Seperti sang suami, Anna Noviana mengaku rela ayah kedua anaknya 
ditahan demi tegaknya Islam. "Ya, tidak apa-apa. Bagi saya 
kepentingan umat dan masyarakat banyak lebih diutamakan. Ini 
perjuangan. Dia sangat tegar dan hebat," kata Anna ramah. 

>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>.

ah,bininyahpun udah bener2 kena racun uler ijoh!!


Bayangin hajah...

Kecil sakkolah di kepastoran katolik,

besarnyah tetep hajah..ULER IJOH.

jadi ituhlah pengaruh racun uler ijoh,

sakkali matok anakmu,

mangka jadilah diah..SAMPAR MASARAKAT.

dimana anak binipun,ketularan racun uler ijoh.

NAH..INIH YANG DISENGBUT PENYEBAR KEBENCIAN ITUH,PAN!!

Satu ujud manungsa berugamak,

yang keracunan uler ijoh,

JADI BUAS,DAN LICIN MACEM ULER,

yang enggak gampang ke tangkep pulisih pemalesan??

HEHEHEH..LALU APAH LAGIH,JINGKALAO

udah bacak ayat ayat saytonnyah..

MANGKA DI MUNGKA MATA KITAPUN,

KAMU TAK MUNGKIN KELIATAN?? BENER BENER HEIBAT

ULER IJOH ITUH,BUKAN?


Kamis, 12 Juni 2008,

 
Lima Hari Pelarian Munarman dari Kejaran Polisi 


Ke Mana-Mana Bawa Tas Isi Kaus-Sabun Mandi
Jadi buron polisi hingga ke Jawa Timur, Munarman malah mengaku tidak 
pernah bersembunyi. Panglima Komando Laskar Islam itu tetap tinggal 
di Jakarta. Bahkan, dia masih bisa ikut demo di depan Istana 
Merdeka. Apa saja kegiatannya selama lima hari buron?

AGUS SRIMUDIN, Jakarta 

HALAMAN gedung Direktorat Reserse Kriminal Umum (Direskrimum) Polda 
Metro Jaya, Selasa (10/6) sore tampak ramai. Puluhan wartawan 
berjaga-jaga di halaman. Di ruangan, Munarman, salah seorang buron 
paling dicari yang menyerahkan diri secara suka rela pada malam 
sebelumnya, menjalani pemeriksaan. 

Meski disebut sebagai panglima Komando Laskar Islam di bawah Front 
Pembela Islam (FPI) yang selama ini dikenal galak, sore itu Munarman 
masih mengenakan baju yang dipakai sejak menyerahkan diri. Yakni, 
kaus Polo bergaris-garis berwarna cerah dan celana gelap. Tak ada 
satu pun atribut FPI yang menempel. Rambutnya pun disisir rapi 
seperti biasanya. 

Wajahnya tampak cerah. Padahal, sore itu juga dia segera menghuni 
sel di Direktorat Narkoba Blok D, satu gedung dengan Ketua FPI (FPI) 
Habib Rizieq Shihab yang ditahan beberapa hari sebelumnya. 

"Wah, apo kabar?" sapa Munarman kepada Sumatera Ekspress (Grup Jawa 
Pos) dengan dialek Palembang, Sumatera Selatan, tempat kelahirannya. 
Saat itu mantan ketua Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia 
(YLBHI) tidak sendirian. Dia ditemani sang istri, Anna Noviana, 37, 
yang hamil enam bulan, dan kedua anaknya, Rio Mohamad Al-Fares, 11, 
dan Rinaldo Mohamad Montazeri, 9.

Senada dengan sang ibu yang berjilbab putih, kedua anak Munarman 
juga memakai baju koko dan kopiah haji. Bukan hanya itu. Sejumlah 
advokat di antara lebih 60 pembelanya ikut menemani. Mereka, antara 
lain, Syamsul Bahri Radjam SH, Nazori Doak Achmad SH, Lukmanul Hakim 
SH, Unggul Cipta SH, Eka Rahendra SH, Zen Smith SH, Eti Gustina SH 
(direktur LBH Palembang), Sri Lestari Kadaria SH, dan Aprili Firdaus 
SH.

Kepada Sumatera Ekspress, Munarman mengakui, sejak ada insiden FPI 
dengan Aliansi Kebangsaan dan Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan 
(AKKBB) dia pernah berencana ke Palembang. Namun, setelah membaca 
koran dan nonton televisi bahwa namanya masuk dalam DPO (daftar 
pencarian orang) Polri, dia mengurungkan niat itu. 

"Saya cuma menunggu waktu yang tepat untuk menyerahkan diri. Saya 
bukan pengecut. Saya akan menyerahkan diri setelah SKB (surat 
keputusan bersama) pembubaran Ahmadiyah diteken. Tapi, saya minta 
SKB itu dilanjutkan menjadi keppres," kata lulusan Fakultas Hukum 
Universitas Sriwijaya itu.

Meski tak pulang ke rumah di Jakarta, mantan pengurus LBH Aceh, 
koordinator Kontras (Komisi Orang Hilang dan Korban Kekerasan) Aceh, 
kepala operasional LBH Palembang, sekretaris Walhi (Wahana 
Lingkungan Hidup) Sumsel, dan anggota komisi penyelidik pelanggaran 
HAM Trisakti, Semanggi I dan Semanggi II tersebut mengaku tidak 
pergi ke mana-mana.

Munarman "lari" dari hotel, mal, hingga tempat keramaian di Jakarta 
Selatan dan Jakarta Timur. Bahkan, dia masih sempat bergabung saat 
ada demonstrasi di depan Istana Presiden dan Mapolda Metro Jaya yang 
melibatkan ribuan anggota FPI, FBR, serta sejumlah elemen hingga 
memacetkan sejumlah ruas jalan ibu kota.

Kok bisa tidak ketahuan polisi? "Saya baca (Alquran) Surat Yaasin 
ayat 9. Surat itu saya baca beberapa kali," kata pria kelahiran 16 
September 1968 itu. Munarman lalu mengucapkan bunyi ayat 9 surat 
itu: Waja'alnaa mimbaini aidihim saddau wa min kholfihim saddan fa 
aghsainahum fahum laa yubshiruun. Artinya, Dan Kami (Allah) jadikan 
di hadapan mereka sekat (dinding) dan di belakang mereka juga sekat, 
dan kami tutup (mata) mereka sehingga mereka tidak dapat melihat. 

Munarman mengaku tersenyum ketika membaca koran dan nonton siaran 
televisi yang memberitakan dirinya tewas di Batujajar, Jawa Barat. 
Juga penyisiran yang dilakukan aparat dan sebuah organisasi di Jawa 
Timur, serta sejumlah daerah lain. 

Saat ditanya dampak penyerbuan FPI kepada massa AKKBB yang membuat 
dia masuk tahanan, Munarman mengaku bisa menerima. "Ya, ndak apa-
apa. Yang penting Islam tidak dinodai, dan saya minta Ahmadiyah 
betul-betul dibubarkan. Saya juga ingin mengklarifikasi, seolah-olah 
orang yang saya pegang di Monas 1 Juni itu saya cekik, padahal dia 
itu yang saya lindungi," katanya.

"Demi Allah, demi Rasul, Ustad Habib Rizieq tidak ada di tempat 
ketika terjadi peristiwa Monas. Jadi, bebaskan Habib Rizieq. Biarlah 
saya yang mempertanggungjawabkan ini," tambahnya. 

Melihat istrinya yang hamil enam bulan, Munarman tak begitu yakin 
bisa menyaksikan kelahiran anak ketiganya yang diperkirakan pada 
September mendatang. Tapi, dia sangat yakin istrinya kuat menghadapi 
semua itu. "Biarlah, insya Allah tidak apa-apa. Saya yakin Allah 
akan menjaganya," ujar Munarman sambil menoleh kepada sang istri. 

Ditanya soal siapa yang mengubah dirinya (dari aktivis pembela 
keadilan dan HAM) menjadi aktivis Islam "garis keras", Munarman 
semula hanya tertawa. Termasuk ketika ditanya apakah "tokoh" yang 
mengubahnya itu Ustad Abu Bakar Ba'asyir yang ikut menjenguknya di 
Mapolda.

"Saya belajar Alquran sejak SMP. Saya memang bukan dari pesantren, 
tapi terus memperdalam ajaran Islam dan Alquran," kata alumnus SD 
dan SMP Xaverius I, SMA Negeri 2 Palembang itu.

Selama dalam pelarian, Munarman mengaku tidak sempat membawa pakaian 
dari rumah. Karena itu, dia membelinya di mal. "Saya beli, lihat 
mereknya, ayo lihat. Ini ada kaus empat stel, kaus dalam juga ada, 
perlengkapan mandi. Ini hanya dalam satu tas ini," katanya sambil 
memperlihatkan tas merek hipermarket Giant yang dibawa selama 
pelarian. 

Munarman juga mendapat dukungan "pembela" dari kampung halaman. Eti 
Gustina SH, direktur LBH Palembang, tiba Selasa pagi di Jakarta 
bersama enam rekannya. Mereka adalah Sri Lestari Kadaria (advokat 
yang juga ketua Walhi Sumsel), Aprili Firdaus Sakamta, Bambang 
Herianto, Gabriel H. Fuady, dan Inggaris Nugroho.

Soal LBH Palembang mendukung Munarman -bertolak belakang dengan 
induk organisasinya, YLBHI, yang mendukung AAKBB-, Eti menegaskan 
tidak ada larangan mengenai siapa yang bisa didampingi LBH. "Bapak 
Munarman mempunyai hak-hak selaku tersangka serta mendapat jaminan 
dan perlindungan dari negara," katanya.

Seperti sang suami, Anna Noviana mengaku rela ayah kedua anaknya 
ditahan demi tegaknya Islam. "Ya, tidak apa-apa. Bagi saya 
kepentingan umat dan masyarakat banyak lebih diutamakan. Ini 
perjuangan. Dia sangat tegar dan hebat," kata Anna ramah. 

Kendati usia kandungan anak ketiganya sudah enam bulan, Anna tak mau 
menyerah. "Insya Allah sudah siap. Ini perjuangan demi tegakkan 
Islam. Tentang kasus hukum yang dihadapi, saya yakin dengannya. 
Apalagi, dia dibantu rekan-rekannya yang jumlahnya sangat banyak," 
katanya. 

Anak sulung Munarman, Rio Mohamad Al-Fares, terlihat tegar melihat 
ayahnya ditahan. Rio menjawab ramah saat diminta memperkenalkan 
diri. "Saya kelas lima SD, Kak. Kalau adik kelas tiga," katanya. (el)
>>>>>>>>>>>>"



Kirim email ke