Lambang Bulan Sabit dan Bintang dalam Tradisi Islam

Dari Faithfreedompedia

Langsung ke: navigasi, cari



Patung pria itu adalah Raja Babilon Nabonidus. Lihat lambang di sebelah 
kanannya yang adalah lambang Bulan Sabit dan Bintang.
Lanjutan dari : Hilal bin Sahar = Dewa Bulan Sabit
Nama BABEL pun muncul lagi kemudian dalam nama negara adikuasa Babilonia 
sekitar tahun 1700 SM. Kali ini si Babel benar-benar muncul dalam bentuk Dewa 
Bulan yang bernama Sin. Diperkirakan Raja Babilon yang pertama kali menyembah 
Dewa Bulan adalah Nabonidus (555-539 BC). Dia mendirikan kuil Dewa Bulan di 
Harran. Kalian tentunya pernah lihat gambar ini.:
Sejarah mengatakan bahwa Nabonidus pernah tinggal di oasis subur di Temâ, 
Arabia selama tujuh tahun. Tentunya saat itu pula dia menyebarkan kepercayaan 
menyembah Dewa Bulan di daerah Arabia. Taurat dan Tanakh beberapa kali menyebut 
anak2 perempuan Babilon. Yang dimaksud dengan anak2 perempuan Babilon itu 
adalah pecahan dari kepercayaan masyarakat Babilon.
Jadi penyembahan terhadap Dewa Bulan di Timur Tengah sudah berlangsung lama 
sekali sebelum jaman Islam. Konsep dan nama Dewanya bisa bermacam-macam, tapi 
yang disembah tetap sama yaitu Bulan di langit. Misalnya, dewa bulan di Simeria 
dan Babilon dikenal dengan nama Sin atau Nana. Nama dewa Bulan di Pantheon 
Minea adalah Wadd (Hitti, 2002, hal. 97–98 ). Nama dewa Bulan bagi masyarakat 
Sabean adalah Almaqah. Nama2 lain dari Allah adalah Ilu bagi orang2 Babylon dan 
Assyria, El bagi orang Kanaan, dan [[Ilah]] bagi orang Arab tengah (Walker, 
2004, p. 420). Masyarakat Nabasia juga menyembah Allah, dan juga dua dewa lain 
yang lebih rendah derajatnya yakni [[ar-Rahman]] dan [[ar-Rahim]]. Baik 
ar-Rahman maupun ar-Rahim dipuja bersama sebagai lambang kehormatan dan 
kemuliaan. Herannya Qur’an juga menyebut kedua nama dewa Pagan ini, meskipun 
menganggap kedua nama ini milik Allah. Surat pertama Qur’an (Surat Fatihah) 
menyebutkan kedua nama itu. Juga Surat 19
 (Sura Maryam) didominasi oleh nama-nama kedua dewa tersebut.
Dewa Bulan atau Allah Ta’ala
Di jaman pra-Islam, Dewa Bulan Hubal atau Allah Ta’ala adalah dewa tertinggi 
bagi masyarakat pagan Quraish. Allah Ta’ala versi Quraish beristri dan beranak 
Allat, Uzza dan Manat. Muhammad tidak suka akan konsep ini, karena dia 
dipengaruhi konsep satu tuhan dari agama2 Yahudi, Kristen, Hanif, Zoroastria, 
dll. Meskipun begitu, konsep satu tuhan yang dimengerti Muhammad sangat berbeda 
dengan konsep satu tuhan dalam agama Yudaisme dan Kristen. Keterangan tentang 
ini telah ditulis panjang lebar oleh Duladi.
Jika Dewa Bulan Quraish beranak beristri, maka Dewa Bulan punya Muhammad tidak 
suka beranak sebab tidak bisa/mau cari istri. Ingatlah Q 6:101. Jika dulu Dewa 
Bulan versi Quraish bertoleransi terhadap agama lain, Dewa Bulan versi Muhammad 
sangat anti agama lain. Rupanya si Hilal tidak suka dengan pandangan toleransi 
masyarakat Quraish terhadap agama lain, sehingga dia merasa perlu mengutus 
nabinya untuk bikin konsep agama Dewa Bulan baru yang lebih ganas, lebih 
memaksa, lebih keras terhadap umatnya sendiri, apalagi terhadap umat lain!!
Karena banyaknya nama2 Dewa Bulan di Jazirah Arabia, Muhammad perlu menambah 
gelar Dewa Bulan miliknya agar tidak tertukar dengan Dewa2 Bulan yang lain: 
Allah Subhanahu wa ta'ala (SWT).
Bukti-bukti Sejarah
Perlu diperhatikan bahwa lambang Islam selalu konsisten dengan nama dewanya, 
yakni Hilal bin Sahar, sang Bulan Sabit dan Bintang. Lambang Islam itu sudah 
lama dipakai sejak jaman Muhammad sampai detik ini. Ini bukti2nya:



Simbol bulan bintang di mata uang kuno Arab.
Lihat simbol-simbol bulan bintang di mata uang kuno Arab di jaman Arab 
Sassania, tahun 686M, beberapa puluh tahun saja setelah Muhammad wafat di tahun 
632 M. Lambang bulan bintang itu terus bermunculan di berbagai uang logam Islam 
sampai detik ini.
Juga perhatikan bentuk-bentuk perhiasan dari jaman Fatimid di Mesir dan juga 
Syria di abad ke-11 M. Tidak salah lagi bahwa itu adalah bentuk bulan sabit, 
lambang dewa Islam.
http://www.metmuseum.org/toah/ho/07/nfe/hob_30.95.37.htm
http://www.metmuseum.org/toah/ho/07/wae/hod_1979.278.2ab.htm


Baju perang prajurit Muslim di jaman Islam Persia. Helmnya jelas berbentuk 
lambang bulan sabit dan bintang, simbol Islam.

Keping logam dari Kalifat Umayyah, tahun 760M. Jauh sebelum Islam menaklukkan 
Byzantium.

Juga lihat dipucuk kubah dan menara madrasah yang menempel di mesjid Al-Azhar, 
Kairo, Mesir. Lambang bulan sabit ternyata sudah lama digunakan Muslim, jauh 
sebelum Muslim menjajah Byzantium.





Illustrasi gambar mesjid dengan menaranya yang bersimbol bentuk bulan sabit dan 
bintang, simbol khas Islam.
Contoh barang-barang kuno di atas itu jelas menunjukkan Islam memang berlambang 
bulan sabit dan bintang, jauh sebelum Islam menjajah Kekaisaran Kristen 
Byzantium. Para Muslim modern rupanya malu mengakui simbol agama mereka sama 
persis dengan simbol penyembah dewa Bulan, sehingga mereka mengarang cerita 
bahwa lambang bulan sabit dan bintang diambil dari simbol Byzantium tanpa bisa 
menunjukkan bukti autentik apapun. Hanya para penyembah dewa bulan saja yang 
memakai lambang bulan sabit sebagai simbol agamanya.
Diperoleh dari 
"http://faithfreedom.frihost.net/wiki/Lambang_Bulan_Sabit_dan_Bintang_dalam_Tradisi_Islam";

Kirim email ke