Menarik yah ceritanya ......., 
Masihkah kita ingat beberapa tahun yang lalu tentang metromini yang sarat
penumpang nyebur kekali (Sunter?). Sopir/kenek selamat..?, yang jelas banyak
penumpang yang menjadi korban.....

Nah analogi saat ini, akankah "bus-NKRI" bernasib seperti metromini
tersebut........?. 
Saat ini kita menumpang "bus-NKRI (Negara Kesatuan Republk Indonesi)" yang
notabene belum mengalami peremajaan sejak dimiliki tahun 1945, yang ada
hanya ganti sopir-kenek dan body bus hanya dicat ala kadarnya, sementara
trayeknyapun masih trayek lama padahal banyak tambahan jalan-jalan baru dan
ada jalan tol juga. 
saat ini "sang sopir" mengarahkan busnya menuju "Halim" (mungkin hanya sang
sopir yang tahu maksudnya..apa remnya blong, agar penumpang tidak panik?),
tetapi sayangnya "sang kenek" malah teriak-teriak "GAROGOL-GAROGOL" (artinya
jurusan Grogol). Bahkan melewati tikungan "sang kenek" diam tak bereaksi
tatkala penumpang minta bus agar berhenti, entah mungkin "sang kenek" tidak
mendengar atau tidak tahu harus berbuat bagaimana karena yang pegang kemudi
saat ini "sang sopir", apalagi "sang kenek" separo badannya saja "tidak
aman" bergelantungan pada bus yang sarat penumpang tsb,....bahaya lain
mengancam.

Sementara itu sebagian "penumpang" yang merasa lebih tahu dari yang lain dan
duduk paling depan saling berdebat (notabene penumpang yang kebagian "duduk
enak"), sebenarnya trayeknya itu apa sudah jelas dari mana-mau kemana-lewat
mana, atau cuma sekedar trayek Jakarta kota, atau trayek dari Priok ke
tengah kota, atau ke Halim, ke Grogol ....banyak macamnya. Lucunya penumpang
satu bus itu punya jurusan yang berbeda-beda sekalipun sama-sama naik dari
terminal Priuk (petunjuknya sama-samar), tetapi baru ketahuan setelah bus
melaju dengan kencang yang ternyata ada sekelompok orang yang ingin ke
Gerogol, Halim, Ragunan, TMII, Ancol ..dsb. 

Jadi yang pasti "sang sopir tembakan" (calon sopir lainnya tidak lolos ujian
SIM) pusing harus menentukan arah mana yang didahulukan, sementara "pedal
gas" dan "rem" hanya sopir yang tahu kondisinya saat itu. Apa sesuai trayek
yang masih perlu banyak di"amandemen", apa mengikuti kemauan sekelompok
penumpang yang suaranya kenceng banget, apa ngikuti kemauan seorang ibu yang
tidak tahan mau melahirkan, atau mengikuti kemauan
sendiri.....pusing..pusing..pusiiiinngggg (kata Pegy Melati Sukma). Sudah
gitu, masih aja ada kegaduhan lain, gara-gara ada penumpang yang kecopetan
yang sebelumnya didahului ledakan "petasan banting". Dibagian lain justru
sebagian penumpang tutup mulut dengan mata saling melotot satu sama lain
yang rupanya ada "tamu" yang tidak diundang dengan menabarkan aroma yang
tidak sedap (kentut kali yah...). Tambahan lagi ada pengasong dan pengamen
yang suaranya serak-serak parau menambah hingar bingarnya suasana dalam
"bus-NKRI". Sementara itu tersiar kabar dalam bus bahwa "pengawas bus" akan
memPHK "sang sopir" lantaran membawa bus dengan arah tidak sesuai "trayek"
yang seharusnya. Apakah gara-gara itu "sang sopir" mengendarai bus yang
membuat banyak penumpang cemas...entahlah..

Dengan suasana seperti itu, tentu kita sebagai penumpang hanya bisa berharap
dan berdoa kepada "Tuhan Yang Maha Kuasa" semoga kita selamat sampai tujuan
akhir bus yang saat ini dikemudikan "sang sopir". Jadi jangan berpikir dulu
tujuan masing-masing ke TMII, Ancol, Ragunan dsb, apalagi berharap pada
"sang kenek" menggantikan "sang sopir" yang cuma bisa bergelantungan pada
pintu bus, karena untuk masuk kedalam bus saja tentu tidak mudah dengan
penuh sesaknya penumpang.

Nah semoga "bus-NKRI" tidak bernasib seperti "metromini" bukan, karena kita
juga sebagai penumpangnya?
Marilah kita renungkan, dengan kondisi satu bus NKRI saja, kita akan sulit
terlepas dari kesulitan dan bahaya, lalu bagaimana kita sebagai anak bangsa
Indonesia yang saat ini kondisinya sangat jauh lebih komplek dari sekedar
gambaran bus NKRI tersebut?. Semoga "Tuhan Yang Maha Kuasa" masih menyayangi
kita umatNya untuk keluar dari bahaya dan krisis ini...amien.
Merdeka sekali tetap Merdeka!!!

Salam
Asodik  


-----Original Message-----
From: Abdul Sodik 
Sent: Friday, July 06, 2001 8:20 AM
To: [EMAIL PROTECTED]
Subject: FW: [PERTAMINA] Parachute & Pramuka


Untuk disimak sekedar mengendurkan otot dan syaraf .........(baca dulu
original message-nya biar nyambung). 
Untungnya yang ikut dalam pesawat dua orang Pramuka, buka Menwa yah?.
Coba kalau itu menwa, wah kita bisa tanya sama Pak Edy Christ atau Pak
Yoseph Wardi, kali aja mereka tahu ..he..he..^_^. 
Eh ngomong-ngomong "menwi" Yonsatu Mahawarman dulu (Ibu Awal-XIII dan Ibu
Teti-XIV), yang juga aktif di pramuka ITB pada kemana yah?. Saya yaqin
mereka tidak ikut dalam pesawat tersebut sebagai pramuka lho!. Dan kayaknya
yang banyak tahu Ibu Awal itu Pak Taufiq-Kiema yah, moga-moga aja kabar ini
saling sambung menyambung.

Salam
Asodik

-----Original Message-----
From: Nurzaman, Zam Zam [mailto:[EMAIL PROTECTED]]
Sent: Thursday, July 05, 2001 7:11 PM
To: Pertamina (E-mail)

                
Menarik sekali ceritanya! 
(bagi yang belum baca.., baca dulu original message-nya biar nyambung)  

Timbul pernyataan dan pertanyaan lanjutannya yaitu: 

Nah dua orang pramuka tersebut sengaja atau dengan tidak
sengaja membiarkan SI Akbar dan Si Amir  Kecebur,  seandainya Si Gusdur
berlaku serakah dan cari selamat sendiripun, hasilnya akan sama, yang jelas
siapapun salah satu masih di pesawat bersama dua orang pramuka. Maka dapat
ditarik kesimpulan yaitu:

Si Pramuka tadi merefleksikan sekelompok orang yang:
1. Pada awalnya bersifat menunggu atau tak punya keinginan, acuh
beybeh, disaat orang bakal hancur maka dia diam saja tidak mengingatkan si
bakal korban, toh akhirnya dia akan menangguk keuntungan dari kesialan orang
lain.
2. Memang si Pramuka sengaja menukarnya paling tidak Indonesia mungkin
bisa selamat jika yang hanya dipandu oleh satu kekuasaan, sehingga dia
berpikiran bakalan tidak ada yang gerecokin, (at least si dua pramuka jadi
pembantu tunggal, dan ujung-ujungnya jika harus menggantikan toh peluangnya
besar tinggal dia dan satu temannya lagi).

Tetapi sebetulnya si Pilot sudah ngomong dari awal bahwa
waktu yang tersedia hanya 5 menit, sebelum pesawat  crash, maka:
1. Setelah si Pilot memberikan maklumat sudah menghabiskan 1 menit,
lalu terjun dan mungkin paling besar kemungkinannya selamat (itupun kalau
jatuhnya di tempat yang enak, kalau tidak nyaman  ya belum selesai urusan)
3. Menit ke-dua habis dipakai Si Akbar dan lalu terjun bebas untuk mati
dengan parasut tertipunya
4. Menit ke-tiga habis dipakai Si Amir dan lalu terjun bebas dengan
parasut tertipunya, namun pesawat sudah makin rendah 
5. Menit ke-empat masih juga dipakai ceramah si Gusdur tentant poros
ini poros itu kepada dua orang Pramuka yang masih tinggal
6. Saat si Pramuka baru saja menerangkan surprise ke Om Gusdur  sembari
memilih dan mengenakan parasit  terbaik mereka masing-masing ternyata waktu
sudah menginjak waktu ke-lima........
7. ....dan Bum keburu crash tanpa sempat loncat atau membuka
payungnya....weleh-weleh...!! Akhirnya semua leading jargon politik hancur
dengan sendirinya dan Indonesia akhirnya hancur pula karena harapan terakhir
yang diharapkan dari si Pramuka ternyata belum sempat berbuat banyak keburu
terpuruk di situasi yang darurat...lalu gagal dan mati.   Kecuali keajaiban
salah satu dari mereka masih selamat namun itupun luka parah.  Ya....paling
tidak masih bisa merangkak berjuang cuma dibantu si pilot yang notabene
mungkin murni  tak kenal politik.

Indonesia bakal stagnasi politik dan rev. ...
ol..?..amit-amit !!!  mudah-mudahan tidak terjadi, so kapan atuh mereka
sadar tujuan bersama???.  Kira-kira si dua Pramuka tersebut menokohkan
kelompok siapakah gerangan....hayooo jawab??? 

Zammy



-----Original Message-----
From:   Nugroho, Irawan
[mailto:[EMAIL PROTECTED]]
Sent:   Thursday, July 05, 2001 7:43 AM
To:     '[EMAIL PROTECTED]';'[EMAIL PROTECTED]'
Subject:        [BPST_EP_COMMUNITY] FW:[LulusanTFITB] Parachute


-----Original Message-----
From:   Wijaya, Paul 
Sent:   Thursday, July 05, 2001 7:01 AM
To:     Affandi, Wahyu; Agustina; Assaat,Iqbal; Gauzali, Doddy; Ilham,
Eramsyah; Nugroho, Irawan; Nur,Dwitra; Suwita, Arief; Zainuddin
Subject:        FW: [LulusanTFITB] Parachute



PARASUT
Dalam suatu penerbangan dengan pesawat
Kepresidenan, selain Presiden Gus Dur, ikut terbang pula Amien Rais, Akbar
Tanjung, dan dua orang aktivis Pramuka.

Terulanglah peristiwa Gus Dur sewaktu
berkunjung ke Australia; pesawatnya kerusakan lagi. Tetapi kali ini sangat
gawat. Tidak mungkin lagi dilakukan pendaratan darurat. Dalam hitungan
kurang lebih lima menit lagi pesawat itu pasti jatuh. Lebih gawat lagi, di
dalam pesawat tersebut hanya ada lima buah parasut. Kemudian ditambah
seorang pilot sehingga mereka menjadi enam orang.

Yang pertama kali beraksi adalah pilot.
Dengan cepat, dia mengenakan parasutnya, dan berkata, "Pesawat ini akan
segera jatuh. Harapan kalian semua segera memakai parasut masing2". Lalu,
dia pun meloncat keluar pesawat bersama parasutnya.

Akbar Tanjung pun sigap. Segera dia
menyambuar sebuah parasut di dekatnya, kemudian dengan ter-buru2 dan raut
muka yang sudah pucat, ia berkata," Sebagai Ketua DPR, saya masih harus
memimpin sidang2 penting DPR. Apalagi, DPR masih belum merampungkan 200 RUU.
Tanggung jawab saya masih sangat besar. Maka, mohon maaf, saya harus
menyelamatkan diri". Akbar pun segera melompat keluar dari pesawat dengan
parasut.

Amien Rais pun tidak mau kalah cepat.
Setelah dengan ter-gesa2 memakai parasut yang diambil di dekatnya, ia
berkata, "Sebagai Ketua MPR, 1 Agustus nanti, saya harus memimpin Sidang
Istimewa MPR. Mungkin pula akan memimpin sidang istimewa untuk memilih
Presiden dan Wakil Presiden baru. Mohon maaf, negara masih sangat
membutuhkan saya". Loncatlah Amien dari badan pesawat dengan menggunakan
parasut.

Tinggalah sekarang Gus Dur bersama dua orang
Pramuka.  Sedangkan, parasut tinggal dua buah. Lalu Gus Dur pun dengan
pasrah berkata kepada kedua orang pramuka itu.  "Saya ini sebenarnya boleh
dikatakan terbujuk oleh Poros Tengah sampai bisa menjadi Presiden, dan
menggeserkan Mbak Mega yang seharusnya lebih berhak daripada saya. Saya
tidak bisa melihat. Berjalan pun harus dituntun. Mungkin lebih baik, saya
berhenti menjadi Presiden dengan ikut pesawat ini jatuh. Saat ini tinggal
dua parasut. Kalian berdua masih muda dan menjadi harapan bangsa di masa
depan. Pakailah kedua parasut, dan selamatkanlah diri kalian sebelum pesawat
ini jatuh, dan hancur".

"Tenang Gus Dur," kata salah seorang dari
kedua orang Pramuka itu. "Kita sebenarnya masih punya empat buah parasut.
Tadi, dua parasut yang dipakai Pak Akbar dan Pak Amien Rais sebenarnya
adalah ransel pramuka kami berdua," ujarnya.

To unsubscribe from this group, send an
email to:
[EMAIL PROTECTED]
<mailto:[EMAIL PROTECTED]> 
                                 

Your use of Yahoo! Groups is subject to
http://docs.yahoo.com/info/terms/ <http://docs.yahoo.com/info/terms/>  
                                

 

Your use of Yahoo! Groups is subject to http://docs.yahoo.com/info/terms/ 

-- 
--[YONSATU - ITB]------------------------------------------------------
On-line arsip : <http://yonsatu.mahawarman.net>
Moderator     : <mailto:[EMAIL PROTECTED]>
Unsubscribe   : <mailto:[EMAIL PROTECTED]>
-----------------------------------------------------------------------


Kirim email ke