Susah senang desa penerima USO Malik Mailoa, 61, tidak bisa menutupi rasa gembira begitu diberitahu desanya bakal dipasang telepon umum berbasis satelit. Maklum, selama ini Kepala Desa Ngidiho, Galela, Halmahera Utara tersebut-bersama sekitar 1800 warganya, harus mengeluarkan tenaga dan biaya ekstra untuk menelepon.
"Kami harus naik ojek dengan biaya Rp10.000 untuk menelepon ke Wartel terdekat ke Sio Sio [Ibukota kecamatan Galela] yang jaraknya 12 kilometer," kata Malik mengenang. Padahal, setiap bulannya, pengeluaran bapak enam anak ini untuk menelepon rata-rata Rp150.000. Dari sisi daya beli sebenarnya tidak ada masalah bagi warga Desa Ngidiho dalam mendapatkan akses telekomunikasi. Dengan kondisi alamnya yang subur, desa ini menjadi salah satu penghasil utama kopra dan pala. "Paling tidak setiap keluarga memiliki dua hektar kebun," pamer Malik yang memimpin 380 KK tersebut. Menurutnya, panen kopra dilakukan dalam setiap empat bulan sekali dengan rata-rata panen mencapai 5 hingga 6 ton per keluarga. "Kami menjualnya ke Bimoli, mereka mau membeli dengan harga Rp1.700 per kilo." Itu berarti, pendapatan setiap KK sebenarnya cukup tinggi yang juga diindikasikan dengan banyaknya warga yang pergi haji dan memiliki kendaraan bermotor. Sebagai ilustrasi, di desa itu terdapat 25 warga yang telah pergi haji dan 80 buah kendaraan bermotor. Malik juga menyatakan keyakinan bahwa desa yang dipimpinnya bisa menghidupi telepon umum itu kelak dari jasa warga yang memerlukan komunikasi keluar desa atau daerah. Bahkan, sebanyak 47 KK konon telah mendaftar sambungan telepon rumah saat PT Telkom melakukan survei ke desa itu. Ngidiho adalah satu dari enambelas desa di Provinsi Maluku Utara yang mendapatkan fasilitas layanan kewajiban universal (Universal Services Obligation-USO), sebuah program pemerintah dalam membuka akses telekomunikasi bagi daerah terpencil dan tidak dijangkau operator telepon tetap maupun seluler. Untuk proyek telekomunikasi terpencil ini, pemerintah telah menunjuk PT Pasifik Satelit Nusantara sebagai salah satu operator untuk memasang telepon dengan teknologi Portable Fixed Satellite. Proyek pemasangan di Maluku Utara merupakan bagian dari 1.617 desa yang menjadi tanggung jawab operator tersebut tahun ini, atau lebih sedikit dari pemasangan tahun lalu yang mencapai 2.975 desa. Paket USO untuk Portable Fixed Satellite ini didesain khusus PSN untuk menjadi fasilitas telepon umum bagi desa-desa terpencil itu. Maka tak heran, format pemasangan layaknya di warung telekomunikasi lengkap dengan monitor tarif pembicaraan dengan sistem prabayar ke operator. Sebagai modal awal, selain seperangkat telepon, pemerintah memberikan pulsa senilai Rp750.000 kepada setiap desa. Pulsa inilah yang harus dikelola oleh desa agar fasilitas baru tersebut dapat berjalan. Untuk setiap pulsa yang terjual, desa mendapatkan margin 10%, atau Rp75.000 jika pulsa yang dibeli bernominal Rp750.000. Namun, optimisme Malik tidak tampak dalam raut muka Gewin Hamja, teknisi untuk proyek pemasangan di Maluku Utara. Lelaki berusaha 24 tahun dari PT Spektrum Persada-sebuah perusahaan vendor untuk pemasangan USO di provinsi ini, menyimpan kekhawatiran dengan kondisi daerah yang begitu terpencil. Kendala beli pulsa "Desa-desa ini kadang kesulitan untuk kembali membeli pulsa, bukan karena tidak punya uang tetapi karena letaknya yang jauh dari tempat pengisian pulsa," tutur teknisi dari perusahaan yang juga bertanggung jawab terhadap distribusi pulsa PSN khusus untun program USO ini. Menurut Gewin, kendala letak desa yang begitu terpencil menjadi kekhawatiran program ini berlanjut. Kendati tidak bisa menunjukkan angka pasti berapa 'telepon hidup' dan 'telepon mati' setelah pemasangan. Dia menyebutnya sebagai 'hal yang tidak cukup menggembirakan'. "Biasanya kami mengandalkan Kantor Pos untuk pengiriman pulsa, tetapi tak jarang juga memanfaatkan jasa saudara yang kebetulan pergi ke Tobelo atau ke Ternate," tutur Gewin. Dia juga mengeluhkan masih rendahnya pengetahuan masyarakat akan fungsi alat komunikasi ini. "Bahkan saat saya pasang di desa Sanana, Kabupaten Sula, masak kepala desa saja terbalik dalam memegang gagang telepon!" Situasi yang kurang mengenakkan dalam pemasangan yang juga sempat diikuti Bisnis ini adalah ketidaktahuan kepala desa atas adanya proyek ini. Kebanyakan kades malah mengaku tahu saat hari pemasangan. Padahal berdasarkan prosedur, setiap desa ini telah menerima pemberitahuan dari birokrasi tingkat atasnya sebelum pemasangan. Namun, tidak diketahui kenapa saat pemasangan dilakukan hal itu belum terjadi sehingga persiapan yang dilakukan terkesan apa adanya. Seperti yang dialami Daniel Manumpil, Kepala Desa Makete, "Saya tahunya ya baru hari ini. Jadi persiapan tempatnya juga seadanya. Untuk sementara mungkin bisa di tempat saya," kata pria yang memimpin 1.006 warga ini. Ketidaktahunan ini tentu saja menganggu. Sebab, menurut Gewin, telepon hendaknya di pasang di tempat publik yang terjaga sehingga masyarakat lebih mudah memanfaatkanya. Karena serba mendadak pemasangan di desa Ngidiho terpaksa dilakukan di sebuah bilik kecil milik kepala desanya. Namun, Sang Kades Ngidiho menjamin telepon baru itu bisa digunakan masyarakatnya. "Nanti akan saya buat pintu darurat untuk jalan masuk," katanya meyakinkan. Malik juga berjanji akan segera menggelar rapat desa untuk membahas masuknya fasilitas seharga Rp12 juta tersebut. Letak yang terpencil, sebenarnya memang inti dari diselanggarakannya proyek USO itu sendiri. Proyek ini juga dimaksudkan untuk sebagai langkah awal guna membuka isolasi komunikasi 40.000 desa di Indonesia. Dalam hitungan Dirut PSN Adi R. Adiwoso didasarkan atas kemampuan maksimal operator telepon konvensional baik tetap maupun seluler menjangkau maskimal 75% wilayah Indonesia. Sisa 25% daerah yang bebar-benar terisolasi itulah yang salah satunya bisa dijangkau dengan telepon satelit. Seperti diketahui, beberapa beberapa waktu lalu, pemerintah telah menetapkan semua pelaksana proyek USO 2004 untuk lima teknologi yang akan digunakan setelah terakhir. Terakhir, PT Pasifik Satelit Nusantara (PSN) juga ditetapkan sebagai pemenang tender untuk teknologi berbasis IP (Internet Protocol). Tetapi, jika melihat berbagai kendala di lapangan dalam pemasangan telepon satelit tersebut, untuk pemasangan teknologi lain patut menjadi perhatian operator, Direktorat Jenderal Pos dan Telekomunikasi (Ditjen Postel) maupun instansi lain. Yang justru paling penting dari proyek ini adalah memastikan 'kehidupan' fasilitas telepon setelah di pasang. Hery Trianto --- www.warnet2000.net is up and running! ======================================================================================== Manfaatkan layanan TelkomNet @ Premium melalui kartu prabayar I-VAS untuk meningkatkan kecepatan browing anda hingga 10x lipat. Informasi lebih lanjut www.plasa.com atau call 147. ======================================================================================== ------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> Make a clean sweep of pop-up ads. Yahoo! Companion Toolbar. Now with Pop-Up Blocker. Get it for free! http://us.click.yahoo.com/L5YrjA/eSIIAA/yQLSAA/IHFolB/TM --------------------------------------------------------------------~-> Visit our website at http://www.warnet2000.net Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/warnet2000/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/