Wcds,
1. Terlampir data seorang rekan Ekek-3 (Arsitektur ITB) yang berminat untuk gabung, kalau belum masuk milis kita agar bisa didaftarakan;
Nama:    Ir. H. Asdarianto Asmoeadji
Kantor:   GRIKSA CIPTA Konsultan & Perencana
Alamat:  Jl. Ampera III-23 Jakarta 12550
Tel/Fax.  021-7806162, 7891936
E-mail:   [EMAIL PROTECTED]
 
2. Kepada rekan administator milis Yon-1;
Ada beberapa posting saya yang kelihatannya tidak masuk ke milis ini, seperti yang disampaikan oleh server / provider saya (Radnet-Surabaya), yaitu pada tanggal tsb:
           April 26 2001 05:03 AM dan April 29 2001 05:20 AM.
Karena tidak balik ke e-mail saya, untuk sementara memang saya tunda bagi-2 berita dulu, saya pikir ada 'trouble' dengan milis ini atau dari pihak providernya, tetapi yang saya terima tetap lancar sedang yang saya kirim @group yang lain juga jalan tuh !
Bisa diperiksa penyebabnya? Mudah-mudahan yang ini bisa masuk.
 
3. Setuju dengan nama milis pakai huruf kecil semua saja yaitu  " [EMAIL PROTECTED]  "
'for the simple reason; easier to type with your left without touching the Shift and capital key, he he he !'
Untuk soal ini saya jadi teringat peristiwa sekelebat yang saya alami; coba di-telaah deh !
Tahun 1993-1995 saya sering sekali bolak-balik jalan Tol Jakarta-Purwakarta, kadang-kadang sehari sampai dua kali dan kebanyakan jalan sendiri.
Nah, ... kejadiannya begini; di pintu tol masuk atau keluar, kalau mau ngambil tiket-Tol atau bayar karcis, kita kan buka jendela kanan, ... tangan kanan sandaran di jendela supir dan ... tangan kiri saya yang nyodorin buat ambil atau bayar ! Saat-saat inilah ada saja penjaga kotak itu yang ... melotot, ... atau memperlihatkan raut muka tanda tanya, ... atau tersinggung, apalagi kalau udara lagi panas, ... antre berjubel, ... atau mukanya berpeluh tanpa AC, ... kita sih enak adem kedinginan di dalam mobil. Bahkan ada petugas yang ... sudah mau kasih tiket dengan tangan kanan-nya ... sampai menarik kembali dari pintu loket, ... memindahkan dengan tangan kirinya, ... lalu kembali nyodorin balik !
Buseeet, ... pikir saya ... bayangin, ... sama-sama berhadapan di kanan tapi ... salam tempel dengan tangan kiri ! Jadi masing-masing harus jinjit dari kursinya untuk menggapai tangan kawan (atau lawan). Bayangin saja posisinya seperti pasangan yang lagi ajojing, ha ha ha ... tapi dari dua ruangan yang terpisah !
Karena beberapa kali terjadi, suatu hari rasanya perlu dikasih pelajaran, ... bagaimana caranya ?
Saya catat jam dan kotak loket nomor berapa, dan pada jam dan jadwal hari yang sama, betul juga kejadian ini terulang 'by the same person', tapi kali ini saya sudah siap:
Begitu ada yang tidak mau terima dari tangan kiri saya, ... segera duit+karcis diikat dengan karet gelang dan dibuntel ke salah satu jari 'artificial' yang berwarna pucat kayak tangan mayat itu.
Nah baru sekarang dia yang terhenyak ! Mukanya langsung berubah dan ... minta maaf, ... yang saya timpali dengan ... "salam buat pak Dirut Jasa Marga, pak Kolopaking !"
Pernah juga karena lupa bawa karet gelang, ya saya tempel dengan bekas permen karet ke ujung jari kanan ini, ... bayangin mukanya yang berpeluh jadi merah coklat salah tingkah ambil duit dan tiket yang pating-tremplek bekas permen karet, ... alat otomat teller-nya bisa ngadat !
Kalau pas cewe ayu yang kena, senang sekali lihat mukanya berubah dari ... senyum standar menjadi senyum kecut, jadi semu merah, jadi pucat malu lalu terakhir jadi nyerah ... minta maaf !
Begitulah kejadiannya mungkin hanya berlangsung beberapa bulan, ... selanjutnya tidak ada yang menolak lagi. Kok begitu ?
Selidik punya selidik, ... rupanya karena merasa dikerjain dengan tingkah pola salah satu (atau mungkin lebih) dari pengendara yang lain dari yang lain, maka dalam rapat pengarahan dan bimbingan pelayanan kepada 'customer', di wanti-wanti alias siap-siap kalau ada kejadian yang sama, terimalah ... tetap dengan senyum.
Eh ... berikutnya tidak ada lagi yang balik kasih dengan tangan kiri-nya ! Bahkan waktu terima karcis saya malahan ada saja yang nyeletuk : 'Pak, kenalan dari direksi Jasa Marga ?' ... yang saya jawab ... 'kadang-kadang, ... biasanya sih ketemu di kantornya pak Radinal jalan Pattimura'
Padahal mah ... boro-boro kenal, baik Dirut, Dirjen, Menteri tahunya dari koran saja, he he he !
Begitulah, 'a simple case becomes part of the rules they have to hold !'
Buat old-ekek seperti saya, hilang deh kesempatan untuk guyonan di jalanan sejak itu.
Anda mau coba sebagai test-case ? Bungkus tangan kanan dengan sapu tangan atau kaos tangan, terus sodorin atau ambil tiketnya dengan tangan kiri, ... lihat reaksinya ... !
 
Wassalam,  joseph wardi.
 
 
--
--[YONSATU - ITB]------------------------------------------------------
On-line arsip : 
Moderator     : 
Unsubscribe   : 
--[POWERED BY MDAEMON!]------------------------------------------------


Anda terdaftar di List ini dg alamat : archive@jab.org

Kirim email ke