Mentari Pagi : Jadi menurut saya, bukan masalah kita harus rela menjadi miskin tetapi yang lebih penting adalah bagaimana kita bisa memanfaatkan harta kita untuk saling berbagi. Karena manusia hidup butuh sarana untuk terus mempertahankan kehidupannya, sehingga diperlukan usaha untuk mencari sarana itu salah satunya adalah harta untuk memenuhi kebutuhan hidup kita seperti makan dan minum.. Tanpa makan dan minum kita tidak mungkin bisa mempertahankan hidup kita. Sedangkan jika dengan sengaja tanpa usaha sedikitpun, kita membiarkan tubuh kita menderita karena tidak makan dan minum itu sama saja dengan mendzolimi diri sendiri
Bening : Dalam Alkitab, kekhawatiran untuk tidak bisa makan dan berpakaian itu dilarang. Lihat Lukas 12 : 12:20 Tetapi firman Allah kepadanya: Hai engkau orang bodoh, pada malam ini juga jiwamu akan diambil dari padamu, dan apa yang telah kausediakan, untuk siapakah itu nanti? 12:21 Demikianlah jadinya dengan orang yang mengumpulkan harta bagi dirinya sendiri, jikalau ia tidak kaya di hadapan Allah." 12:22. Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: "Karena itu Aku berkata kepadamu: Janganlah kuatir akan hidupmu, akan apa yang hendak kamu makan, dan janganlah kuatir pula akan tubuhmu, akan apa yang hendak kamu pakai. 12:23 Sebab hidup itu lebih penting dari pada makanan dan tubuh itu lebih penting dari pada pakaian. 12:24 Perhatikanlah burung-burung gagak yang tidak menabur dan tidak menuai dan tidak mempunyai gudang atau lumbung, namun demikian diberi makan oleh Allah. Betapa jauhnya kamu melebihi burung-burung itu! 12:25 Siapakah di antara kamu yang karena kekuatirannya dapat menambahkan sehasta pada jalan hidupnya? 12:26 Jadi, jikalau kamu tidak sanggup membuat barang yang paling kecil, mengapa kamu kuatir akan hal-hal lain? 12:27 Perhatikanlah bunga bakung, yang tidak memintal dan tidak menenun, namun Aku berkata kepadamu: Salomo dalam segala kemegahannyapun tidak berpakaian seindah salah satu dari bunga itu. 12:28 Jadi, jika rumput di ladang, yang hari ini ada dan besok dibuang ke dalam api demikian didandani Allah, terlebih lagi kamu, hai orang yang kurang percaya! 12:29 Jadi, janganlah kamu mempersoalkan apa yang akan kamu makan atau apa yang akan kamu minum dan janganlah cemas hatimu. 12:30 Semua itu dicari bangsa-bangsa di dunia yang tidak mengenal Allah. Akan tetapi Bapamu tahu, bahwa kamu memang memerlukan semuanya itu. 12:31 Tetapi carilah Kerajaan-Nya, maka semuanya itu akan ditambahkan juga kepadamu. 12:32 Janganlah takut, hai kamu kawanan kecil! Karena Bapamu telah berkenan memberikan kamu Kerajaan itu. 12:33 Juallah segala milikmu dan berikanlah sedekah! Buatlah bagimu pundi-pundi yang tidak dapat menjadi tua, suatu harta di sorga yang tidak akan habis, yang tidak dapat didekati pencuri dan yang tidak dirusakkan ngengat. 12:34 Karena di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada." 12:35 "Hendaklah pinggangmu tetap berikat dan pelitamu tetap menyala. Jelas sekali Benang Merang ajaran ALKITAB dengan Ajaran SUFI, bahwa hidup adalah TAWAKAL berserah diri kepada Kehendak ALLAH. Seperti Ki Ageng pandanaran ketika Hendak Mengikuti SUNAN KALI JAGA, semua harta dan Tahta ditinggalkan. Tetapi Istrinya belum memiliki rasa PASRAH atau TAWAKAL, sehingga tongkatnya diisi Emas berlian. tetapi perampok menghadang, dan SUNAN PANDANARAN dengan rela memberikan Tongkat Berlian karena emmang dia sudah tidak membutuhkan, yang dibutuhkan aalah HARTA di SORGA............ Tawakal, pasrah akan kehendak Allah SWT adalah ciri Sufi yang diajarkan oleh Nabi Isa kepada 12 muridnya.......... Salam, --- On Thu, 9/11/08, Mentari Pagi <[EMAIL PROTECTED]> wrote: From: Mentari Pagi <[EMAIL PROTECTED]> Subject: Re: [zamanku] Anda berani melakukan Re: Berbahagialah hai kamu yang miskin dan lapar To: zamanku@yahoogroups.com Date: Thursday, September 11, 2008, 3:40 AM Ketika membaca sebuah ayat, di dalam kitab suci apapun, kita wajib mempelajari sejarah turunnya ayat tersebut. Mengapa Tuhan berkata seperti itu, sehingga kita bisa memahami kenapa ada ayat yang berbunyi seperti itu. Sebagai sebuah kitab suci, yang kita jadikan pedoman hidup sepanjang masa, menurut saya, isinya harus memiliki fleksibilitas sehingga tetap bisa digunakan sampai kapanpun. Jadi menurut saya, bukan masalah kita harus rela menjadi miskin tetapi yang lebih penting adalah bagaimana kita bisa memanfaatkan harta kita untuk saling berbagi. Karena manusia hidup butuh sarana untuk terus mempertahankan kehidupannya, sehingga diperlukan usaha untuk mencari sarana itu salah satunya adalah harta untuk memenuhi kebutuhan hidup kita seperti makan dan minum.. Tanpa makan dan minum kita tidak mungkin bisa mempertahankan hidup kita. Sedangkan jika dengan sengaja tanpa usaha sedikitpun, kita membiarkan tubuh kita menderita karena tidak makan dan minum itu sama saja dengan mendzolimi diri sendiri. Dan dalam agama Islam mendzolimi diri sendiri sangat dimurkai oleh Allah. Kemudian, miskin yang dimaksud oleh ayat di atas juga ada kriterianya, yaitu miskin tetapi selalu dalam keimanan kepada Tuhannya. --- On Wed, 9/10/08, Hati Nurani <hati_nurani_ [EMAIL PROTECTED] com> wrote: From: Hati Nurani <hati_nurani_ [EMAIL PROTECTED] com> Subject: [zamanku] Anda berani melakukan Re: Berbahagialah hai kamu yang miskin dan lapar To: tedjasendjaja@ yahoogroups. com, [EMAIL PROTECTED] ..com Cc: the_untold_stories@ yahoogroups. com, [EMAIL PROTECTED] ps.com, tiensherbal@ yahoogroups. com, tulang-rusuk@ yahoogroups. com, "Teresia Stephany" <tazmania_love333@ yahoo.com>, via-dolorosa@ yahoogroups. com, "Vicky" <vicky.vidira@ leighton. co.id>, WartawanEkonomi@ yahoogroups. com, werdhiswara@ yahoo.com, widayat1950@ yahoo.com, wt-hrdga-owner@ yahoogroups. com, "wahyudi wirawan" <wahyudi_wirawan83@ yahoo.com>, [EMAIL PROTECTED] com, [EMAIL PROTECTED] .com, "zerafin_libra" <zerafin_libra@ yahoo.co. id> Date: Wednesday, September 10, 2008, 5:12 AM Romo Maryo : Lalu Yesus memandang murid-murid- Nya dan berkata: "Berbahagialah, hai kamu yang miskin, karena kamulah yang empunya Kerajaan Allah. ============ ========= ========= ==== Bening : Para pengkhotbah, juru dakwah sering bicara yang muluk-muluk, tetapi jarang sekali yang mampu Mempraktekkan Apa yang dibicarakan. Ayat diatas menunjukkan bahwa " berbahagialah kamu yang miskin", adalah Perintah yang sangat Jelas, agar pengikut Nabi Isa adalah supaya Hidup miskin, jangan dilarang Kaya. Ayat diatas bukan penghiburan semata bagi yang miskin, tetapi adalah PERINTAH untuk hidup miskin. Buktinya, bagi mereka yang Kaya, dianjurkan untuk menjual harta dan membagikan hartanya untuk orang miskin. Mai bukti ??? Baca Markus 10:21 Tetapi Yesus memandang dia dan menaruh kasih kepadanya, lalu berkata kepadanya: "Hanya satu lagi kekuranganmu: pergilah, juallah apa yang kaumiliki dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di sorga, kemudian datanglah ke mari dan ikutlah Aku..." ============ ========= ========= === Menjual harta dan hidup miskin adalah kalan para orang Suci yang hendak 'bertemu" kepada Tuhan. Semua orang Suci yang hendak bertemu dengan TUHAN dan melalui Jalan Sufi, pastilah diperintahkan untuk meninggalkan Kehidupan dunia. Contoh ketika Bupati Semarang yang bernama Adipati PANDAN ARAN, ketika sadar akan kesalahannya, lantas hendak mengikuti atau berguru kepada Sunan Kali Jaga, maka oleh Sunan Kalijaga untuk meninggalkan HARTA dan TAHTA, untuk mengikuti Jalan Rohani hendak bertemu TUHAN....... ... Sanggupkah Pengikut Nabi Isa hidup MISKIN dan mengikuti Perintahnya yang JELAS-JELAS dan GAMBLANG tertulis dalam ALKITAB..... . Salam, --- On Tue, 9/9/08, Romo maryo <[EMAIL PROTECTED] com> wrote: From: Romo maryo <[EMAIL PROTECTED] com> Subject: [zamanku] Berbahagialah hai kamu yang miskin dan lapar To: tedjasendjaja@ yahoogroups. com Cc: the_untold_stories@ yahoogroups. com, [EMAIL PROTECTED] ps.com, tiensherbal@ yahoogroups. com, tulang-rusuk@ yahoogroups. com, "Teresia Stephany" <tazmania_love333@ yahoo.com>, via-dolorosa@ yahoogroups. com, "Vicky" <vicky.vidira@ leighton. co.id>, WartawanEkonomi@ yahoogroups. com, werdhiswara@ yahoo.com, widayat1950@ yahoo.com, wt-hrdga-owner@ yahoogroups. com, "wahyudi wirawan" <wahyudi_wirawan83@ yahoo.com>, [EMAIL PROTECTED] com, [EMAIL PROTECTED] .com, [EMAIL PROTECTED] .com, "zerafin_libra" <zerafin_libra@ yahoo.co. id> Date: Tuesday, September 9, 2008, 6:38 AM “Lalu Yesus memandang murid-murid- Nya dan berkata: "Berbahagialah, hai kamu yang miskin, karena kamulah yang empunya Kerajaan Allah. Berbahagialah, hai kamu yang sekarang ini lapar, karena kamu akan dipuaskan. Berbahagialah, hai kamu yang sekarang ini menangis, karena kamu akan tertawa. Berbahagialah kamu, jika karena Anak Manusia orang membenci kamu, dan jika mereka mengucilkan kamu, dan mencela kamu serta menolak namamu sebagai sesuatu yang jahat. Bersukacitalah pada waktu itu dan bergembiralah, sebab sesungguhnya, upahmu besar di sorga; karena secara demikian juga nenek moyang mereka telah memperlakukan para nabi. Tetapi celakalah kamu, hai kamu yang kaya, karena dalam kekayaanmu kamu telah memperoleh penghiburanmu. Celakalah kamu, yang sekarang ini kenyang, karena kamu akan lapar. Celakalah kamu, yang sekarang ini tertawa, karena kamu akan berdukacita dan menangis. Celakalah kamu, jika semua orang memuji kamu; karena secara demikian juga nenek moyang mereka telah memperlakukan nabi-nabi palsu.” (Luk 6:20-26), demikian kutipan Warta Gembira hari ini Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut: · Sabda bahagia serta kutukan atau kritikan yang disampaikan oleh Yesus pada hari ini kiranya baik sekali menjadi permenungan atau refleksi kita. (1) Pertama-tama marilah kita refleksikan sabda bahagia, ajakan untuk tetap berbahagia ketika dalam keadaan miskin, lapar, menderita/menangis, dibenci, dikucilkan atau dicela, sehingga hati, jiwa, akal budi atau tubuh kita ‘sakit’ atau ‘tersakiti’. Berada dalam keadaan yang demikian itu rasanya merupakan kesempatan emas bagi kita untuk menyadari dan menghayati jati diri kita yang sebenarnya, sebagaimana pernah dinyatakan oleh para Yesuit dalam Konggregasi Jendral ke 32, yang berbunyi: “Yesuit adalah orang yang mengakui dirinya pendosa, tetapi tahu bahwa dipanggil menjadi sahabat Yesus seperti Ignatius dahulu; Ignatius minta kepada Santa Perawan, ‘agar menempatkan dia dia di samping Puteranya’, dan kemudian Ignatius melihat Bapa sendiri minta kepada Yesus yang memanggul salib agar menerima si musafir ini dalam kalangan sabahatnya” (KJ 32 dekrit 2.1). Kita semua bagaikan musafir yang sedang mengarungi atau menempuh ‘jalan’ (panggilan atau tugas perutusan), yang sarat dengan tantangan dan hambatan. Dari diri kita atau mengandalkan diri yang lemah dan rapuh ini kiranya kita tak akan mampu mengarungi atau menempuh ‘jalan’ tersebut, maka hendaknya menyadari dan menghayati kelemahan dan kerapuhan diri serta membiarkan Allah hidup dan berkarya dalam diri kita yang lemah dan rapuh ini. (2) Bagi yang merasa ‘kenyang, tertawa/bersukacita , dipuji’ alias merasa dirinya hebat dan tak tertandingi serta tidak butuh bantuan orang lain, hendaknya menyadari bahwa hal itu merupakan benih kesombongan yang akan mencelakakan. Maka jika berada dalam keadaan demikian itu hendaknya tetap rendah hati, artinya menghayati bahwa semuanya itu merupakan anugerah Allah, yang harus kita fungsikan atau manfaatkan sesuai dengan kehendak Allah. · “Saudara-saudara, inilah yang kumaksudkan, yaitu: waktu telah singkat! Karena itu dalam waktu yang masih sisa ini orang-orang yang beristeri harus berlaku seolah-olah mereka tidak beristeri; dan orang-orang yang menangis seolah-olah tidak menangis; dan orang-orang yang bergembira seolah-olah tidak bergembira; dan orang-orang yang membeli seolah-olah tidak memiliki apa yang mereka beli” (1Kor 7:29-30), demikian nasihat atau peringatan Paulus kepada umat di Korintus, kepada kita semua orang beriman. Peringatan atau nasihat ini kiranya mengajak dan mengharapkan kita semua agar ‘merelativir’ atau ‘tidak memutlakkan’ segala sesuatu yang kelihatan atau dapat dinikmati oleh pancaindera kita, misalnya harta benda/uang, kenikmatan seksual, makanan dan minuman dst.. Semuanya itu hendaknya dihayati sebagai sarana atau jalan bagi kita untuk semakin beriman, semakin suci, semakin mengasihi dan dikasihi oleh Allah maupun sesama kita. Untuk itu saya angkat empat motto hidup beriman atau menggereja: kemandirian, subsidiaritas, solidaritas dan keberpihakan pada atau bersama yang miskin dan berkekurangan. Dua motto terakhir yaitu ‘solidaritas dan keberpihakan pad atau bersama yang miskin dan berkekurangan’ rasanya mendesak dan up to date untuk kita hayati dan sebarluaskan pada masa kini, mengingat dan memperhatikan di satu sisi masih banyak orang miskin dan berkekurangan dan di sini lain sementara orang kaya hidup berfoya-foya tanpa batas. Maka dengan ini saya mengingatkan dan mengajak mereka yang kaya untuk solider pada dan memperhatikan mereka yang miskin dan berkekurangan. Hendaknya diingat dan dihayati bahwa kekayaan anda diperoleh tidak terlepas dari mereka yang miskin dan berkekurangan melalui berbagai cara. Jakarta, 10 September 2008