Jane Iran itu adalah contoh negara Islam yang SDM nya apik dan ada 
kans untuk maju.Tapi kan ketok bahwa Kafir mati2-an ingin 
menghambatnya dg mengembargo.Coba kalau dia bukan negoro Islam gak 
mungkin kena embargo.

Shalom,
Tawangalun.

- In [EMAIL PROTECTED], "great pretender" 
<[EMAIL PROTECTED]> wrote:

 *GW guling guling membaca-nya Hahahaha, dan Juga jawaban geblek pak 
Ustad
hihihihi...*
**
*
http://www.eramuslim.com/ustadz/pol/6914113341-mengapa-orang-kafir-
lebih-maju-daripada-muslim.htm?rel
*
**

Assalamualaikum wr. wb.

Yth. Pak Ustadz,

Menyambung jawaban Pak Ustadz sebelumnya dari pertanyaan tentang 
menginap di
hotel orang kafir di ketika ibadah haji, saya ingin bertanya lebih 
lanjut
tentang hal tersebut. Kita ketahui bersama, bahwa hampir semua 
kemajuan ilmu
dan teknologi di dunia ini ditemukan dan dikuasai oleh orang kafir 
(baca
orang Barat), sebut saja mulai dari yang melekat di badan kita, misal 
jam
tangan, kacamata, handphone, dan lain-lain. Begitu juga internet, 
komputer,
mobil, pesawat, obat-obatan, dan banyak lagi. Mengapa orang Islam 
sendiri
malah tertinggal jauh?

Apakah ini memang "skenario Tuhan" seperti itu, ataukah kesalahan 
umat Islam
sendiri? Kalau kita mendengar berita dari Timur Tengah yang kebanyakan
negara Islam, yang kita dengar kebanyakan adalah perang dan 
pertumpahan
darah, perdebatan antar ulama, kekayaan dan harta yang melimpah dan
semacamnya, jarang dan hampir tidak pernah kita mendengar ada research
(penelitian) teknologi dan intelektual yang bisa bermanfaat untuk 
umat Islam
sendiri, apa sebab semua itu pak Ustadz?

Mengapa tidak ada ide, kekayaan yang melimpah di negara-negara Arab 
itu
digunakan untuk memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga 
tidak
semuanya dikuasai Barat seperti sekarang ini?

Atau mengapa kekayaan yang melimpah itu tidak digunakan untuk semacam 
dana
kemanusiaan di seluruh dunia, menolong penduduk miskin di Afrika, dan 
syiar
Islam lainnya yang berbasis perdamaian dan kemanusiaan yang 
teroganisir
dengan baik sehingga Barat akan kagum dan salut dengan Islam?

Di mana sebenarnya letak kesalahan tersebut?

Mohon penjelasan dan jawaban Pak Ustadz

Wassalamualaikum wr. wb.

Susi Wulandari
susiwlndr
Jawaban

*Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,*

Sebenarnya bukan karena umat Islam tidak mampu menciptakan berbagai 
macam
teknologi maju. Sebab kalau kita teliti, tidak sedikit di antara umat 
Islam
yang cerdas, pandai serta berstatus ilmuwan.

Contoh yang paling mudah di negeri kita sendiri. Kita punya Prof. Dr. 
Ing.
BJ. Habibie, yang pakar di bidang pembuatan pesawat terbang. Dahulu 
beliau
sudah pernah membuat banyak berbagai jenis pesawat terbang. Kepakaran 
beliau
sangat dihargai oleh para ahli di Eropa, bahkan pabrik pesawat 
terbang di
manca negara pun mempercayakan pembelian sparepart dari negeri kita. 
Kalau
bikin pesawat terbang saja bisa, tentu kalau sekedar bikin mobil atau 
motor
bukan perkara sulit.

Tapi lantaran pergolakan politik, nyaris semua terobosan itu bubar 
jalan.
IPTN atau PTDI berubah dari pabrik pesawat menjadi pabrik panci. Kita 
tidak
pernah punya mobil nasional kecuali hanya membeli dari luar dan 
diganti
mereknya.

Kita juga punya ahli di bidang IT semacam pak Onno W. Purbo dengan ide
cemerlangnya. Misalnya tentang akses internet murah buat seluruh 
bangsa
Indonesia, di mana sekalian bisa digunakan untuk bertelepon ke 
seluruh dunia
24 jam tanpa biaya. Sayangnya orang seperti beliau malah tersingkir.

Putera bangsa kita juga bisa buat akses internet hanya dengan
memanfaatkankabel listrik. Bayangkan, dengan cara begitu, nyaris 
seluruh
penduduk bisa terkover dengan internet.

Belum lagi penemuan lain seperti pemanfaatan minyak jelantah sebagai
pengganti bahan bakar minyak (solar), yang sudah terbukti sangat 
ekonomis.

Bukankah para hacker di negeri ini sangat terkenal dengan berbagai
prstasinya menjebol berbagai macam sekuriti sistem? Bahkan situs KPU 
pun
dengan mudah bisa digerayangi. Selain itu, dalam kasus carding pun 
bangsa
kita sangat terkenal di manca negara. Ini membuktikan bahwa kita sama 
sekali
tidak tertinggal di bidang IT, meski contoh ini bukan dari jenis yang 
baik.

Dan yang paling menarik adalah pernyataan Prof. Dr. R. P. 
Koesoemadinata,
mantan guru besar Geologi ITB dan pemimpin tim eksplorasi Blok 
Cepudari
HPG,..." proses penelitian sampai penentuan titik lokasi bor (ladang 
minyak
Cepu) adalah 100% dilakukan sumber daya manusia Indonesia sendiri. 
Mobil Oil
hanya menelaah ulang hasil jerih payah penelitian ini, dan akhirnya
menyetujui untuk melakukan pengeboran."

Itu artinya bahwa SDM bangsa kita sebenarnya sangat mampu untuk 
melakukan
eksplorasi sendiri di bidang perminyakan, tidak perlu bergantung 
kepada
bangsa lain.

Pendek kata, kita sesungguhnya pandai dan kaya dengan beragam 
terobosan di
bidang iptek. Tapi yang seringkali menjadi kendala justru pada masalah
kebijakan pemerintah. Orang menyebutnya *good will* dari yang punya
kekuasaan. Dan biasanya, semua itu sangat dipengaruhi oleh para 
pemilik
modal dan pemain bisnis. Bahkan bukan tidak mungkin juga faktor 
kepentingan
negara lain, meski lewat tangan-tangan tersembunyi.

Bukankah bangsa Indonesia tadinya punya berbagai macam perusahan 
berbasis
teknologi? Tapi sekarang sudah bukan milik kita lagi, lantaran adanya
kebijakan privatisasi yang sangat merugikan.

Maka demikianlah kejadiannya. Bangsa-bangsa muslim bukannya tidak 
punya para
ahli di bidang teknologi, tapi yang sangat menjadi masalah justru 
kebijakan
para penguasa di negeri-negeri muslim itu sendiri. Entah karena pola
pikirnya atau karena tekanan pihak luar.

Bagaimana dengan SDM muslim dari negara Arab?

Nasibnya tidak jauh berbeda. Kita ambil contoh sederhana, Mesir. 
Negeri itu
punya doktor dan saintis yang luar biasa kualitas dan kuantitasnya. 
Tapi tak
satu pun yang 'dipakai' oleh pemerintahan mereka sendiri. Akhirnya, 
mereka
pun bekerja di berbagai negara lain. Maka yang rugi sebenarnya 
pemerintah
mereka sendiri, tentunya termasuk rakyatnya juga.

Maka kesimpulannya mungkin sederhana saja, rupanya meski umat Islam 
punya
begitu banyak SDM berkualitas serta potensi alam yang luar biasa, tapi
selama masih dipimpin oleh 'antek-antek kapitalis' yang fikrahnya
berantakan, sampai kapan pun bangsa-bangsa Islam tidak akan pernah 
bangkit.
Selama pemegang kebijakan hanyalah orang-orang yang tidak punya
nasionalisme, apalagi ghirah ke-Islaman yang benar, maka selama itu 
punya
bangsa kita masih akan terus terpuruk.

Sayangnya, yang namanya penguasa itu tidak hanya melulu 
direpresentasikan
oleh sosok presidennya. Tetapi lebih luas dari itu, sangat ditentukan 
oleh
'sistem' yang sudah dibentuk sejak merdekanya negeri ini.

*Wallahu a'lam bishshawab, wassalamu 'alaikum warahmatullahi 
wabarakatuh,
*
*Ahmad Sarwat, Lc.*

--- End forwarded message ---


Kirim email ke