Israel, Amerika dan Coca-cola
Jumat, 04 Agustus 2006 - 00:01:20 WIB

Amerika dan Israel adalah saudara kandung. "Kejahatan"
mereka terhadap bangsa Palestina atau Libanon, tak
lepas dari dukungan beberapa perusahaan raksasa yang
kini kita ikut membelinya


Hidayatullah.com--Adalah agresi Amerika dan sekutunya
ke Iraq tiga tahun lalu, tepatnya tahun 2003. Pihak
Amerika mengangap, serangan itu karena mantan Presiden
Iraq, Saddam Hussein menggunakan senjata pemusnah
massal yang berbahaya. Namun catatan menunjukkan,
serangan itu bukan terjadi secara mendadak. Tahun 998,
kelompok pemikir konservatif yang tergabung dalam
Project for the New American Century, mengajukan
proposal kepada Bill Clinton. Kelompok yang terdiri 18
pemikir ini memperingatkan Bill Clinton bahwa
containtment (pembendungan) -tindakan semacam boikot,
embargo sekaligus isolasi-yang diberlakukan bagi Irak,
telah gagal total. Proposal ini rupanya kurang
mendapat respon dari Clinton, sehingga tidak ada
tindak-lanjut.

Lima tahun kemudian, separo dari 18 penandatangan yang
ketika itu tidak memiliki kewenangan apa-apa, telah
menjadi pejabat tinggi kepercayaan George W. Bush.
Mereka antara lain Donald Rumsfeld yang menjabat
sebagai Menteri Pertahanan, Paul Wolfiwitz, mantan
dubes AS di Indonesia yang sekarang menjadi deputi
Menhan; dua pejabat tinggi Deplu, yakni Richard
Armitage dan John Bolton; serta Elliot Adams, pejabat
tinggi di Dewan Keamanan Nasional Amerika Serikat.
Begitu Gatra, 5 April 2003, melaporkan.

Tidak dipungkiri perang Iraq adalah untuk kepentingan
Israel. Koordinasi Amerika dengan Israel terus
digencarkan semenjak perang belum dimulai. Penggunaan
Jeep Humve dalam perang kali ini misalnya, merupakan
rekomendasi dari arsitek perang Israel berdasar
pengalaman melumpuhkan perlawanan Palestina. Menyusul
kegagalan koalisi Amerika melakukan penghancuran Iraq
sesuai rencana, Amerika juga dengan sigap
berkoordinasi dengan Israel. Senin, 31 Maret lalu,
Colin Powell melapor kepada AIPAC (American Israel
Public Affairs Committee) -sebuah lembaga lobi Yahudi
yang sangat berpengaruh di mana Menlu Colin Powel
kemarin sempat mengancam Iran dan Suriah- untuk
mendiskusikan langkah-langkah ke depan.

Langkah koordinasi Amerika-Israel ini membenarkan
dugaan bahwa perang Irak ini bukanlah untuk
membebaskan rakyat Irak dari penindasan, tetapi untuk
meluaskan daerah jajahan Israel. Ini juga berarti
bahwa Irak bukanlah satu-satunya. Ada negara lain yang
menjadi target berikutnya untuk kepentingan zionisme
internasional. "Iraq itu cuma permulaan," begitu
kutipan New York Times. Ini bukan isapan jempol
belaka.

Majalah Esquire bahkan telah menyajikan secara
gamblang negara berikutnya yang menjadi target
berikutnya kebiadaban Israel melalui tangan kejam
Pentagon. Dalam artikelnya berjudul "The Pentagon's
New Map", ahli strategi Pentagon bernama Thomas P.M.
Barnett menunjukkan negara-negara yang menjadi burun
Amerika selain Iraq, Iran dan Korea Utara tak lain
kelompok The Axis of Evil (Poros Kejahatan Dunia)..

Beberapa negara yang menjadi target berikutnya,
ironisnya, justru yang sekarang membantu Amerika dalam
serangan ke Iraq, Qatar, Arab Saudi dan Yordania.
Negara lain yang ada dalam daftar adalah Republik
Demokratik Kongo, Libanon, Bahrain, Pakistan termasuk
Indonesia. Bersama Israel, negara-negara tersebut
dimasukkan dalam apa yang disebut oleh Pentagon
sebagai "Titik Panas yang Akan Datang". Bedanya,
Israel adalah titik panas yang akan datang yang harus
dibela oleh Amerika.

SaraLee, Pepsi, Palestina dan Libanon

Kejahatan kemanusiaan luar biasa (extraordinary
humanity crime) yang dilakukan koalisi Amerika di Iraq
atau di Palestina dan Libanon sekarang tidak lepas
dari ambisi Israel untuk meluaskan wilayah jajahan.
Michael Colin Piper, penulis buku "Final Judgment: The
Missing Link in the JFK Assassination
Conspiracy"menunjukkan bahwa keberingasan Amerika di
Iraq adalah untuk memenuhi lobi Israel.

Penulis yang juga pemikir asal Amerika ini mengatakan
bahwa perang ke Iraq bisa berjalan mulus, maka Israel
akan sukses menghapuskan wilayah Palestina dengan
mudah. Rencana terselubung nini tak lain berkenaan
dengan impian besar Israel -melalui tangan AS-untuk
memperluas wilayah jajahan.

Keganasan Israel -kali ini dengan meminjam tangan
Amerika-tidak lepas dari dukungan yang sangat besar
dari berbagai perusahaan. Di antara perusahaan yang
pernah memperoleh Jubilee Award -penghargaan tertinggi
Israel kepada perusahaan yang memberi sumbangan
terbesar untuk perjuangan Israel-adalah Coca-cola
Company dan SaraLee.

Berbeda dengan Coca-cola, inminds.com melaporkan bahwa
Pepsi bersikap angin-anginan. Sekedar catatan,
Coca-coal sudah berperan aktif untuk mendanai
kejahatan zionisme Yahudi secara konsisten sejak tahun
1966. Pada tahun 1997, Misi Ekonomi Pemerintah Israel
menganugerahkan kepada Coca-cola Company pada jamuan
makan malam Israel Trade Award atas dukungannya yang
penuh secara terus-menerus kepada ambisi Israel dan
atas perannya menolak keputusan boikot Israel dari
Liga Arab.

Bertolak-belakang dengan Coca-cola, Pepsi memberi
dukungan pada keputusan Liga Arab untuk memboikot
Israel yang berakhir pada bulan Mei 1991. Setahun
kemudian, yakni 1992, Pepsi menjalin hubungan dagang
dengan Israel.

Atas perannya yang sangat besar terhadap ambisi
Israel, belum lama ini diumumkan bahwa Coca-cola akan
membangun pabrik di atas tanah milik Palestina yang
dirampas oleh Israel. Tanah di Kiryat Gat untuk
pendirian pabrik Coca-cola ini sebagai imbalan atas
sumbangan bernilai jutaan dolar yang diberikan oleh
Coca-cola. Besarnya sumbangan Coca-cola ini sangat
ditopang oleh tingginya angka penjualan produk-produk
Coca-cola, serta banyaknya produk yang mereka
hasilkan.

Selain itu, masih sederet perusahaan raksasa yang
jelas-jelas banyak memberi andil pada Israel. termasuk
diantaranya; Starbuck cafe dan McDonald.  McDonald
mempunyai 30,000 restoran di 121 buah negara serata
dunia.  CEO Mc Donald, Jack M. Greenberg, adalah
anggota Dewan Perdagangan dan Industri Amerika-Israel.
McDonald Corporation adalah perusahaan yang ikut
menyumbang besar ekonomi dan diplomatik Israel.

Ada pula Nestle, yang produknya banyak dipakai di
Indonesia. Nestle pernah menerima Anugerah Jubilee
daripada Perdana Menteri Netanyahu. Selain Nestle,
pada tahun 1998, Roger S. Fineon, wakil Johnson &
Johnson, menerima anugerah serupa Jubilee daripada
Perdana Menteri Israel Netanyahu.

Jutawan Ronald Perelman pemilik perusahaan Revlon,
adalah seorang Zionis. Penyokong kuat Zionis.
Merupakan pemegang amanah  Simon Wiesenthal Center
yang menggunakan Holocaust untuk mendapatkan dukungan
Zionisme dan Israel.

Pendiri produk minya wangi Estée Lauder, Ronald
Lauder, aktif di beberapa organisasi Yahudi.
Diantaranya; the Conference of Presidents of Major
American Jewish Organizations, the Jewish National
Fund, the World Jewish Congress, the American Jewish
Joint Distribution Committee, the Anti-Defamation
League Foundation, the Jewish Theological Seminary,
Brandeis University, dan the Abraham Fund. Lembaga
dana ini dikenal membiayani Israel dan merampas tanah
rakyat Palestina.

Jika kemudian Israel bisa menaburkan senjata 'memburu'
dan menembak anak-anak dan wanita Palestina atau
Libanon, boleh jadi sumbangan besar para perusahaan
raksasa ini. Pertanyaanya, "Masihkah kita semua masih
merasa nyaman membelinya?". [M. Fauzil Adhim. Tulisan
ini pernah dimuat hidayatullah.com, Kamis, 03 April
2003. Tulisan  diperbaruhi lagi oleh redaksi]

lihat juga STARBUCK di:
http://www.ziopedia.org/content/view/578/1/


[Non-text portions of this message have been removed]



Tetap Semangat Mencintai Banten! 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/wongbanten/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


Kirim email ke