Punten ikut komentar sedikit.

Sebenarnya tidak seperti itu menangkapnya. Buahpun akan cepat busuk bila sudah 
sampai pedagang eceran maupun sampai di rumah. 

Semua ini berkaitan dengan teknologi packaging. Tidak mungkinlah buah-buahan di 
formalin -misalnya.

Salah satu yang saya tahu, mereka memetiknya pada usia yang seragam, misalnya 
80% sebelum panen.

Ada satu teknologi yaitu menggunakan campuran gas, untuk mematikan bakteri 
pembusuk yang akan merusak buah. Namun dengan kondisi buah itu belum terbuka 
packagingnya dan masih dalam cool storage.

Masuk akal kan. 

Saya ambil sampel produk lokal dengan teknologi packaging yang terbarukan.

Pisang cavendish yang banyak dipasaran, dikaki lima maupun super market, itu 
dipetik sebelum matang. Kemudian dibersihkan dan dimasukan ke dalam ruangan 
dengan menggunakan tekanan dan gas tertentu -yang ini justru untuk mematangkan.

Hasilnya bila masih dalam kardusnya dan dalam keadaan dingin seperti di dalam 
cold storage, maka si cavebdish masih berwarna hijau. Sesampainya di pedagang, 
cavendish di buka dan digantung. Nah jika digantung pagi hari, siang hari akan 
tampak menguning hingga malam hari telah kuning seluruhnya dan setelah 3 hari 
akan bonyok dan selanjutnya busuk.

Lanjut sedikit,

Pernahkah anda bayangkan berapa luas perkebunan jeruk di China? Saya sering 
jalan-jalan keliling Indonesia, selalu menemukan jeruk mandarin dimana-mana 
dalam jumlah yang berlimpah dan terus ada sepanjang tahun. Hanya rasa yang 
berubah setiap musimnya. Bila masam, masih terasa masam yang segar, bila manis, 
sangatlah manis segar. Dan bayangkan itu bukan cuma di Indonesia tapi di 
seluruh dunia dengan grade yang sedikit berbeda.

Sedangkan kita dengan jeruk Medan atau Pontianak sepertinya tidak mampu melawan 
diri sendiri dan alam. Padahal faktor alam dialami juga oleh China. Bila 
gelombang tinggi maka terhambatkah pasokan jeruk dari Kalimantan sehingga 
terjadi lonjakan yang lumayan dalam soal harganya. Rasanyapun tidak stabil, 
kebanyakan hanya manis jambu -10 brick.

Terlepas dari itu, di China pertanian itu sudah menjadi industri, sedangkan di 
Indonesia masih sebagai kultur -agroculture. Mesin-mesin pertanian dan 
kecanggihan pertanian masih jadi barang super mewah di tanah kita ini sehingga 
tidak mampu menekan biaya operasional yang tinggi.

jangan dengan China, kita ingat sewaktu impor beras dari Vietnam beberapa tahun 
lalu. Vietnam itu beli pupuknya di Indonesia. Terus masih ada ongkos angkut 
darat dan laut. Tapi harganya dapat jauh murah dibanding harga beras lokal. 
Trus kurang bagaimana lagi?

Alangkah arifnya jika kita instropeksi dan memperbaiki kinerja kita ketimbang 
kelabakan seperti itu.

Just For Share

Tabek



--- On Thu, 1/14/10, halim hd <halimh...@yahoo.com> wrote:

From: halim hd <halimh...@yahoo.com>
Subject: Re: [WongBanten] Hot News - Distanak Akan Cek Buah Impor
To: WongBanten@yahoogroups.com
Date: Thursday, January 14, 2010, 11:10 AM







 



  


    
      
      
      waaah, buah apa itu yang tahan berbulan-bulan.
ini salah kutip, atau memang ada buah seperti itu?
(saya juga pernah dengar ada buah yang bertahun
tahun tetap awet. tanya sama bontjees, pasti tahu,
buah ............ .....)

From: H. Asep Mulya <asepmu...@yahoo. com>
To: Wb WB <wongban...@yahoogro ups.com>
Sent: Thu, January 14, 2010
 11:03:43 AM
Subject: [WongBanten] Hot News - Distanak Akan Cek Buah Impor









 



    
      
      
      http://www.radarban ten.com/mod. php?mod=publishe r&op=viewarticle 
&artid=50851

Salam,                                                    H. Asep Mulya         
                     Distanak Prov. Banten                                      
                     M +62811120331 





    
     









      

    
     

    
    


 



  






      

Kirim email ke