·  
Kebencian dan
balas dendam masih marak di sana-sini dalam kehidupan bersama, entah dalam
hidup berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa, beragama maupun dalam bekerja. 
Sekali
lagi saya angkat disini bahwa masing-masing dari kita pasti memiliki ‘musuh’
atau ‘ada orang membenci atau mengutuk’ kita. “Musuh” yang saya maksudkan di
sini adalah segala sesuatu yang tidak sesuai dengan selera pribadi kita atau
tidak kita senangi/sukai, entah itu orang, suasana, iklim, lingkungan hidup,
tugas, pekerjaan, makanan atau minuman dst.., apalagi jika kita bermotto “like”
dan “dislike” dalam kehidupan kiranya kita memiliki banyak ‘musuh’. “Kasihilah 
musuhmu, berbuatlah baik kepada
orang yang membenci kamu, mintalah berkat bagi orang yang mengutuk kamu,
berdoalah bagi orang yang mencaci kamu”, demikian sabda Yesus. Enak atau
tidak enak, nikmat atau tidak nikmat hemat saya hanya sesaat saja, apa yang
kita lakukan dalam sesaat tersebut akan sangat berpengaruh dalam hidup kita.
Sebagai contoh adalah ‘makanan atau minuman’: yang sehat belum tentu enak dan
nikmat; enak dan nikmat dalam hal makanan dan minuman hanya terjadi sesaat di
lidah, jika kita berani mengasihi yang tidak enak dan tidak nikmat alias
menyantap dan menikmatinya maka kita akan sehat. Kalau perlu langsung telan
saja seperti ‘makan atau minum obat’, karena Allah telah menganugerahkan alat
atau mesin pencernaan yang luar biasa untuk mengolahnya demi kesehatan tubuh
kita. Hemat saya jika orang mengalami kesulitan dalam ‘mengasihi atau menikmati
makanan dan minuman’, maka yang bersangkutan pasti dengan mudah untuk memusuhi
dan membenci siapapun atau apapun yang tidak sesuai dengan selera pribadi. Maka
salah satu latihan yang baik dan mudah untuk menghayati sabda Yesus hari ini
kiranya membiasakan diri untuk mengasihi atau menikmati aneka makanan dan
minuman yang sehat meskipun tidak enak atau tidak nikmat. Hendaknya anak-anak
sedini mungkin dilatih atau dibiasakan untuk mengasihi dan menikmati makanan
dan minuman yang sehat meskipun tidak enak dan tidak nikmat.

·  
“Jika ada seorang menyangka, bahwa ia mempunyai
sesuatu "pengetahuan", maka ia belum juga mencapai pengetahuan,
sebagaimana yang harus dicapainya. Tetapi orang yang mengasihi Allah, ia
dikenal oleh Allah. Tentang hal makan daging persembahan berhala kita tahu:
"tidak ada berhala di dunia dan tidak ada Allah lain dari pada Allah yang
esa.” (1Kor 8:2-4), demikian
peringatan atau nasihat Paulus kepada umat di Korintus, kepada kita semua. Apa
atau segala sesuatu yang ada di dunia adalah ciptaan Allah dan manusia adalah
ciptaan Allah yang termulia dan terluhur di dunia ini, karena diciptakan sesuai
dengan gambar atau citra Allah. Ciptaan-ciptaan lain di dunia diciptakan untuk
manusia dalam mengejar tujuan ia diciptakan yaitu ‘keselamatan jiwanya’. Maka
hendaknya jangan menagung-agungkan harta benda, uang, kekayaan, pangkat,
kedudukan, pengetahuan dan keterampilan dll yang ada di dunia ini melebihi
manusia alias menjadikannya ‘berhala-berhala’. “Harta benda, uang dst..” adalah
‘jalan ke sorga atau ke neraka’: akan menjadi jalan ke sorga jika kita
memfungsikan atau memanfaatkan sebagai sarana dan akan menjadi jalan ke neraka
jika kita memmfungsikan atau memanfaatkan sebagai ‘berhala’. Orang yang
bersikap mental materialistis atau bisnis pada umumnya kurang atau tidak
beriman, maka ketika ‘harta benda, uang, kekayaan dst..’ berkurang atau hilang
mereka pasti akan sakit hati/marah-marah, sakit jiwa/gila, sakit akal budi/hidup
ngawur dan kiranya juga sakit tubuhnya. Hidup kita dan segala sesuatu yang
menyertai kita atau kita miliki dan kuasai saat ini adalah anugerah Allah, yang
kita terima karena kemurahan hatiNya secara cuma-cuma, maka baiklah kita hidup
penuh syukur dan terima kasih dalam keadaan atau situasi apapun, dimanapun dan
kapanpun.




Jakarta, 11 September 2008

Kirim email ke