PENERBIT SERAMBI, ICAS JAKARTA DAN PARAMADINA 
       
      menyelenggarakan :
       
      DISKUSI DAN BEDAH BUKU
      “Abrahamic Faiths: 
      Titik Temu dan Titik Selisih  antara Islam, Kristen dan Yahudi”
      Karya : Dr. Jerald F. Dirks
       
      Hari/Tanggal     :  Sabtu, 9 Desember 2006
      Waktu               :   Pukul 10.00 – 12.00 WIB
      Tempat              :  Aula Pusat Studi  Islam (PSI) Paramadina
                                                Plaza  Pondok Indah III, Blok 
F5, 
                                                 Jln. T.B. Simatupang, Jakarta  
Selatan
      Pembicara         :  Dr. Zainun Kamal
                                                 Romo J. N. Hariyanto, S.J.
                                                 Musadiq Marhaban
       
      Islam, Kristen, dan Yahudi memiliki lebih banyak unsur  pemersatu 
daripada titik seteru. Ada  banyak sekali kesamaan terkait dengan isi kitab 
suci maupun kisah tentang para  nabi. Ketiga agama besar ini pun sama-sama 
menandaskan bahwa ketaatan sejati  terhadap wahyu Ilahi harus dilambari 
hubungan yang benar dengan Tuhan dan  sesama manusia. Bahkan, ketiganya dapat 
dipandang sebagai satu agama,  sebagaimana diungkapkan secara berulang-ulang 
dan gamblang dalam Alquran: agama  yang ditetapkan Tuhan untuk Nabi Muhammad 
dan pengikutnya adalah juga agama  yang ditetapkan untuk Nabi Nuh, Ibrahim, 
Musa, dan Isa. 
                  Kesatuan agama-agama Ibrahimi ini  diibaratkan oleh Jerald F. 
Dirks laiknya sebuah pohon. Tiap-tiap agama mendaku  sebagai batang utama pohon 
wahyu yang benar dan vertikal. Dua agama lainnya pun  dianggap sebagai cabang 
yang menyimpang dari batang utama. Dari kiasan inilah  Dirks beranjak membahas 
topik demi topik, termasuk petualangannya dari agama  Kristen ke Islam.  
      Semua tersaji begitu mudah dan indah.  Ringkasan-ringkasan cermat dan 
akurat akan membantu Anda memahami inti ajaran,  sekaligus landasan kesamaan 
dan akar perbedaan, dari ketiga agama ini. Dirks  juga menjawab sejumlah 
pertanyaan dasar seputar apa yang mesti dilakukan  setelah mengetahui kesamaan 
dan perbedaan yang ada. Menurutnya, meyakini agama  sendiri sebagai agama 
terbaik bukanlah fanatisme (intoleransi), melainkan  ekspresi keimanan. 
Fanatisme baru terjadi manakala kita tak mampu menghargai  tradisi agama dan 
keyakinan pihak lain. Maka, setiap pemeluk agama harus memperhalus  retorika 
kala membahas agama lain. Dan, mereka harus berfokus pada visi yang  lebih 
tinggi dari ketiga agama ini: komitmen menyembah Tuhan Yang Maha Esa,  
pemberantasan penyakit-penyakit sosial, dan upaya memperbaiki kesejahteraan  
hidup sesama.
       
      I n f o r m a s i   :
      ICAS Jakarta:  (021) 765 1534  (Sdr. Max)
      Pusat Studi Islam  (PSI) Paramadina: (021) 765 1611,  765  1658  (Sdr. 
Monib)
      Contact Person  :  Wulan (0813 1065 9467),  Monib (0817 498 2456)
       
       
       
       
    
                
---------------------------------
Kunjungi halaman depan Yahoo! Indonesia yang baru!

Kirim email ke