Setelah mendapat hidayah, dari Jolie menjadi Noor              [PDF] 
<http://www.mualaf.com/kisah-a-pengalaman/muallaf-foreigner/2/524-setela\
h-mendapat-hidayah-dari-jolie-menjadi-noor?format=pdf>              
[Print] 
<http://www.mualaf.com/kisah-a-pengalaman/muallaf-foreigner/2/524-setela\
h-mendapat-hidayah-dari-jolie-menjadi-noor?tmpl=component&print=1&page=>
[E-mail] 
<http://www.mualaf.com/component/mailto/?tmpl=component&link=aHR0cDovL3d\
3dy5tdWFsYWYuY29tL2tpc2FoLWEtcGVuZ2FsYW1hbi9tdWFsbGFmLWZvcmVpZ25lci81MjQ\
tc2V0ZWxhaC1tZW5kYXBhdC1oaWRheWFoLWRhcmktam9saWUtbWVuamFkaS1ub29y>
Kisah Mualaf        <http://www.mualaf.com/kisah-a-pengalaman>
-                           Kisah Foreigner       
<http://www.mualaf.com/kisah-a-pengalaman/muallaf-foreigner>
Monday, 10 March 2008 07:41       Awal Pebruari lalu masih terasa
dingin. Salju di kota Manhattan, New York, cukup tebal. Sementara kota
"never sleep", tetap ramai di akhir pekan, Sabtu 2 Pebruari,
ketika itu. Islamic Cultural Center of New York, sebagaimana biasanya
juga tetap menjalankan aktifitas hariannya sebagaimana biasa. Sabtu,
kali itu tetap menjadi hari weekend school, short lecture, dan tidak
kalah pentingnya kelas khusus untuk non-Muslims maupun mereka yang baru
saja menerima Islam sebagai jalan hidup mereka.

Seperti biasa, saya datang agak terlambat. Kebetulan setiap Sabtu pagi
ada kegiatan lain yang perlu diselesaikan. Rata-rata, saya tiba di
Islamic Center setelah jam 11 pagi. Ketika saya melewati resepsionis,
saya ditegur oleh penjaga bahwa sudah ada yang menunggu di ruang
konferensi (conference room).

"A lady is waiting for you, sheikh, at the conference room",
demikian biasanya sang receptionist memanggil saya.

"Who is the lady and what is the purpose", saya tanyakan
demikian karena biasanya sebelum ada yang menemui, pasti mengambil 
appointment atau minimal menelpon sebelum saya datang.

"I think she wants to ask you some thing, may be about Islam",
jawab petugas resepsionis.

"Let her wait", jawabku. Biasanya sebelum melakukan apa-apa,
saya ke kamar dulu meletakkan jaket dan tas, lalu keliling melihat
proses belajar di weekend school.

Setelah keliling ke kelas-kelas weekend school, saya kemudian masuk ke
ruang konferensi. Di sana telah menunggu seorang gadis bule, yang
tiba-tiba saja tersenyum persis seperti mengenal saya dengan baik.

"Hi, morning! How are?" Sapaku.

"Morning!, fine and you?", jawabnya ramah.

"Do you know me?" candaku.

"No, not really but have heard your name. Why?", tanyanya.

Saya kemudian mengatakan secara bercanda bahwa memang orang-orang
Amerika itu ramah, apalagi gadis-gadisnya. "I saw you smiling to me,
like some one knows me very well", jelasku kemudian.

Saya kemudian berbasa basi menanyakan nama dan asalnya. "Oh, I am
Jolie. Actually I am from here, New York, but my parents are in
Arizona," katanya.

Saya kemudian menanyakan latar belakang kedatangannya pagi itu.

Dengan senyum yang ramah, Jolie menjelaskan bahwa dia sekarang ini kerja
sebagai Public Relations officer (Humas) di sebuah perusahaan besar di
New York. Dulu ketika mahasiswi di salah satu universitas Arizona, Jolie
pernah mengambil Liberal Studies, yang menurutnya, salah satunya tentang
agama Islam.

"Beside the course, I really had good Muslim friends who always
reminded me to always continue my inquiries about the religion,"
jelasnya cukup panjang.

"So what and how did you find Islam?" pancingku.

"Very interesting!" jawabnya singkat. "And why?' Tanyaku
lagi.

Dia kemudian sedikit serius menjelaskan bahwa dia telah membaca banyak
buku-buku mengenai agama-agama, termasuk agamnya sendiri, kristiani,
Yahudi, dan bahkan buku-buku mengenai Budha. Tapi menurutnya, Islam itu
jauh lebih rasional dan nampaknya bisa beriringan dengan kemajuan
kehidupan manusia.
"Islam is so rational and goes along with human's
advancement," katanya.

Sejenak Jolie diam. Saya kemudian mengambil alih kendali berbicara cukup
panjang mengenai ilmu dan rasionalitas dalam Islam. Sejarah turunnya
wahyu pertama dan perkembangan pemikiran dalam sejarah Islam. Bahkan
dinamika pemikiran dan filsafat yang dikenal dengan ilmu kalam dalam
Islam.

Tak lupa menjelaskan tentang kontribusi Islam dalam peradaban manusia,
termasuk peradaban modern yang saat ini lebih banyak dinikmati oleh
dunia Barat.
Sayang, saya katakan, pepohonan indah yang dibenihnya telah ditanamkan
oleh umat Islam itu tidak terjaga secara baik. Sehingga umat Islam
kehilangan kepemilikan atau kendali, sementara umat lain telah menyalah
gunakan. Seharusnya pepohonan itu memberikan buah-buah segar dan menjadi
pelindung dari teriknya matahari, dan menjadi penjaga alam, kini
dijadikan alat kayu bakar semata.

Ilustrasi yang saya maksudkan itu adalah peradaban modern yang indah
saat ini telah berubah menjadi alat kesengsaraan. Semakin maju peradaban
manusia semakin banyak penderitaan yang dirasakan umat manusia.

Nampaknya penjelasan-penjelasan saya itu bukan sesuatu yang baru bagi
Jolie. Dia dengan seksama mendengarkan semua itu, tapi tidak lebih dari
sikap penghormatan seorang Amerika terhadap orang lain.

"I know that," lanjutnya.

"If you know it, so what else do you want me to say?," tanyaku.

Dia kemudian kembali bercerita bahwa dari sejak menjadi mahasiswi di
Arizona, dia memang ada hubungan khusus dengan beberapa Muslim. Tapi
biasanya, katanya lagi, walaupun mereka itu selalu berbicara tentang
Islam kepada saya, saya jarang menemukan dari mereka yang betul-betul
mempraktekkan Islam (practicing Muslim).

"Lately I found some one here in New York," lanjutnya.

Dia kemudian menjelaskan bahwa dia menemukan seorang Muslim yang
kemudian tertarik dengannya. Tapi Muslim ini begitu taat sehingga selalu
mengatakan bahwa seandainya nanti saya menemukan isteriku, tentu saya
ingin seseorang yang berislam dengan baik.

"He is really practicing Muslim. He did not do any thing that is
against the teaching, I think!" katanya lagi.

"And so, what do you have in mind?," tanyaku. Saya bertanya
demikian untuk meyakinkan bahwa walaupun nantinya dia masuk Islam, bukan
karena hanya ingin menikah dengan seorang Muslim.

"I am coming to see you, basically to direct me what to do,"
katanya.

Saya kemudian manfaatkan kesempatan itu dengan melemparkan pertanyaan:
"What do you feel about Islam? Do you think Islam is the true
religion to follow?".

Dia kemudian dengan serius mengatakan bahwa kalau seandainya ia tanyakan
kepada hatinya sendiri, memang Islam-lah agama yang benar. Cuma selama
ini, ia sepertinya belum menemukan jalannya. "I feel I know that
this is the truth, but did not know how to pursue it," katanya.

"Jolie, with that, I can assure you that you are a Muslim. What is
required from you is to formalize you Islam by accepting the
`syahadah'". (Jolie, dengan itu, saya bisa memberi jaminan
kepada Anda bahwa Anda adalah seorang Muslim. Yang Anda diperlukan
sekarang adalah mewujudkan keislaman dengan dengan mengucapkan dua
kalimat syahadat )

Jolie kemudian diam sejenak. Lalu tiba-tiba sedikit berlinang air mata
dia mengangkat kepala dan tersenyum, seraya mengatakan: "I am
ready!".

Saya segera memanggil dua saksi ke ruangan pertemuan itu. Dan disaksikan
oleh dua saksi, Jolie mengikuti saya menyaksikan:

"Ash-hadu al Laa ilaaha illa Allah. Wa ash-hadu anna Muhammadan
Rasul Allah". Diikuti pekikan takbir oleh dua saksi pagi itu.

Sebelum meninggalkan ruangan, Jolie rupanya telah memilih nama barunya,
yaitu Noor. Menurutnya, dia mengambil nama itu setelah dia menyaksikan
wawancara Ratu Yordania, Queens Noor, di sebuah stasion TV Amerika.

Selamat Noor, semoga menjadi "cahaya Ilahi" di kemudian hari!
New York, Maret 2008

Penulis adalah imam Masjid Islamic Cultural Center of New York. Syamsi
Ali adalah penulis rubrik "Kabar Dari New York" di www.hidayatullah.com
<http://www.mualaf.com/kisah-a-pengalaman/muallaf-foreigner/2/531-putri-\
yahudi-yang-memeluk-islam-jordie-rosenbaum>



 

Kirim email ke