cerita, -- s e j a r a h , tentang 'Wong Jowo ing Negoro Londo' (mereka 
berimigrasi dari Suriname), -- <orang Belanda menyebutnya Javaanse-Surinamers> 
-- , menarik sekali. Mengharukan dan menggugah. Dan hatiku ikut bangga, sebagai 
suami seorang putri dari Jawa. Begitulah, hari Minggu, pekan lalu, kami kumpul 
bersama di suatu ruang peringatan dengan kira-kira 300 orang-orang Jawa lainnya 
yang berdatangan dari pelbagai penjuru Belanda. 

Cukup banyak data dan ulasan yang bisa diakses di internet mengenai para 
kompatriot itu. Jangan héran, bagi kebanyakan orang-orang Jawa-Indonesia, 
keberadaan dan latar belakang 'Wong-Jowo-Surinam' ing Holan iku, sedikit sekali 
yang tahu. Ya, sesekali secara kebetulan, kita papasan dengan orang (yang 
dianggap orang Indonesia), di jalan atau di pertokoan. Ternyata mereka itu 
adalah 'wong Jowo-Surinam'. Orang Jawa yang menetap di Belanda, asal Surinam. 
Mereka bertanya pula: "Sampean soko Surinam"? 

Aku baru-baru ini saja, agak mengenal latar belakang 'Wong Jowo Ing Negoro 
Londo". Yaitu selagi dan sesudah pada tanggal 08 Agustus 2010 lalu, <bersama 
Murti – istriku, Zus Titiek Maslam, Zus Wisnu dan Bung Sarmaji> menghadiri 
Peringatan "120 JAAR JAVAANSE IMMIGRATIE – Een Andere Kijk op Geschiedenis – De 
Javaanse migratie door de ogen van gewone mensen". < Artinya kira-ki begini: 
"120 tahun migrasi Orang-Orang Jawa – Suatu Pandangan Lain Atas Sejarah – 
Migrasi Orang-orang Jawa Melalui Mata Orang-orang Biasa.">. Penyelenggara 
peringatan dilakukan bersama oleh Stichting Herdenking Javaanse Immigratie 
(STICHHJI), Stichting Budi Utama dan KITLV Leiden. 

Di ruangan pertemuan di pamerkan untuk dijual buku-buku sehubungan dengan 
orang-orang Jawa Surinam. Juga bisa dipesan kamus Jawa-Nederlands.  Di situ aku 
membeli sebuah buku berjudul STILLE PASSANTEN, Levensverhalen van 
Javaans-Surinaamse ouderen in Nederland. Cerita-cerita pengalaman orang-orang 
Jawa Surinam di Nederland. Penulis: Yvette Kopijn dan Harriette Mingoen, Ketua 
STICHHJI. Aku baru membaca kata pengantarnya dan melihat-lihat foto-foto 
sekitar orang-orang Jawa yang mula datang ke Suriname. Kaum migran Jawa  yang 
berjumlah 32.956 migran itu diangkut berangsusr-angsur selama periode 1890 s/d 
1939 dengan 53 kapal ke  Paramaribo, Suriname.  Setelah menyelesaikan kontrak 
kerja selama 5 tahun, mereka boleh mengakhiri kontrak dan kembali ke kampung 
halaman di Jawa. Sebagian besar memilih menetap di Suriname, menjadikan negeri 
itu tanah airnya kedua. 

* * * 

Perayaan Peringatan tsb berlangsung di ruang pertemuan Haagse Hogeschool, Den 
Haag. Hanya beberapa puluh meter jaraknya pas dimuka Stasiun KA - Den Haag HS 
letaknya. Perayaan Peringatan mengambil bentuk Manifestasi Budaya. Dimeriahkan 
dengan acara seni:  gamelan Jawa, tari-tarian, pentjak silat, nyanyi solo dan 
paduan suara, musik Jawa, juga musik pop. Tak ketinggalan dipanggungkan pula 
tari serimpi yang indah lemah lunglai itu. Hadirin menikmati seluruh acara yang 
berlangsung dari jam 12 siang sampai jam 07 malam. Dengan sendirinya tersedia 
di situ makanan Indonesia  dan Suriname (seperti tahu lontong dan saoto), serta 
 cendol dan minuman lainnya dengan harga yang layak. 

Sarmaji yang duduk disampingku, tak habis heran dan kagum menyaksikan acara  
seni itu.  Bagaimana orang-orang Jawa Suriname kok bisa tetap memelihara budaya 
Jawa meskipun lebih seratus tahun terpisah dari kampung halaman asal, 
berlanglang-buwana sampai ke Suriname dan Belanda. Itu menunjukkan bahwa 
meskipun tinggal di negeri lain, mereka tetap mempertahankan budaya dan 
identitas mereka. Hebat kan, kataku!

Tapi yang lebih mengharukan  lagi serta terheran-heran kami, adalah ketika 
perayaan dibuka dengan tampilnya barisan bendera teridiri dari putri-putri, 
yang masing-masing membawa bendera Merah Putih Biru (Belanda), Merah Putih 
(Indonesia), dan Bendera Suriname. Tak terkira reaksi kami ketika itu. Serasa 
terdengar debaran jantung masing-masing, ketika seiring dengan barisan bendera 
tampil di panggung, diperdengarkan masing-masing --  lagu WILHELMUS,  lalu 
INDONESIA RAYA kemudian lagu KEBANGSAAN SURINAME. Sungguh tak tak terduga  bisa 
melihat bendera Merah Merah Putih dikibarkan diatas panggung  di Haagse 
Hogeschool Den Haag, dengan diiringi musik INDONESIA RAYA. Dan itu dalam suatu  
perayaan peringatan yang dilangsungkan oleh  WONG JOWO ING NEGORO LONDO.

Kutanyakan  bagaimana kesan Sarmaji disampingku. Bagaimana perasaannya melihat 
Sang MERAH PUTIH yang disertai musik INDONESIA RAYA di atas panggung? Wah, wah, 
bukan main bangganya aku!, kata Sarmaji.

* * * 

Bagiku pribadi,  belum lama mengetahui adanya orang-orang Jawa-Surinam di 
Holland. Kurang lebih 15 tahun y.l. seorang sahabat dekat kami (yang asal etnis 
Jawa) ternyata melakukan kerja-sukarela di sebuah pemancar radio bernama "Radio 
Bangsa Jawa", di Amsterdam. Pemancar itu berbahasa Jawa.  Lalu peristiwa 
berikut ini: -- Suatu waktu ketika kami suami istri makan-siang di sebuah 
restoran di Villa Arena, Bijlmer,  yang melayani adalah  seorang wanita yang 
persis orang Indonesia. Beberapa saat setelah kami menikmati santapan, --  ia 
datang menghampiri kami   dan bertanya:  "Wis warek, yo?". "Nék wis warek, 
turu!". Heh, ternyata dia itu 'wong Jowo asal Surinam'. Istrku, yang asal 
Purworedjo, Jawa Tengah,  kaget tapi kemudian senyum-senyum saja memaklumi, 
diajak boso Jowo demikian itu. 

Terima kasih kepada KITLV (Mbak Yayah Siegers) yang menyampaikan undangan 
lewat e-mail kepadaku, sehingga memperoleh kesempatan untuk bisa menghadiri 
Perayaan Peringatan 120 Tahun Imigrasi Orang-orang Jawa Ke Suriname. Mulai dari 
sejak inilah aku memberikan perhatian pada orang-orang Jawa Surinam dan latar 
belakang serjarahnya. Menyadari bahwa mereka-mereka itu adalah sebagian dari 
bangsa kita, bangsa Indonesia yang berkelana ke Surinam, demi mencari tempat 
hidup yang lebih layak, jauh dari kekurangan dan kemiskinan di kampung halaman 
mereka ketika itu. 
Baru kutahu, bahwa keberangkatan orang-orang Jawa ke Surinam, adalah bagian 
dari politik transmigrasi pemerintah kolonial Hindia Belanda, yang juga 
mentransmigrasi orang-orang Indonesia asal Jawa dari kampunghalaman mereka ke 
Sumatera <Deli> dan Lampung, Sumatera Selatan.

Rupanya yang berwewenang ketika itu memang menjanjikan bahwa dengan 
meninggalkan kampung halaman mereka yang susah hidup itu, berimigrasi ke 
Surname sebagai buruh-kontrak, mereka akan mengalami kehidupan yang lebih baik. 
Nyatanya juga tidak. Bekerja sebagai buruh-kontrak <kita di Indonesia 
mengenalnya sebgagai 'kuli kontrak'>, tidak banyak mengubah nasib mereka yang 
miskin papa di kampung halaman di Jawa. Di Suriname, menurut cerita mereka 
sendiri, juga mengalami perlakuan diskriminasi keras. Mereka diharuskan 
tertempat tinggal di daerah terpencil yang jauh dari pusat pedagangan negeri. 
Pendidikan terutama bagi anak-anak mereka juga tidak diurus oleh penguasa 
Belanda di Suriname. Akhirnya dibangun juga juga sekolah  --  "Sekolah Desa'. 
Tidak lebih dari itu.Pokoknya kaum buruh-kontrak asal Jawa di Suriname 
dibiarkan bodoh oleh penguasa. 

Berapa upah mereka sebulan? Hanya 60 sen untuk priya dan 40 sen untuk wanita. 
Mana bisa hidup baik dengan upah yang minim seperti itu? Jelas, pemerintah 
Hindia Belanda mentrasmigrasikan penduduk Jawa ke Suriname, adalah demi 
kepentingan perkebunan-perkebunan mereka di Suriname yang memerlukan tenaga 
kerja murah. Berimigrasi samasekali tidak memberikan kehidupan yang lebih baik. 
Penguasa kolonial di Suriname tidak lebih baik dari penguasa kolonial di Jawa, 
Sumatra,  atau dimanapun di seluruh Indonesia pada periode Hindia Belanda dulu. 
Penguasa melakukan transmigrasi atau imigrasi bagi penduduk Jawa, pertama-tama 
bertolak dari kepentingan sendiri semata-mata. Kepentingan mengeeksploitasi 
tenaga buruh murah dari Jawa.
*    *    *

HARIËTTE MINGOEN, Ketua Stichting Comite Herdenking Javaanse Immigratie, dalam 
wawancaranya dengan Eka Tanjung, NRW, Hilversum, -- mengingatkan,  bahwa pada 
tanggal 29 November, 2010, nanti akan diluncurkan sebuah buku lagi menyangkut 
orang-orang Jawa yang berimigrasi ke Suriname. Juga akan diluncurkan sebuah 
website dengan tujuan yang sama. 

Untuk memperoleh gambaran yang agak jelas, mari kita ikuti apa yang dijelaskan 
oleh Panitia Penyelenggara Peringatan 120th Imigrasi Orang Jawa ke Suriname, 
sbb:

Orang-orang Jawa mengalami sejarah-migrasi yang kaya. Mereka berkali-kali 
berimigrasi ke Suriname, Indonesia, Nederland dan negeri-negeri lainnya. 
<Menurut catatan, pada th 2008 tercatat kurang lebih 32.000 orang Jawa-Suriname 
di negeri Belanda,  -- dari buku "Stille Passanten", I.I.>. Mengenai 
gerak-migrasi ini dan mengenai nasib orang-orang yang telah memilih 
berkali-kali mengubah domisili negerinya, boleh dikatakan sedikit yang 
diketahui orang.

Maka dengan proyek 'Cerita-cerita pengalaman hidup orang-orang Jawa dalam 
diaspora', KITLV bersama Stichting CHIJ bermaksud, melalui oral-history, 
sejarah-lisan, menyoroti gerak-migrasi dan cara bagaimana orang-orang Jawa 
bermukim di negeri-negeri tsb. Bagaimana mereka memperlakukan warisan budaya 
mereka. Cerita-cerita pengalaman hidup ini, dikumpulkan di Suriname, Indonesia 
dan Nederland. KITLV mengurus pencatatan cerita-cerita tsb di Suriname dan 
Indonesia, dengan berkerjasama dengan Perkumpulan Memperingati Imigrasi 
Orang-orang Jawa (VHIJ), STCHIJ dan  dengan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia 
(LIPI). STICHJI mengumpulkan cerita-cerita yang di Nederland. Kumpulan 
cerita-cerita pengalaman hidup ini dipresentasikan di suatu website khusus, dan 
dari cerita-cerita yang terbaik akan dibukukan dan diterbitkan.  

Pada tanggal 09 Agustus 2010, tepat 120th yang lalu  (1890) kedatangan pertama  
di Suriname, kaum buruh-kontrak Jawa dari Hindia Belanda. Pada tahun bersejarah 
ini diterbitkan buku dan website untuk umum. Peluncuran akan dilakukan pada 
tanggal 29 November 2010. Demikianlah disiarkan oleh Panitia Penyelenggara 
Peringatan 120th Imigran Jawa ke Suriname. *    *    *






Kirim email ke