Saat menghadapi tantangan jaman, selalu ada yang 3 sikap utama yaitu dinamik, hati-hati dan pasrah. Untuk kasus BLBI ini, pak Sodik mengambil sikap pertama dan pak Syafril cenderung ke sikap kedua. Saya pikir keduanya benar, hanya yang diperlukan sekarang adalah perasaan saling mendukung berupa tolerasi yang tinggi dengan tidak melontarkan tanggapan yang negatip. Sejarah menunjukan sikap dinamik yang sering dianggap konyol kadang-kadang telah memberikan perubahan ke arah yang lebih baik walaupun ada juga yang berantakan. Sebaliknya sikap hati-hati memberikan kontrol yang sangat baik tetapi juga bisa nggak jalan-jalan alias berhenti- no progress. Nah yang perlu mendapat perhatian itu adalah yang mengambil sikap ketiga.....pasrah
Salam, Nugroho -----Original Message----- From: Syafril Hermansyah [mailto:syafril@;dutaint.co.id] Sent: Wednesday, October 23, 2002 10:59 AM To: [EMAIL PROTECTED] Subject: [yonsatu] Re: ANAK BANGSA CINTA DAMAI (ABCD) On Wed, 23 Oct 2002 04:20:49 +0100 (BST) abdullah sodik <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > Aaahhhh sayang sekallliiiii... > Semoga saja "old Ekek never die" tidak hanya sekedar slogan di depan para > kader yang cenderung pada posisi "selalu salah". Ketika Diklatsar, para > pelatih selalu berkata "jangan makan tulang kawan". Menurut saya, rasanya > ungkapan itu adalah mengajak para kader, jika nantinya terjun di tengah > masyarakat agar senantiasa "setia kawan" dalam hal yang baik. Nah, saat > inilah menurut saya adalah saat yang tepat kita menderma baktikan tenaga dan > pikiran kita sebagai anak bangsa cinta damai untuk berbuat "setia kawan" > demi tanah air, yang saat ini sedang dilanda tragedi BLBI (Bom Legian Bali > Indonesia). Apakah setia kawan berarti 'bermain' di tempat yg tidak kita kuasai ? Apakah dharma bhakti berarti harus ikut bermain politik ? > Pada saat ini negara-negara asing berebut masuk ke Indonesia > berkaitan dengan penyelidikan dan pengungakapan BLBI dan tidak ketinggalan > Australiapun sampai-sampai berkeinginan "aneh" akan mendirikan kantor > intelejen di Jakarta. Ternyata "lebih aneh lagi", cara berpikir kita sebagai > anak bangsa yang dulu sering "dicekoki" untuk berbangga sebagai "mahasiswa > plus" malah memilih untuk sibuk memikirkan diri sendiri (membahas masa depan > Resimen mahasiswa). Kalau keberadaan Anda tidak diakui dunia, apakah dunia akan mendengar suara Anda ? > Padahal yon satu sering memberikan contoh yang baik > dengan ikut memikirkan nasib bangsa asing (ke Timur Tengah, Kamboja dsb), > sementara di saat bangsa sendiri membutuhkan uluran pikiran dan tenaga kita > (sementara "pihak" yang memanggul senjata sudah ada) kita malah berdalih > bahwa Sumpah pemuda adalah lahan politik praktis. Apa dampaknya kalau Sumpah itu 'dikumandangkan' ? Kan cuma 'abab' doank, siapa yg mau mendukung (kalau politikus harus hitung-2x an soal dukungan) ? Siapa yg akan menindaklanjuti ? > Kita jangan mempermasalahkan Sumpah Pemudanya (seharusnya kita berterima > kasih pada para pahlawan kita dahulu yang mempersatukan "kita" bangsa > Indonesia), tetapi pada saat Sumpah Pemuda itulah moment yang tepat untuk > mempersatukan berbagai elemen bangsa agar tetap menjaga keutuhan dan > persatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Apa salahnya, jika yon satu > yang mengambil prakarasa, bukankah hal ini bagian dari "bela negara" dan > merupakan salah satu dari Tri Dharma perguruan tinggi yaitu pengabdian pada > masyarakat?. Kenapa tidak lewat jalur Alumni ITB saja ? > Memang, hal ini tidak memberikan keuntungan materi duniawi, malah sebaliknya > kita harus siap berkorban demi nasib bangsa dan negara. Apa yg siap Anda korbankan ? Pekerjaan, Keluarga, Teman... ? Please be realistic.... Salah seorang teman alumni elektro-itb menulis (saya kutip) : ---begin quote--- From: azis <[EMAIL PROTECTED]> To: "'[EMAIL PROTECTED]'" <[EMAIL PROTECTED]> Reply-To: [EMAIL PROTECTED] Subject: [el77itb] Re: teror asin Date: Mon, 21 Oct 2002 17:05:30 +0700 Setuju rekans, Memang seperti yg sering dikatakan oleh Aa Gym di TV, kalau kita menginginkan perubahan yg besar, kiatnya 3 M (Mulai) : 1. Mulai dari diri sendiri, yg akan bisa menjadi agen perubahan di lingkungan kita (keluarga) dst 2. Mulai dari yg kecil 3. Mulai saat ini --- end of quote --- -- syafril ------- Syafril Hermansyah<[EMAIL PROTECTED]> --[YONSATU - ITB]---------------------------------------------------------- Online archive : <http://yonsatu.mahawarman.net> Moderators : <mailto:yonsatu-moderators@;mahawarman.net> Unsubscribe : <mailto:yonsatu-unsubscribe@;mahawarman.net> Vacation : <mailto:listar@;mahawarman.net?BODY=vacation%20yonsatu> 1 Mail/day : <mailto:listar@;mahawarman.net?BODY=set%20yonsatu%20digest> --[YONSATU - ITB]---------------------------------------------------------- Online archive : <http://yonsatu.mahawarman.net> Moderators : <mailto:yonsatu-moderators@;mahawarman.net> Unsubscribe : <mailto:yonsatu-unsubscribe@;mahawarman.net> Vacation : <mailto:listar@;mahawarman.net?BODY=vacation%20yonsatu> 1 Mail/day : <mailto:listar@;mahawarman.net?BODY=set%20yonsatu%20digest>