Pasar Seluler Pesat, Jaringan Telat Uang yang Semestinya untuk Ekspansi, Justru Dibagi untuk Membayar Dividen
Oleh: Ardhian Novianto Realisasi pertumbuhan pasar industri telekomunikasi di Indonesia tahun ini sangat tinggi, jauh di atas perkiraan awal. Jika semula, akhir tahun 2005, pasar seluler diperkirakan tumbuh menjadi 38-40 juta pengguna, perkembangannya bisa mencapai 45 juta pengguna. Akibatnya, pertumbuhan jaringan telekomunikasi jauh tertinggal dari kebutuhan, baik untuk jangkauan wilayah (coverage) maupun kapasitas. Hal itu berimplikasi pada penurunan kualitas layanan. Jadi, jangan bingung kalau akhir- akhir ini susah MENGONTAK melalui telepon seluler. Ketertinggalan pembangunan jaringan karena pesatnya pertumbuhan pelanggan ini tidak hanya dialami Indosat. Semua perusahaan operator telekomunikasi mengalami, ujar Direktur Pasar Konsumer Indosat Johnny Swandi Sjam di sela-sela acara Dealer Gathering Indosat di Zurich, Swiss (11/9). Perusahaan operator telepon seluler membangun jaringan berdasarkan perkiraan pertumbuhan pasar telekomunikasi. Dalam hal ini, Indosat menggunakan lebih 70 persen dari anggaran belanja investasi yang sebesar 900 juta dollar AS untuk membangun stasiun transmisi (BTS), baik untuk pengembangan jangkauan maupun peningkatan kapasitas. Akhir tahun 2005 Indosat menargetkan dapat meraih 15 juta pelanggan, dan pada semester pertama sudah mencapai 12,8 juta pelanggan. Berdasarkan target tersebut, Indosat tahun ini merencanakan membangun 1.500 BTS baru, tersebar di seluruh Indonesia. Sampai September ini sudah sekitar 1.000 BTS baru selesai dibangun. Tahun 2006 Indosat menargetkan jumlah pelanggan seluler dapat mencapai minimal 20 juta. Menyiasati ketertinggalan pertumbuhan jaringan dibandingkan pertumbuhan pelanggan tersebut, Indosat mengalihkan fokus investasi pengembangan jaringan, dari fokus meningkatkan jangkauan wilayah menjadi fokus pada peningkatan kapasitas dari jaringan yang sudah ada. Lagi pula, biaya investasi peningkatan kapasitas 70-80 dollar AS untuk setiap pelanggan lebih murah daripada biaya investasi peningkatan jangkauan yang mencapai 150 dollar AS untuk setiap pelanggan. Sebanyak 60 persen belanja investasi pengembangan jaringan digunakan untuk peningkatan kapasitas, dan 40 persen untuk peningkatan jangkauan. Telepon tetap Sementara itu, untuk pasar telepon tetap tanpa kabel, Indosat melalui produknya, StarOne, akan lebih memfokuskan diri pada pelayanan jalur data, seperti halnya pengguna internet. Hal itu dipilih karena dari hasil evaluasi pada enam bulan pertama peluncuran StarOne, diketahui bahwa pemakaian jalur lebih banyak digunakan untuk internet. Sekalipun jumlah pengguna internet hanya 20 persen dari seluruh pelanggan StarOne, selebihnya adalah pengguna jalur suara, tetapi tingkat pemakaian yang 20 persen ini jauh lebih besar dibandingkan pengguna jalur suara, kata Johnny. Sekarang ini StarOne baru bisa melayani pelanggan di Jabotabek, Surabaya, dan Medan. Tahun depan Indosat menargetkan dapat meluncurkan StarOne di 14 kota, dengan target pasar pelanggan residensial, yaitu pelanggan lama sambungan langsung internasional Indosat. Dari sebelumnya yang menguasai 100 persen pasar sambungan langsung internasional, saat ini pangsa pasar sambungan langsung internasional Indosat tinggal 52 persen. Karena dulu, berdasarkan peraturan, kami monopoli untuk sambungan langsung internasional, sekarang kan pemainnya sudah banyak, kata Johnny. Ironi Mengenai perkembangan industri seluler, Kepala Peneliti BNI Securities Adrian Rusmana mengatakan ada semacam ironi dalam emiten telekomunikasi Indonesia. Pesatnya pertumbuhan pasar seluler selama beberapa tahun terakhir, logikanya harus diikuti dengan pengerahan dana semaksimal mungkin untuk belanja investasi yang besar. Tanpa diikuti investasi jaringan yang seimbang dengan peningkatan pengguna seluler, pertumbuhan penjualan yang pesat akan jadi bumerang. Kualitas pelayanan yang menjadi buruk, susah untuk menelepon karena tingkat utilitas jaringan sudah terlalu tinggi, kata Adrian. Ironinya, dua perusahaan operator telekomunikasi terbesarTelkom dan Indosatsetiap kali harus membayar dividen tak kurang dari 40 persen. Jadi, uang yang semestinya untuk ekspansi, dibagi untuk membayar dividen. Maksud saya, kalau dipaksa bayar dividen besar seperti itu, padahal sektor ini menjanjikan pertumbuhan pesat, akhirnya akan jadi kendala juga, kata Adrian. Sebagai ilustrasi, kondisi ini mirip dengan terlambatnya pembangunan infrastruktur jalan raya, sementara pertumbuhan populasi kendaraan bermotor roda empat sangat pesat. Panjang dan lebar jalan yang sama dijejali mobil yang berlipat jumlahnya. Kemacetan lalu lintas jalan raya seperti yang terjadi sehari-hari di Jakarta lah hasilnya. Begitupun yang terjadi pada lalu lintas telekomunikasi seluler. Sekalipun secara absolut jumlah pemakai telepon seluler terus meningkat dan melebihi perkiraan semula, tetapi dari sisi tingkat pertumbuhan sebenarnya mulai melambat. Tingkat pertumbuhan tahun ini memang diperkirakan mencapai 35 persen, tetapi sebelumnya pertumbuhan mencapai 60 persen. Artinya, secara kuantitatif tingkat pertumbuhan melambat, katanya. Adrian memperkirakan, pelambatan ekonomi yang diperkirakan terjadi tahun ini, ditambah kenaikan harga bahan bakar minyak, akan memengaruhi pertumbuhan tinggi industri seluler. Saat ini banyak sekali pengguna seluler yang merupakan masyarakat kelas menengah ke bawah. Kondisi ini berbeda dengan awal masuknya telepon seluler, di mana hanya orang yang berkantong tebal saja yang mampu membeli dan memanfaatkan telepon seluler. Pasar kelas menengah ke bawah ini sangat sensitif dengan pergerakan ekonomi, katanya. Investasi portofolio saham telekomunikasi masih tetap menarik karena dalam kondisi penuh tekanan seperti sekarang, pertumbuhan mencapai 35 persen, hal yang bagus. Pertumbuhan emiten telekomunikasi hanya kalah dari sektor pertambangan. Hal yang perlu diperhatikan adalah belanja investasi industri telekomunikasi dalam dollar AS. Ketika nilai tukar rupiah dalam kecenderungan melemah seperti sekarang, investasi emiten telekomunikasi pun makin berat. Kalau tak ada langkah signifikan dalam keuangan, berat bagi industri. Maksimal yang bisa dilakukan seperti Indosat, mengorbankan peningkatan jangkauan dan menitikberatkan pembangunan pada peningkatan kapasitas dari jaringan yang sudah ada, katanya. ------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> Most low income households are not online. Help bridge the digital divide today! http://us.click.yahoo.com/cd_AJB/QnQLAA/TtwFAA/IHFolB/TM --------------------------------------------------------------------~-> Visit our website at http://www.warnet2000.net Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/warnet2000/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/